Friday 23 June 2017

Masa kecilku sebagai Anak Desa

Aku dilahirkan 22 tahun lalu di kota Padang, sebuah alasan membuat aku beserta keluargaku pindah ke Kabupaten Padang Pariaman.  Kami tinggal di rumah nenek, dan ayah masih menghuni rumah kami di Padang dan setiap minggu ker Pariaman, pada saat kelas 2 SD ibu dan adikku kembali ke Padang, sementara aku masih bertahan tinggal bersama nenek di Pariaman.

Kami tinggal di sebuah desa di kecamatan Sungai Limau. Kakekku memiliki usaha berdagang beras hingga kios bensin, dan juga sekaligus menjual hasil tanaman kami seperti biji coklat, sayur dan beternak ayam, itik dan angsa. Biasanya aku lah setiap minggu menjualkan biji coklat ke Pasar. 

Kegiatan sehari-hariku di rumah adalah sekolah dari pagi hingga pukul 1 siang, pulang sekolah makan, dan menjaga kios beras dan kios minyak kakek sambil mengawasi jemuran kakek dari burung gereja, sambil itu pula aku mengerjakan PR. Pukul 3 sore aku pergi mengaji ke Masjid bersama teman-teman. Pulang dari masjid aku bermain di lapangan rumput bersama teman-temanku, dan aku membawa gembala seperti kambing. Aku mencarikannya rumput dan mengikatnya di pohon jambu. Setelah puas bermaain, aku membawa ternakku pulang. Sesampai di rumah aku memberi makan ayam, dan angsa, mengumpulkan telur-telur serta membersihkannya. Kemudia barulah berangkat mandi. Usai mandi sholat maghrib dan bantu-bantu nenek di rumah membersihkan rumah seperti menyapu dan mencuci piring. Setelah itu makan malam, dan belajar sambil mendengarkan radio. 

Begitulah keseharianku menjadi anak desa. Sangat menyenangkan, tidak mengenal gadget, memanfaatkan waktu dengan baik, dan jauh dari konten pornografi. Walaupun telambat mengenal teknologi pun, saat itu aku tetap bisa berprestasi di sekolah dan mendapati peringkat juara umum di SMP. 

Satu hal yang paling aku senangi dari kakekku, beliau orang yang sangat rajin dan gigih dalam berusaha. Memanfaatkan semaksimal mungkin lahan yang kami punya. Di rumah nenekku, banyak terdapat pohon yang menghasilkan buah-buahan, diantaranya pohon Mangga, pohon pepaya, pohon kelapa, pohon coklat dan lain-lain. Kakekku juga menanam sayur-sayuran seperti kangkun dan menanam bawang dan cabe, serta tumbuhan rempah-rempah lainnya, sehingga kami tidaklah sering belanja di luar, karena hampir semua kebutuhan di penuhi di sekitar rumah.

Aku sangat senang tinggal di rumah nenek, banyak belajar, pemandangan sawah di belakang rumah yang indah, dekat dari pantai, ah tapi sayang saat itu aku tak punya kamera hp agar dapat menjepret indahknya kenangan masa kecil. Meskipun tada hp, tapi ingatan masa kecil itu sangat indah terekam dalam ingatanku.




Pohon kelapa yang aku duduki itu berumur beda 3 tahun denganku, ketika ingin kelapa muda aku hanya tinggal petik. Setiap sore akan ada pemandangan kakekku membawa itik-itik kami pulang dan berjalan dari pematang sawah. Haha, itik suka stress kalau di kurung, makanya setiap hari harus di bawa jalan-jalan, biar lebih produktif mengasilkan telur. Biasanya di bawa jalan-jalan ke sawah, dan si itik akan mencari dan memakan keong kecil-kecil, keong kecil2 ini akan merangsang itik untuk bertelur, dan di kandang kami tetap memberinya makan berupa dadak alias kulit2 bekas penggilingan padi yang di haluskan dalam mesin, kamipun tak perlu membeli dadak, cukup mengambilnya di mesin penggilingan padi, karena keluargaku saat itu juga memiliki usaha jasa penggilingan padi agar menjadi beras.


Sekian Cerita Annisa kali ini

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*



No comments:

Post a Comment