Friday 27 July 2018

Butuh Hal Baru

Akhir-akhir ini media sosial menerbitkan lebih banyak fitur-fitur baru agar tetap sustain dan diminati pengguna. Layaknya hidup, agar tetap seru mestilah ada pengalaman-pengalaman baru, cerita baru dan berkenalan dengan orang-orang baru. Tiba-tiba aku haus akan something new dan bosan dengan hidup yang gitu-gitu aja. Aku selalu berpikir aku harus ngapain ya, biar ada pengalaman baru.

"Aku ingin mendaki gunung", pikiran ini mencuat begitu saja ke permukaan. "Tapi bagaimana caranya?". Ini adalah hal baru tentunya, aku udah menemukan partnert buat nanjak, tapi nunggu waktu yang tepat, dia adik kelasku di SMA, namanya Lili. Dia bersedia kalau Tugas Akhirnya telah selesai. Ok semoga segera bisa dilaksanakan. Semoga ini bukan wacana.

Aku terlalu sibuk meyusun mimpi.

Aku memang di kelilingi orang-orang pintar dan hebat. Yang terkadang membuatku tenggelam dalam ketidak percayaan diri. Tapi keadaan itu juga yang terkadang mendesakku agar aku menemukan passion yang tepat untuk diriku. Akhir-akhir ini aku menemukan hobbi baru, yaitu desain interior. Tapi ku hentikan sementara karena pekerjaan di kantor sedang banyak dan aku fokus pada seleksi beasiswa. 

Tapi aku haus lagi, aku bosan jika desain interior ini hanya hobbi. I need more. Aku ingin dapat pilot project, dan bisa jadikan ini bisnis. Oke, buat yang butuh jasa desain interior bisa hubungi aku di annisa.wisdayati@gmail.com . 

Manusia memang tidak bisa puas. Tapi ketidak puasanlah yang membuat manusia berkembang, mencari hal baru dan menemukan kemudahan.

Aku juga sudah lama ingin menulis novel, tapi entah krisis kepercayaan diri ini membuatku kehilangan-kehilangan inspirasi. Entah karena apa, aku juga tidak tahu. Berada di antara orang-orang hebat terkadang membuatku merasa kecil, tidak terlihat, dan tidak pernah lagi mendapat apresiasi dalam kehidupan. Hal semacam ini kalau tidak di respond dengan tepat dapat membuat orang krisis kepercayaan diri.

Aku melihat dewasa ini banyak orang yang mendadak jadi penulis karena menuliskan kisah hidupnya yang inspiratif. Beberapa tahun lalu, dalam hati sering terbesit "aku pengen seperti itu", tapi setelah kehidupan kampus usai, ini kok mustahil. Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak memulainya dengan kisah fiktif saja. Ok, I will try it.

Saat menulis tulisan ini aku seperti curhat sendiri, dan nanggepin sendiri. Ya karena pada dasarnya yang lebih tau apa masalah kita dan yang tau cara mengatasinya ya kita sendiri. Walaupun sometimes kita bakal tetap butuh yang namanya opini orang lain. Namun untuk hal-hal yang dirasakan seperti ini, setelah banyak mencoba meminta opini, aku sering merasa tidak puas.

Ada quote seperti ini, "Menjadi ikan besar di kolam yang kecil atau menjadi ikan kecil di kolam yang besar". Aku sudah merasakan kedua kondisi itu, setelah ku coba ternyata aku lebih nyaman menjadi ikan besar di kolam yang kecil. Mungkin aku tipe orang yang butuh pengakuan, namun tak ada yang bisa diakui dengan kondisi diriku saat ini. Saat aku menjadi ikan besar di kolam yang kecil, semangat belajarku serasa tidak padam, dan aku memiliki optimisme yang baik, tidak malu, dan tidak minder seperti sekarang. Dengan aku begitu aku bisa lebih produktif dengan karya atau mendapatkan ilmu baru, bukan seperti sekarang yang setiap hari dominan memikirkan ke depannya aku bakal jadi apa.

Aku tidak tau cara mengakhiri postingan ini dengan baik, namanya juga orang yang sedang curhat sama diri sendiri dan berakhir dengan lamunan yang tak berujung.

Monday 16 July 2018

Si Introvert yang Pendiam

Udah lebih sebulan nggak nulis disini, di blog ini, entah kenapa, entah rasa minder, entah karena kekurangan bahan cerita yang ingin disampaikan. Saat ini aku kangen menjadi seseorang extrovert yang bisa tertawa lepas, dan merasa di dengar saat bercerita. Saat-saat seperti itu aku rasakan ketika bersama orang tua dan sahabat-sahabat dekatku. Kadang-kadang dalam hidup ini ada rasa sesekali ingin di dengar atau bercerita banyak, tapi entah aku merasa sudah lama kehilangan telinga-telinga yang setia mendengar ceritaku, yaitu telinga mereka sahabatku. Contohnya ica, sahabatku selama kuliah di ITB, bersamanya aku selalu merasa di dengar, ada simpati yang besar, dan membuatku merasa berarti sebagai temannya.

Semenjak semua orang tersayang, keluarga, dan sahabat yang jauh dariku, aku menjadi lebih pendiam, aku belum menemukan lingkungan yang ramah dengan cerita hidupku yang sederhana. Aku hanyalah aku, anak yang berasal dari desa, tak banyak tempat yang ku kunjungi, prestasipun aku tak punya, bisnis atau kekayaan pun aku tak punya, tidak bisa bawa kendaraan, tidak punya bakat khusus, aku hanya orang biasa, tidak banyak film yang ku tonton, dan intinya tidak ada hal menarik yang bisa ku ceritakan, hidupku biasa aja. 

Karena itulah, sebenarnya aku ingin bertemu lingkungan baru, entah tempat kerja baru, entah tempat kuliah baru. Tempat dimana aku bisa bertemu orang baru, dan ada cerita baru. Setidaknya bisa bertukar cerita dengan orang lain. Mungkin aku sedang sangat jenuh dengan apa yang aku alami sekarang ini. Atau minimal mengunjungi tempat baru.