Friday 25 August 2017

Contoh Soal dan Pembahasan Kolom Langsing

1. Sebuah kolom berukuran 400 mm x 400 mm dengan tinggi 5,5 meter memikul beban mati sebesar 45 ton dan beban hidup sebesar 30 ton. Beban tersebut bekerja dengan eksentrisitas sebesar 75 mm pada bagian atas dan 125 mm pada bagian bawah kolom. Kedua eksentrisitas berada pada sisi yang sama dari centerline kolom. Berapa momen rencana dari kolom tersebut?

2. Kolom AB memiliki ukuran 550 mm x 550 mm. Balok BC memiliki ukuran 250 mm x 500 mm. fc’ = 25 MPa. Hitung momen rencana.
                                                                      Beban Mati                                      Beban Hidup
Aksial (ton)                                                   120                                                      100
Momen bagian atas (ton-m)                             8                                                            6
Momen bagian bawah (ton-m)                 -11                                                                 -8

Pembahasan:
No.1


No. 2

Referensi:
McGregor, J.G. and Wight, J.K., Reinforced Concrete: Mechanics and Design,Prentice Hall.
SNI 2847 2013, Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung

Sunday 30 July 2017

Menabung dan Segala Macam Manfaatnya

Banyak orang yang merasa kesulitan untuk menabung. Apalagi di era modern ini semuanya di jajakan di depan mata lewat dunia maya. Membuat masyarakat menjadi semakin konsumtif. Siapa yang tidak ngiler dengan barang-barang bagus, dan bermerk. Media online membuat orang yang awalnya tidak ada niat belanja menjadi belanja. Mungkin beda dengan dulu, dulu untuk belanja orang menyediakan uang dulu, baru ke toko atau ke pasar melihat barang-barang yang di inginkan baru, jika cocok baru membeli.

Tak ada masalah dengan keberadaan media online. Media online justru memberikan kita lebih banyak pilihan dan mempermudah mencari apa yang kita inginkan. Tapi yang penting adalah membeli barang sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan saja.

Menabung, seberapa penting sih menabung?

Baik, saya akan bercerita tentang laptop kesayangan saya ber merk Asus dengan processor Intel 5 dibeli seharga 7 juta. Laptop ini saya beli dari hasil tabungan saya dari hingga sma. Pas kuliah saya kesulitan menabung karena pengeluaran akademik saya sangatlah tinggi, baru bisa menabung lagi setelah semester 6 dengan bekerja freelance. 

Dari TK saya tinggal bersama nenek. Keluarga ibu saya adalah keluarga petani dan sekaligus berdagang. Kakek saya memiliki usaha penggilingan padi, berladang, berkebun, sekaligus memiliki kios penjualan beras secara eceran maupun grosiran. Karena tinggal bersama mereka, saya pun sering menjadi bagian logistik dari usaha mereka, seperti menjual biji coklat, menjaga kios minyak dan beras, menjaga jemuran padi, menjual telur angsa dan ayam, bahkan jadi tukang kasih makan ternak sekaligus selain itu juga menjadi tukang tagih hutang pada konsumen. Setiap usai pekerjaan itu, kakek selalu memberi saya semacam reward uang jajan.

Uang saya pun terkumpul. Dari kecil saya tidak terbiasa meminta uang jajan atau minta beli mainan. Jikalau saya memiliki mainan, itu atas inisiatif orang tua yang membelikan atau saya yang membeli mainan dengan uang saya sendiri. Uang yang saya kumpulkan saya titip ke kakek, dan dijadikan modal usaha lagi. Setiap bulannya uang yang saya titipkan diberi tamhan 5% dari modal. Itupun bukan saya yang memintatapi kakeklah yang secara suka rela memberinya.

Kelas 5 sd, saat itu musim sekali anak membeli kertas binder dan bindernya. Jadilah saya saat itu menjadi penjual kertas binder di sekolah, serta menjual buku binder dengan cicilan pun. Sambil menjual biji coklat biasanya saya juga membeli kertas binder yang akan saya jual. Penjualan saya pun cukup banyak, sampai adik kelas dan tetangga-tetanggapun membeli. 

Ketika SMP binder sudah tidak menjadi tren lagi, pekerjaan saya pun beralih menjadi pengajar les, tukang ketik soal ujian, tukang jaga warnet, dan hasilnya kembali saya tabung. Ketika kelas 2 SMP kakek pun meninggal. Uang hasil penjualan binder dan uang logistik bekerja dengan kakek saya tabung ke ibu. Dan ibu membekukannya dengan membelikannya dalam bentuk emas. Setiap tahunnya harga emas selalu naik, dan nilai rupiah tabungan saya pun juga ikut naik.

Dari kecil saya memang bukan tipe anak senang jajan atau membeli hal yang tidak perlu. Sampai sekarang pun kalau diajak ke bioskop saya tidak suka, buang2 uang saja. Bukan berarti saya tidak pernah menonton di bioskop. Saya lebih suka jalan-jalan, karena itu memang hobi saya.

Bagi saya sendiri menabung tak harus rutin. Saya menerapkan cara menabung seperti ini. Misalkan saya mendapat tambahan uang dari hak jajan saya, maka itu akan di ambil sebagai tabungan. Atau juga bisa, saya menabung dari penghematan yang saya lakukan. Misalkan saya berangkat ke kampus dengan jalan kaki, karena saya jalan kaki artinya saya tidak mengeluarkan ongkos, maka uang tersebut masuk dalam bentuk tabungan. Misalnya juga, jatah makan saya dalam 2 hari adalah 60 ribu. Karena saya meluangkan waktu untuk memasak, sehingga pengeluaran saya hanyalah 20 ribu untuk 2 hari. Maka, 40 ribu sisanya menjadi tabungan.

Dengan cara tersebutlah sampai sekarang saya bisa membeli apa yang saya mau. Karena saya tidak terbiasa meminta atau merengek pada orang tua. Dan orang tua saya memberi saya uang jajan tanpa saya memintanya. 

Berhemat bukan berarti pelit. Hemat adalah cara menghindari kemubaziran dan melakukan sesuatu pada tempatnya. Keadaan hidup dari kecil membuat saya harus membiasakan diri hidup hemat. Saat saya masih kecil orang tua saya membeli 1 petak rumah dengan mencicil setiap bulannya, saya sering sakit-sakitan karena daya tahan tubuh lemah. Gaji ayah setiap bulan habis untuk berobat dan mencicil rumah. Ketika berumur 5 tahun, kantor tempat ayah bekerja bankrut, dan ayah di PHK. Akhirnya ayah bekerja serabutan, jadi fasilitator, pengawas proyek dan sebagainya. Ekonomi keluarga kami merosot parah saat ayah mengganggur 1 tahun, dan sakit. Kami hidup dari uang tabungan selama ayah bekerja, ibu pun membantu perekonomian dengan gaji honorer nya sebagai guru smp tidak seberapa di tambah dengan menjual beras. Setiap ayah bekerja ibu selalu menyisihkan uang dapur untuk menabung. Kondisi proyek yang musiman, membuat ibu menjadi was-was dengan keuangan. Aku pun sebagai anak ikut mengerti, hal itu membuat aku tidak pernah meminta ini itu kepada orang tua selain kewajiban mereka seperti membayar uang masuk sekolah dan uang jajan atau ongkos sekolah. Di luar itu seperti beli hp pun tidak aku minta. Di sekolah pun aku tidak pernah les, aku hanya cukup belajar sendiri dari buku di perpustakaan. Kadang-kadang aku mendapat beasiswa waktu SMP, karena berhasil menjadi juara umum. 

Ketika SMA pun aku mencari SMA yang tidak membayar SPP dan tetap bagus. Seperti SMA ku dulu, SMA 1 Pariaman. Ketika kuliah di biayayi kuliah full 4 tahun dan mendapat biaya hidup. Aku merasa beruntung, aku menjadi salah satu anak yang tidak mampu, tetapi Allah memberikan kecerdasan yang bisa menunjang pendidikanku dan diperhatikan pendidikannya oleh pemerintah. Semenjak aku kuliah pun ekonomi keluargaku membaik, ayah tidak pernah lagi menganggur, dan rezeki tak terduga kadang juga sering datang. Dan alhamdulillah dengan menabung dan berhemat hidup kami tidak pernah meminjam uang dan dililit hutang.

Begitulah the power of saving pemirsa. 













Friday 23 June 2017

Masa kecilku sebagai Anak Desa

Aku dilahirkan 22 tahun lalu di kota Padang, sebuah alasan membuat aku beserta keluargaku pindah ke Kabupaten Padang Pariaman.  Kami tinggal di rumah nenek, dan ayah masih menghuni rumah kami di Padang dan setiap minggu ker Pariaman, pada saat kelas 2 SD ibu dan adikku kembali ke Padang, sementara aku masih bertahan tinggal bersama nenek di Pariaman.

Kami tinggal di sebuah desa di kecamatan Sungai Limau. Kakekku memiliki usaha berdagang beras hingga kios bensin, dan juga sekaligus menjual hasil tanaman kami seperti biji coklat, sayur dan beternak ayam, itik dan angsa. Biasanya aku lah setiap minggu menjualkan biji coklat ke Pasar. 

Kegiatan sehari-hariku di rumah adalah sekolah dari pagi hingga pukul 1 siang, pulang sekolah makan, dan menjaga kios beras dan kios minyak kakek sambil mengawasi jemuran kakek dari burung gereja, sambil itu pula aku mengerjakan PR. Pukul 3 sore aku pergi mengaji ke Masjid bersama teman-teman. Pulang dari masjid aku bermain di lapangan rumput bersama teman-temanku, dan aku membawa gembala seperti kambing. Aku mencarikannya rumput dan mengikatnya di pohon jambu. Setelah puas bermaain, aku membawa ternakku pulang. Sesampai di rumah aku memberi makan ayam, dan angsa, mengumpulkan telur-telur serta membersihkannya. Kemudia barulah berangkat mandi. Usai mandi sholat maghrib dan bantu-bantu nenek di rumah membersihkan rumah seperti menyapu dan mencuci piring. Setelah itu makan malam, dan belajar sambil mendengarkan radio. 

Begitulah keseharianku menjadi anak desa. Sangat menyenangkan, tidak mengenal gadget, memanfaatkan waktu dengan baik, dan jauh dari konten pornografi. Walaupun telambat mengenal teknologi pun, saat itu aku tetap bisa berprestasi di sekolah dan mendapati peringkat juara umum di SMP. 

Satu hal yang paling aku senangi dari kakekku, beliau orang yang sangat rajin dan gigih dalam berusaha. Memanfaatkan semaksimal mungkin lahan yang kami punya. Di rumah nenekku, banyak terdapat pohon yang menghasilkan buah-buahan, diantaranya pohon Mangga, pohon pepaya, pohon kelapa, pohon coklat dan lain-lain. Kakekku juga menanam sayur-sayuran seperti kangkun dan menanam bawang dan cabe, serta tumbuhan rempah-rempah lainnya, sehingga kami tidaklah sering belanja di luar, karena hampir semua kebutuhan di penuhi di sekitar rumah.

Aku sangat senang tinggal di rumah nenek, banyak belajar, pemandangan sawah di belakang rumah yang indah, dekat dari pantai, ah tapi sayang saat itu aku tak punya kamera hp agar dapat menjepret indahknya kenangan masa kecil. Meskipun tada hp, tapi ingatan masa kecil itu sangat indah terekam dalam ingatanku.




Pohon kelapa yang aku duduki itu berumur beda 3 tahun denganku, ketika ingin kelapa muda aku hanya tinggal petik. Setiap sore akan ada pemandangan kakekku membawa itik-itik kami pulang dan berjalan dari pematang sawah. Haha, itik suka stress kalau di kurung, makanya setiap hari harus di bawa jalan-jalan, biar lebih produktif mengasilkan telur. Biasanya di bawa jalan-jalan ke sawah, dan si itik akan mencari dan memakan keong kecil-kecil, keong kecil2 ini akan merangsang itik untuk bertelur, dan di kandang kami tetap memberinya makan berupa dadak alias kulit2 bekas penggilingan padi yang di haluskan dalam mesin, kamipun tak perlu membeli dadak, cukup mengambilnya di mesin penggilingan padi, karena keluargaku saat itu juga memiliki usaha jasa penggilingan padi agar menjadi beras.


Sekian Cerita Annisa kali ini

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*



Pangek Masin khas Padang


Bahan:

Ikan Tuna 0,5 kg
Optional bisa di tabahkan tahu ataupun tempe
Bawang putih 1 siung
Bawang Merah 6 siung
Asam Kandis 2 buah
Daun jeruk 2 helai
Daun kunyit 1 helai
Daun duku duku secukupnya (sebenarnya saya ga tau daun duku duku ini bahasa Indonesianya apa wkwk)
Jahe secukupnya
Kunyit secukupnya
Santan 250 gram




Langkah pengerjaan:
1. Bawang merah, bawang putih dan jahe di ulek
2. Masukan bahan yang sudah di ulek, kunyit, asam kandis, daun jeruk dan rempah lainnya ke  ke dalam wajan
3. Masukan santan ke wajan secukupnya dan tambahkan sedikit air
4. Panaskan wajan hingga mendidih
5. Masukan ikan segar yang sudah di bersihkan
6. Tunggu hingga matang dan sajikan
7. Optional jika ingin pedas boleh tambahkan sedikit cabe rawit



*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*


Resep Gulai Asam Pedas

Gulai asam pedas merupakan salah satu masakan tradisional Minangkabau dan menyebar di kawasan melayu, yang cita rasanya ada rasa asam dan pedas. Gulai asam pedas ini salah satu makanan yang terbilang sehat untuk di konsumsi, karena tidak menyebabkan koleterol maupun tensi tinggi. Seperti apa sih resep gulai asam pedas ini?? Simak pada resep berikut:

Bahan:
Ikan Tuna 0,5 kg
Optional bisa di tabahkan tahu ataupun tempe
Bawang putih 1 siung
Bawang Merah 6 siung
Asam Kandis 2 buah
Daun jeruk 2 helai
Daun kunyit 1 helai
Daun duku duku secukupnya (sebenarnya saya ga tau daun duku duku ini bahasa Indonesianya apa wkwk)
Jahe secukupnya
Cabe giling 1 ons


Langkah pengerjaan:
1. Bawang merah, bawang putih dan jahe di ulek
2. Masukan bahan yang sudah di ulek, cabe giling, asam kandis, daun jeruk dan rempah lainnya ke  ke dalam wajan
3. Masukan air ke wajan secukupnya
4. Panaskan wajan hingga mendidih
5. Masukan ikan segar yang sudah di bersihkan
6. Tunggu hingga matang dan sajikan

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*




Rumah Gadang dan Peninggalan Sejarah di Istana Pagaruyung

Saya kembali membahas tentang kota Batusangkar, yang di kenal sebagai tempat pusat peninggalan sejarah Minangkabau. Karena di kota inilah banyak kita temui museum-museum, makam raja, rumah adat, dan prasasti-prasasti di masa lalu. 

Kota Batusangkar ini berada sekita 110 km dari kota Padang, jika di tempuh dengan kendaraan umum memerlukan waktu sekitar 4 jam perjalanan. 

Ketika kerja praktek saya mengajak teman saya Nci untuk mengunjungi Istana Pagaruyung yang terdapat di Batusangkar. Istana Pagaruyung ini adalah peninggalan sejarah Minangkabau, disana kita dapat melihat secara langsung bagaimana konstruksi rumah gadang sesungguhnya, rumah gadang adalah rumah panggung yang memiliki atap bergonjong seperti tanduk kerbau, dan di halaman terdapat 4 jenis rankiang.

Nah bagaimana kaitan sejarah Minangkabau dengan rumah gadang ini?. Sejarahnya adalah Minangkabau terdiri dari 2 suku kata yaitu Minang = Menang, Kabau = Kerbau. Menurut sejarah Minangkabau yang beredar dan saya pelajari saat belajar mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau adalah bahwa dahulu terdapat pertarungan kerbau yang di  adu oleh datuak Parapatih nan Sabatang + Datuak Katumangguangan dengan kerbau yang berasalah dari daerah Jawa sana. Jadilah saat itu kedua datuak beradik kakak ini mencari kerbau kecil yang sedang menyusui, dan di pisahkan dari ibunya. Sedangkan kerbau dari Raja di Pulau Jawa tersebut membawa kerbau yang sangat besar. Kemudia datuak memberi kerbau kecil itu dengan tanduk yang bernama Minang, saat kerbau kecil itu melihat kerbau Besar, maka ia langsung menyerusuk dan menyusu ke kerbau besar itu, sehingga menanglah kerbau kecil ini dan daerah Minangkabau terpertahankan, begitulah asal ceritanya.

Nah bagaimana bentuk rumah gadang yang tertangkap kamera hp saya? yuk lihat foto-foto berikut:










Bagunan pada gambar berikut ini di sebut sebagai  Rangkiang, rangkiang berfungsi sebagai lumbung penyimpanan padi. Terdapat 4 jenis rangkiang, yaitu Rangkiang Si Tinjau Lauik, Rangkiang Kaciak, Rangkiang SI Bayau-bayau, dan Rangkiang Sitenggang Lapa. Fungsi dari masing-masing rangkiang dapat netizen tanya pada Mbah Google aja.



Di rumah gadang ini terdapat pakaian adat dan terdapat juga pakaian pernikahan adat Minangkabau bisa di pakai disana, namun saya tidak memakainya hehe.

Sekian cerita Annisa kali ini.

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*





Puncak Lawang

Ah, negara kita ini, Indonesia sangatlah terlalu Indah, punya pulau yang banyak, alam yang indah, kayak sumber daya alam, dan kaya budaya. Sayang sekali kalau tidak di jelajahi. Ingin sekali saya dapat mennejelajah keseluruh pelosoknya. Walaupun saat ini saya baru hanya menjelajah 4 provinsi, Jakarta Sumbar, Pekanbaru dan Jawa Barat. Sehingga tak habis-habisnya saya menulis tentang wisata, bahkan sumbar saja tempat kelahiran saya belum semuanya terjelajahi.

Kali ini saya ingin memposting foto dari keindahan puncak lawang. Puncak lawang berada di daerah Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Puncak Lawang ini terkenal keindahannya, hanya saja lokasinya jauh dari pusat kota, membuat lokasi ini tak begitu ramai di kunjungi. Puncak lawang memiliki pepohonan pinus yang cukup rapat, dan ketinggian yang sangat tinggi sehingga sering kali terlihat berkabut. Di daerah Matur ini kita bisa melakukan olahraga ekstreem seperti Paralayang, disinilah surganya Paralayang di Sumatera Barat. Terbang bersama parasut, melihat danau Maninjau dari ketinggian, persawahan, ah sangat ingin sekali saya merasakan bisa mengalami sekali saja bisa terjun payung disini. 

Bagaimana sih keindahan puncak lawang yang tertangkap kamera saya, yuk lihat foto-foto berikut:






Harga tiket masuk ke puncak lawang ini perorangnya adalah 15.000/orang. Usahakan kesana pada hari yang cerah, karena sering kali kalau cuaca tidak bersahabat sangat berkabut sehingga sulit dapat foto yang bagus. Sekian cerita Annisa kali ini, jangan lupa-baca cerita yang lainnya ya.

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*