Monday, 29 May 2017

PERSEDIAAN AIR DI KOTA KOTA PULAU JAWA



Latar Belakang (Pentingnya Air dalam kehidupan)
Air adalah kebutuhan pokok dan sangat penting bagi manusia dan makhlup hidup lainnya dimanapun berada. Fungsi air dalam kehidupan kita tidak hanya memenuhi kebutuhan secara fisik (yang dibutuhkan tubuh manusia), tetapi juga berperan sebagai pemenuh kegiatan manusia sehari-hari. Baik digunakan untuk mencuci pakaian, mandi, dan memenuhi kebutuhan manusia lainnya. Bahkan makhluk hidup lain yang berupa binatang, dan tumbuhan mengkonsumsi air sebagai pemenuh kebutuhannya.
Permukaan bumi pada dasarnya terdiri dari 71% merupakan air, makanya ketika kita melihat bumi dari luar angkasa, bumi terlihat berwana biru. 96% air di bumi ini bersifat asin sebagai air laut, sedangkan sisanya sekitar 4% yang bersifat tawar. Kurang dari 3% berwujud salju dan es, sedangkan 1% lainnya sebagai besar air tanah, dan sisanya kurang dari 0,1% sebagai air permukaan (sungai dan danau), serta berada di biosfer dan atmosfer.
Sekilas mengenai pengertian air, dan persentasi air dalam tubuh serta bumi, kita tahu begitu penting peranan air bagi makhluk hidup. Jadi bagaimanakah sikap manusia dalam menjaga sumber daya ini, dan bagaimana wujud manusia berperan aktif dalam melakukan konservasi sumber daya air, sehingga air dapat secara mudah memenuhi kebutuhan hidup seluruh makhluk hidup.

1)      Pulau Jawa

Pulau Jawa adalah termasuk pulau besar di Indonesia dan merupakan terluas ke-13 di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar hampir 160 juta, pulau ini berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5, Pulau Jawa dihuni oleh 60% penduduk Indonesia, Angka ini turun jika di bandingkan sensus penduduk tahun 1930 yang mencapai 70% dari seluruh penduduk indonesia penurunan penduduk di pulau jawa secara persentase di akibatkan perpindahan penduduk(Transmigrasi) dari pulau jawa ke seluruh indonesia. Ibu kota Indonesia,Jakarta, terletak di Jawa bagian barat laut (tepatnya di ujung paling barat Jalur Pantura). Pulau Jawa terletak pada koordinat 7°30′10″LS,111°15′47″BT , dengan luas 126.700 km² (48.919,1 mil²) dan ketianggian tertinggi 3.676 meter (12.060 kaki).

Permasalahan Penyediaan Air
Setiap musim kemarau, masalah yang muncul adalah kekeringan, sedangkan di musim penghujan adalah banjir. Tindakan pengendalian untuk mengatasi masalah krisis air juga masih dilakukan dengan pendekatan simptomatik dengan gaya instan. Ketika kekeringan terjadi, maka penyelesaiannya hanya dengan distribusi air bersih melalui tangki air, penyediaan pompa, pembiran air dan perbaikan jaringan irigasi. Gaya pendekatan seperti ini sebenarnya tidak menyentuh pada akar permasalahan secara menyeluruh. Sebaliknya masalah yang dihadapi akan muncul secara berulang-ulang dan dalam intensitas yang semakin meningkat.
Berdasarkan data dari Kementerian Riset dan Teknologi, pada tahun 2000 secara nasional ketersediaan air permukaan hanya mencukupi 23% dari kebutuhan penduduk. Sementara itu Pulau Jawa dan kondisinya sudah defisit air sejak tahun 1995. Saat musim kemarau di Jawa terjadi defisit air sekitar 130 ribu juta meter kubik per tahunnya. Maka tidak aneh jika setiap musim kemarau di Jawa seringkali terjadi krisis air di beberapa daerah.
Krisis air tersebut menyebabkan terganggunya stabilitas ketersediaan air bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses air sehingga harus berjalan berkilo-kilo untuk mendapatkan air. Air yang didapat pun tak jarang memiliki kualitas dibawah standar. Penyediaan air minum di Indonesia masih menjadi sesuatu yang kompleks.
Di Indonesia, salah satu kendala utama dalam penyediaan air bersih adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM beroperasi dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Sementara sungai yang ada sudah banyak mengalami degradasi yang disebabkan kerusakan DAS, masalah antropogenik, dan melemahnya perlindungan terhadap sungai. Faktor perubahan iklim juga menyababkan trend (kecenderungan) debit sungai mengecil secara signifikan.
            Pada musim kemarau, debit aliran dasar (base flow) sungai cenderung sangat rendah sehingga mengakibatkan permasalahan baru seperti intrusi air laut, krisis air, dan konflik dengan pengguna lain seperti untuk pertanian. Tidak hanya kuantitas, dari segi kualitas pun mengalami penurunan. Berdasarkan data kemetrian riset dan teknologi, sekitar 70% PDAM di Indonesia mengalami penurunan kualitas air.
Perkiraan Kebutuhan Air di Pulau Jawa

Pulau jawa merupakan daerah dengan penduduk tempat di Indonesia, yaitu sekitar 800 orang per km2. Tingginya kepadatan perduduk tersebut cenderung menyebabkan tingginya kebutuhan lahan pemukiman, pertanian dan sekaligus kebutuhan air. Menurut Albernithy (1997), jumlah penggunaan air sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Berdasarkan data jumlah penduduk dan tingkat pendapatan penduduk dari tahun ke tahun dapat dilihat bahwa kebutuhan air bersih di Pulau jawa cenderung terus meningkat.
Gambar Kebutuhan air dari tahun ke tahun
Pendekatan lain dalam menghitung kebutuhan air adalah dengan cara memerinci lebih detail semua kebutuhan air yang terdiri dari kebutuhan air domestik, non domestik, kebutuhan air untuk industri, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, kebutuhan air untuk peternakan, kebutuhan air untuk perikanan, dan kebutuhan air untuk irigasi. Berdasarkan pendekatan ini, kebutuhan air di P. Jawa dan Madura adalah seperti terlihat dalam Tabel 1. Kananto dkk (1998).
Tabel Kebutuan Air di Pulau Jawa
2)      Perkiraan Ketersediaan Air di P. Jawa
Di Pulau Jawa, hujan rata-rata bervariasi antara 1500-5000 mm/th dengan rata-rata 2.650 mm/thn. Sedangkan perkiraan air hilang (evapotranspirasi) sebesar 1200 mm/th dengan demikian curah hujan efektif di P. Jawa per tahun sebesar 1.450 mm atau setara dengan 186,2 milyar/th (Perum Perhutani, 1992). Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Kananto dkk. (1998), jumlah total tahunan air yang tersedia adalah 142,3 milyar m3/tahun.
Sebaran hujan menurut tempat tidak merata, yaitu tinggi di pantai selatan dan semakin rendah ke arah utara dan dari ujung barat ke arah timur juga semakin menurun jumlah hujannya. Berdasarkan waktu, distribusi hujanpun tidak merata, dimana lebih dari 80% dari seluruh hujan turun dalam periode Desember sampai bulan Mei dan sisanya sebesar 20% turun pada bulan Agustus hingga bulan Nopember.
Tabel  Ketersediaan air di Pulau Jawa (m3/det)
Alternatif Solusi Permasalahan Air di Pulau Jawa
A)    Perbaikan DAS
Konsep pengelolaan DAS di Indonesia sebenarnya telah dikenalkan sejak jaman Belanda, khususnya dalam praktek pengelolaan hutan, dimana pembagian-pembagian daerah hutan diatur berdasarkan satuan DAS
Upaya pengelolaan DAS terpadu yang pertama dilaksanakan di DAS Citanduy pada tahun 1981, dimana berbagai kegiatan yang bersifat lintas sektoral dan lintas disiplin dilakukan. Selanjutnya pengelolaan DAS terpadu dikembangkan di DAS Brantas, Jratun Seluna. Namun proyek-proyek pengelolaan DAS saat itu lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur fisik kegiatan konservasi tanah untuk mencegah erosi dan bajir yang hampir seluruhnya dibiayai oleh dana pemerintah. Baru tahun 1994 konsep partisipasi mulai diterapkan dalam penyelengaraan Inpres Penghijauan dan Reboisasi, walaupun dalam tarap perencanaan.
B)    Bendungan atau Waduk
Bendungan atau waduk merupakan danau buatan yang dibentuk dari aliran sungai yang dibendung sehingga menampung air dalam jumlah besar. Bendungan dibangun karena dapat memberikan banyak manfaat bagi pengelolaan air, khususnya di sekitar daerah aliran sungai. Waduk dapat dimanfaatkan untuk seperti Menyimpan Cadangan Air
dan menampung air dalam jumlah banyak yang sangat diperlukan untuk rumah tangga, industri, pertanian, dan lain sebagainya. Selain itu bendungan dapat digunakan untuk mencegah banjir dan menyediakan air untuk Irigasi, karena bendungan dapat membantu mengatur debit air yang dialirkan melalui sungai atau saluran air untuk irigasi. Namun masih banyak manfaat lain yang di dapatkan dengan membangun bendungan antara lain menjadi tempat wisata, menyediakan energi untuk pembangkit listrik, menyediakan tempat budidaya perikanan, menjadi tempat konservasi tumbuhan dan hewan, menyediakan arena olahraga air, dan sebagainya.
C)    Membuat Sistem Polder dan Kolam Retensi
Sistem polder adaah salah stau cara penanganan banjir dengan bangunan fisik meliputi drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan pintu air sebagai salah satu kesatuan pengelolaan tata air tak terpisahkan. Tujuan dari pengembangan sistem Polder ini adalah untuk memberikan model pengendalian banjir perkotaan terpadu.
Sementara kolam yang retensi yang dibuat sengaja didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton. Pada kolam jenis ini air yang masuk ke dalam inlet harus dapat menampung air sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan sehingga dapat mengurangi debit banjir puncak (peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam berfungsi sebagai tempat mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan waktu kosentrasi air untuk mengalir dipermukaan. Air yang tertampung pada kolam retensi diharapkan dapat dipakai untuk menjadi air baku kebutuhan masyarakat, dan diolah menjadi air bersih, sehingga dalam mengurangi permasalahan air di kota-kota yang terdapat di Pulau Jawa.










DAFTAR PUSTAKA
portalgaruda.org/article.php?article=84264&val=195&title=Kondisi%20dan%20Masalah%20Air%20di%20Pulau%20Jawa
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Java_Topography.png
*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*

No comments:

Post a Comment