Showing posts with label inspirasi. Show all posts
Showing posts with label inspirasi. Show all posts

Sunday, 21 October 2018

Desain Interior - Memaksimalkan Fungsi Kamar Kecil ukuran 3 m x 2 m

Sabtu 20 Oktober 2018, aku udah janji kalau banyak yang berniat baca tentang artikel ini, bakalan aku terbitin menjadi 1 postingan di blog, ternyata respond dari pemirsa di instagramku, cukup banyak yang berminat untuk membaca, sehingga jadilah aku buat postingan ini,. Perlu di tekankan disini bahwa aku bukanlah seorang desainer interior, bukan jurusan interior tapi teknik sipil, disini aku memang baru sebatas suka dari dulu mengenai interior dan belajar secara otodidak mengenai interior. Sehingga penulis merupakan seorang amatiran, mohon kritik dan sarannya agar tulisan dan hasil desain penulis dapat di perbaiki.

Situasi: sebagian dari kita sudah tahu bahwa di kota-kota besar untuk membeli atau mendapatkan lahan yang luas cukuplah sulit, entah itu dari segi harga, lokais yang strategus dan bahkan  ketersediaannya. Namun permintaan akan hunian sangat tinggi mengingat rumah adalah tempat berlindung dan kebutuhan primer bagi setiap keluarga. Sehingga tantangan hunian ke depannya, adalah hunian yang lahan sempit, multifungsi, compact, dan tetap dapat memberikan kenyamanan.

Kali saya sengaja mendesain atau memodelkan sendiri dengan bantuan program komputer bagaimana salah satu contoh desain interior atau interior decor untuk memaksimal ruangan sempit 3 m x 2 m ini. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca sekalian.

Tampak Atas

Pada desain ini, penulis sengaja memilih pintu geser, karena penggunaan pintu geser mengurangi penggunaan tempat. Selain itu, pintu geser sengaja dipilih yang menggunakan kaca bening hal ini agar memungkinkan si penghuni ruangan untuk tetap bisa merasa lapang dengan membuka curtain dan dapat dengan mudah memandang ke arah luar kamar. Untuk hal-hal conditional seperti mengganti pakaian, penghuni dapat dengan mudah menutup curtain, agar privasi masih terjaga.

Tampak Depan
Tempat tidur dipilih single bed, karena memang kamarnya kecil ya hehe, di peruntukan dihuni 1 orang saja. Pada umumnya kamar yang sekecil ini jarang sekali menggunakan lemari besar karena memakan tempat, namun rata-rata sebagai anak kos, saya merasa lemari jarang dapat memuat barang2 saya sepenuhnya. Lemari ini memang ya cukup besar buat 1 orang, dan multifungsi dengan beberapa rak di dalamnya dan dapat dibuat custom. 

Tampak Belakang
Pada bagian depan kasur, terdapat sedikit ruang yang dpat dimanfaatkan sebgaai tempat belajar, pemilihan warna pastel, dan kayu, abu-abu sengaja di pilihkan agar penghuni tetap merasa nyaman dalam ruangan meskipun mungil. Serta di tambahkan sedikit aksen geometri wall art agar memberikan unsur scandinavian. Ada suatu kebiasaan dari kita sehari-sehari senang menggantu barang-barang entah itu tas, atau sejenisnya, disini di berikan semacam tall drawer agar tidak lagi melakukan gantung-gantungan yang merusak estetika kamar mungil ini, sehingga seperti tas, atau printilan-printilan lainnya seperti setrika, alat-alat lainnya dapat di letakan di dalamnya. Selain itu pada meja belajar, penulis menambahka 2 drawer dibawah meja yang multi fungsi sebagai laci sekaligus menjadi bantalan mejanya. Lalu di tambahkan 1 ambalan diatas meja yang terbuat dari kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai rak buku atau untuk hal lain.


Tampak Samping

Sebetulnya masih ada 1 space yang belum termanfaatkan pada desain ini, yaitu kolong dari tempat tidur. Jika bawahan atau alas dari kasur ini di beri void atau lubang, ruang yang tersedia disana dapat kita manfaatkan sebagai tempat meletakan kasur mungil yang mana dapat dimanfaatkan kalau saja ada kawan yang ingin menginap, atau bisa juga dimanfaatkan sebagai tempat penyimpan barang dengan membaginya menjadi horizontal drawer.

Cukup sekian cerita annisa kali ini, semoga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca semua, silahkan di share dan tinggalkan jejak pada kolom komentar. thank you.

Monday, 5 March 2018

Menjadi Ibu Yang Multitasking

Pagi ini entah kenapa saya tergerak menuliskan ini.

Jika di tanya saya ingin jadi ibu seperti apa, saya sudah menemukan jawabannya. Saya ingin jadi ibu yang pintar memasak, multitasking dan istri yang soleha. Saya menemukan goals ini di tengah gersang nya hidup saya yang belum menemukan tujuan sebelumnya.

Saya ingin suatu hari nanti bekerja, tetapi sekaligus berumah tangga. Ketika sudah berkeluarga saya ingin memilih pekerjaan yang jam kerjanya setiap hari reguler, ga lembur lemburan, yah biasa masuk pagi dan pulang jam 5 sore. Hal ini demi kebaikan saya dan keluarga (kok mikirnya jauh banget ya).

Meskipun sibuk bekerja di siang hari, saya ingin setiap hari memasak. Dan akan selalu ada sarapan di meja rumah di Pagi hari. Menjadi seorang ibu yang multitasking memang tidak mudah, tetapi bisa dilakukan dengan membuat target dan time management yang baik.

Beginilah kira-kira time manajemen yang saya susun:
Saya bangun 4.30 dan sholat subuh bisa berjamaah atau masing2 sendiri.
Usai sholat subuh memasak makanan. Sebelum memasak, saya menghidupkan mesin cuci untuk mencuci baju yang kotor.
5.30- 5.45 Semua makanan sudah dalam keadaan terhidang. Bagaimana bisa memasak secepat itu? ya prepare dari malam dan multi tasking lagi. Misal menggoreng dendeng balado. Maka, saat menggoreng dendeng, saya akan megulek cabe. Seperti itu kira-kira. Dan sembari itu, nasi akan masak dengan sendiri juga.

Usai memasak, mandi, bersiap-siap dan sarapan di 1 meja makan bersama kekuarga.

Pulang kerja, sekitar pukul 17, sampai di rumah pukul 18.00 kurang. istirahat sebentar, mandi dan sholat maghrib lalu mengaji bersama anak-anak. Pukul 19.00 Saya akan membimbing anak-anak belajar. Jam 9.00 atau 09.30, anak-anak tidur. Saya mempersiapkan rencana masak untuk esok. Jam 22.00 sudah tidur.

Di akhir pekan, saya akan belanja stok bahan masak, buah-buah dan lain-lain untuk 1 minggu ke depan. Di waktu senggang saya akan menulis entah itu blog atau itu novel wkwk. Apapunlah, saya ingin menjadi sangat produktif. Di waktu libur panjang, saya ingin sekeluarga jalan-jalan ke alam.

Jika saya punya uang yang cukup atau berlebih saya ingin memiliki bisnis properti kecil-kecilan misal punya kontrakan atau kos-kosan.

Saya ingin hidup sederhana, dan anak-anak saya juga. Saya ingin membiasakan anak-anak saya menjadi pribadi yang rendah hati, syarat hidupnya ga banyak, dapat beradaptasi, akhlaknya baik, memiliki skill yang dapat menunjang kehidupannya di masa mendatang, tetapi tetap mengutamakan ibadah kepada Allah.




Tuesday, 20 February 2018

10 Hal Yang Mesti Kamu Coba Lakukan Selama Menjadi Mahasiswa

Orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah, bagaimana dengan masa kuliah?. Menurutku masa kuliah adalah masa-masa produktif dan merencanakan masa depan yang baik. Banyak orang diantaranya yang merasa menyesal setelah lulus kuliah yang hanya berkutat dengan belajar, atau nongkrong sama teman-teman, tetapi tidak mengisi dirinya dengan pengalaman-pengalaman yang dapat membantu kehidupan setelah kuliah. Berikut adalah hal-hal yang mesti kamu lakukan selama menjadi mahasiswa:

 1. Menjabat 1 Jabatan Penting di Organisasi Kampus


Pentingnya Berorganisasi

Organisasi di kampus dapat mewadahi kamu untuk mengasah softskill yang di butuhkan di dunia kerja seperti kemampuan bekerja sama dalan team. Selain itu dengan berorganisasi akan memberikan kita relasi atau kenalan yang banyak. 

 2. Menjadi Asisten Dosen 

Asisten Dosen


 Menjadi asisten dosen merupakan salah satu ajang untuk bisa lebih dekat dengan dosen dan di kenal junior. Menjadi asisten dosen memang gajinya tak seberapa, paling berkisar 20 ribu - 30 ribu /jam untuk job asistensi ataupun memeriksa tugas, tetapi jika di akumulasikan 1 semester ya bisalah dapat sejuta lebih. Selain benefit gaji, ada benefit yang tidak ternilai harganya, dengan menjadi asisten dosen kita akan lebih memahami ilmu yang telah kita pelajari dan mendapatkan pahala yang insya allah dapat membantu kita di akhirat (ingat : ilmu yang bermanfaat itu pahalanya terus mengalir ketika kita sudah tiada sekalipun). 

3. Ikut Kepanitiaan 

Kepanitiaan


Di kampus setiap tahunnya pasti ada acara acara besar yang mana membutuhkan banyak anggota agar acara tersebut berjalan lancar. Cobalah untuk ikut 1 saja kepanitiaan dan masuk ke dalam divisi yang membuatmu tertarik. 

4. Ikut Workshop, Pelatihan dan Seminar 


Workhsop, Pelatihan dan Seminar


Salah satu benefit menjadi mahasiswa adalah banyak workshop, pelatihan dan seminar di internal kampus sendiri. Jika ada waktu, ikutilah, tidak ada ruginya. Dengan mengikuti kegiatan tersebut kita bisa mendapatkan ilmu, sertifikat, perut yang kenyang dan bahkan door prize. Di dalam acara seminar cobalah untuk pro aktif seperti bertanya, yang mana kadang kala ada hadiah untuk para penanya. 

5. Bekerja Freelance atau Magang

Magang


Sebagai mahasiswa kita memang waktunya terbatas, namun setidaknya kita dapat mencicipi rasanya dunia kerja dengan Magang. Atau mencari uang tambahan dengan bekerja freelance. Dengan bekerja freelance, kita dapat belajar mandiri dan memaknai bagaimana sulitnya mendapat uang. Jangan membiasakan diri kita untuk selalu mengengadahkan tangan kepada orang tua 

6. Menjadi Peserta Lomba


Juara Lomba


Selama kuliah sayang sekali jika kita tidak mengikuti lomba. Kalah atau menang itu urusan belakangan. Yang penting adalah mencoba dulu. Banyak sekali lomba yang bisa diikuti, mulai dari lomba menulis, lomba infografis, lomba poster, lomba foto, bahkan lomba spesifik keilmuan tertentu contohnya di teknik sipil ada lomba beton, lomba struktur ramping, dan lain-lain. Lomba-lomva seperti ini biasanya dalam bentuk team, untuk itu alangkah baiknya berteman dekatlah dengan teman-teman yang memiliki semangat tinggi dan jiwa yang kompetitif. 

7. Menjadi Penulis 

Menulis Blogger


Salah satu profesi yang aku senangi dari dulu adalah seorang penulis. Kenapa?? menurutku menulis itu adalah kegiatan yang paling flexible. Apapun profesi kita hari ini, di waktu senggang kita bisa membuat tulisan. Bagi yang senang menulis, kamu bisa bergabung di unit sastra, atau berkontribusi menjadi penulis majalah kampus, atau di situs semacam blog. 

8. Ikut pertukaran pelajar 


Exchange Student


Untuk dapat menjadi perwakilan pertukaran pelajar keluar negeri memanglah tidak mudah. Untuk menjadi delegasi tersebut, banyak persyaratan yang harus kita penuhi, seperti bahasa inggris yang mumpuni, public speaking yang bagus, ada baiknya jika kita mempersiapkannya jauh-jauh hari. Menjadi mahasiswa yang pernah exchange adalah suatu pengalaman yang luar biasa dimana kita dapat memperkenalkan Indonesia, atau sebaliknya mengenal culture yang menarik dari negara luar, dan juga dapat terlibat dalam project kemanusiaan. 

9. Jalan-jalan 

Jalan-jalan


Kegiatan akademik, kemahasiswaan dan pekerjaan terkadang membuat kita lelah. Ketika libur kuliah, cobalah berikan waktu untuk diri sendiri untuk menikmati alam dan mengagumi keindahan ciptaan tuhan. Banyak yang dapat kamu coba selama libur, seperti naik gunung, jalan-jalan ke daerah lain, mencoba olahraga ekstreem seperti arung jeram, rapeling dan sebagainya. Selama kukiah mungkin kamu bisa menabung dan menyimpan uang dari hasil pekerjaan freelance mu. 

10. Berwirausaha 

Berwirausaha


Sebagai mahasiswa ada baiknya kamu mencoba berwirausaha, selain menghasilkan uang kamu juga punya pengalaman. Melatih diri untuk berwirausaha adalah cara yang baik untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan pasca kampus. Karena, jika sekiranya kamu tidak diterima bekerja, ada baiknya kamu mencoba berwirausaha. 

Mungkin sekian dulu tulisan dari Catatan Annisa kali ini, yang di tulis pure bedasarkan pengalaman pribadi dan pengamatan terhadap pengalaman orang lain. Terima kasih sudah membaca.

Tuesday, 6 February 2018

Struggling (Berjuang) dari Jeritan

Setiap dari kita waktu kecil pasti pernah merasakan momen ketika kita belajar berjalan. Mula-mula kita belajar membalikan tubuh dari tidur panjang, pelan-pelan merangkak, setelah itu belajar duduk, dari duduk belajar berdiri dengan berpegangan, lalu pelan-pelan melepas pegangan dan mulai melangkahkan kaki hingga mampu berlari. Dari kecil kita sudah belajar artinya berjuang, tetapi kita yang kecil dahulu tidak pernah mengeluh (karena kita tidak tahu cara mengeluh) ketika mencoba berjalan dan jatuh. Sakit memang, kitapun menangis, namun tak jera mencoba lagi hingga akhirnya mampu berdiri.

Yup, berjuang ini saya rasakan pula, di masa-masa akademik saya. 

1. Masuk SMA N 1 Pariaman
Kuis mata pelajaran komputer terendah di kelas, remedial fisika, merasa malu tidak dapat mengerjakan soal fisika di depan kelas, dan berbagai remedial di kelas 1 SMA dialami, merosot memang dari juara 1 umum di SMP menjadi remedian di kelas unggul SMA. Tetapi dari keterjatuhan ini belajar artinya berjuang, ah itu pemanasan, seseorang memang perlu beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya bangun dari keterpurukan, Ulangan fisika semester 2 tidak lagi remedi. Masuk Semester 3 SMA, waktu itu saya satu2nya yg mendapatkan nilai ulangan fisika pertama di semester itu, sang guru fisika memuji saya karena saya sangat berjuang, yup guru fisika ku buk Yesi menyaksikan sendiri mataku sudah berkaca-kaca, lutut ku melemah ketika tidak mampu mengerjakan soal fisika yang sangat mudah. Hingga di kelas 2 SMA percaya diri, selalu mengangkat tangan ketika soal fisika di berikan.

2. TPB ITB
Memulai kehidupan merantau dari Sumatera ke Jawa. 1 Minggu ibu menemaniku d Bandung, kemudian meninggalkanku di sebuah Asrama. 1 Minggu perpisahan itu, "bu, bagaimana kalau kita pulang saja, dan melupakan mimpi ini?. Aku masih belum mampu membayangkan hidup sendiri disini", air mata menyusuri hingga membasahi jiwa yang penuh ketakutan ini. Ibu selalu support aku dan meyakinkan aku bahwa aku mampu berjuang disini.

2 bulan kemudian aku memasuki hari-hari akademik di ITB. Menjerit rasanya memahami praktikum pemrograman yang tidak di mengerti akan mengetik apa. Nilai praktikum pertamaku, 46 skala 100. Kemudian bertubi-tubi dengan UTS. UTS fisika ku 53, tapi aku bersyukur itu rata-rata kelas, setidaknya bukan aku yang terbodoh, karena aku merasa diriku terbodoh di kelas saat itu. Nilai UTS kalkulus 74, yeay ini diatas rata-rata ya AB lah. Aku pun semakin berjuang walaupun tidak mendapatkan 1 pun huruf A di semester itu, alhamdulillah IP diatas 3. Semester 2 IP ku meningkat.

3. Teknik Sipil ITB
Semester awal masuk Sipil, kembali menjerit lagi dengan keadaan baru, dan jadwal yang sangat sibuk. Kuliah, Praktikum, Kuis Matrek yang menyiksa 2x seminggu, Ospek, dan Tugas yang bertubi-tubi. Pelan-pelan di jalani, berjuang, akhirnya terbiasa dan mampu beradaptasi. Hingga semester 4 dan berikutnya dapat mempertahankan IP diatas 3,5 dari yang awalnya menjerit-jerit.

Satu hal yang ingin di tekankan disini, saya bercerita ini bukan pamer, saya bukanlah mahasiswa yang pintar ataupun jenius yang dari awal akademinya stabil diatas 3,5. Semuanya saya awali dengan jeritan, merasa tidak mampu, merasa tidak akan mampu saya menjalaninya hingga akhir, namun mental saya selalu ingin berjuang, yup awalnya memang semua terasa menyiksa karena kita keluar dari zona nyaman, namun pelan-pelan kita beradaptasi. Yup, percaya atau tidak, setiap orang saya yakin pasti pernah merasakan posisi yang menjerit-jerit wkwk.












Monday, 29 January 2018

Pelajaran hidup dari film Jembatan Pensil

Alhamdulillahirrabil alamin... 
Saya sangat bersyukur telah menamatkan kuliah S1 saya dan mendapat gelar sarjana. Alhamdulillah saya di berikan Allah kemudahan untuk menuntut ilmu... 

Di postingan ini saya tidak membahas tentang sinopsis filmnya, tetapi saya akan bercerita tentang apa yang pikirkan tentang film ini. Banyak bagian2 cerita yang menyentuh sisi emosial dari diri saya. Latar ceritanya berada di Pesisir Pantai, saya seperti flashback kembali ke masa kecil saya di waktu SD, saya di besarkan di lingkungan pesisir Pantai. Tetapi kampung dimana saya tinggal jauh lebih maju dimana sudah banyak sekolah terdapat disana.

Mungkin bagi sebagian kita tidak begitu sulit memperoleh pendidikan, tetapi dari filmnya kita melihat bahwa masih ada banyak orang yang mendapatkan pendidikan SD saja susah, hanya 1 bahkan sekolah di desa tersebut, guru pun juga hanya 1, dan tak ada yang membayar. Perjuangan mereka pun untuk bersekolah sangatlah susah, bertaruh nyawa melewati jembatan lapuk yang sudah rusak. Tapi ini bukan hanya film, tapi benar adanya. Pendidikan belum mampu menyentuh semua elemen masyarakat.

Tokoh Ondeng, seorang anak laki-laki yang bersekolah di sekolah gratis itu. Dia seorang anak nelayan. Setiap hari ia menabung untuk membuat jembatan untuk temannya. Setiap hari ia menunggu teman-temannya saat menyebrang jembatan, hingga suatu ketiaka jembatan kayu itu roboh, teman-temannya tenggelam, ialah yang menyelamatkan teman-temannya.

Ibunya Ondeng sudah meninggal, ia hanya tinggal bersama ayahnya yang seorang nelayan. Ondeng selalu takut mendengar petir karena mengkhawatirkan ayahnya di laut sana. Ayahnya begitu sayang padanya. Suatu hari tasnya terjatuh di sungai. Ayahnya berjanji untuk membelikan tas yang baru. Kemudian ayahnya pergi melaut, dan ternyata kapalnya terguling, ia pun meninggal. Ya begitulah nelayan, hidupnya di laut, matinya pun di laut. Sebagai anak pesisir pantai, kabar meninggalnya seorang nelayan yang melaut tidaklah asing. Bagian ini sangatlah sedih bagi saya, saya menjadi teringat ayah yang sudah tua, saya sering khawatir dengan keadaan ayah yang sering berpergian ke luar kota ratusan kilometer mengendarai motor, pernah suatu hari ayah kecelakaan, kakinya terluka, saya selalu lirih megingat ini. Perjuangan seorang ayah demi keluarganya. Keinginan saya saat ini adalah saya ingin membahagiakan kedua orang tua saya di sisa umurnya, saya sangat menyayangi mereka.

Kembali ke film, suatu hari Ondeng sakit karena sangat merasa kehilangan ayahnya. Kemudian Ondeng pergi ke laut, tenggelam dan meninggal. Ondeng pernah berpesan kepada gading kawan ayahnya melaut bahwa buatkan jembatan untuk teman-temannya dari uang tabungannya. Akhirnya diakhir cerita jembatan itu dibuat. Saya berharap semoga pemerintah tidak hanya membangun jembatan-jembatan bagus saja sebagai landmark kota, tetapi juga lebih membangun jembatan-jembatan di pelosok desa yang dapat menghubungan desa2 kecil sehingga kemudahan akses ini dapat memudahkan masyarakat dalam mobilitas dan akses dalam berkegiatan. Saat melakukan review design jembatan baja, saya sangat berharap semoga jembatan itu aman, dan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang menggunakannya.

Mungkin sekian cerita saya mengenai film ini. Sekian, terima kasih.



Thursday, 14 December 2017

Tahun Pertama TPB (Tahap Persiapan Bersama) ITB



Di postingan sebelumnya saya sudah cerita tentang perjuangan saya sampai keterima di ITB, nah kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya di tahun pertama di ITB.

OSKM ITB Agustus 2013


OSKM, apa sih OSKM? OSKM adalah singkatan dari Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa, ya semacam MOS kalau di SMAnya. Jadi lewat OSKM ini kita akan belajar mengenali lingkungan kampus, dan juga mengenali tentang nilai-nilai kemahasiswaan.

Senin Agustus 2013, hari itu adalah hari gladi bersih pelantikan mahasiswa baru ITB. Pagi pukul 06.00 bersama teman-teman di asrama kita pergi ke kampus naik angkot kalapa dago yang sudah menunggu sedari tadi di depan asrama.

Pagi itu mahasiswa baru ITB menggunakan seragam sekolah putih abu-abu dan di baluti jaket almamater ITB berwarna biru tosca. Baru sampai di gerbang belakang ITB, aku bersama teman-teman di bimbing menuju depan Sabuga untuk berbaris sesuai dengan kelompok yang sudah di bagi. Kelompok ini adalah kelompok taplok, dimana dalam satu itu terdiri dari minimal 1 orang di setiap fakultas, dan terdapat 3 orang kakak taplok yang mana 1 tahun angkatannya diatas kita.

Apakah OSKM itu ospek?
OSKM itu bukan ospek kok, di  ITB ospek jurusan itu di mulai saat setelah masuk jurusan. Lamanya OSKM sekitar 6 hari, setelah itu seninnya kita masuk kuliah. Hello guys, kita sudah bukan SMA lagi ternyata, 6 Hari menggunakan seragam sekolah SMA putih abu-abu saat OSKM seakan-akan menjadi salam perpisahan dengan putih abu-abu dan di sambut oleh sebuah almamater.

SEMESTER 1 Kuliah

Di ITB tahun pertama kuliah kita tidak langsung di cemplungin masuk jurusan yang di inginkan, kita harus melewati 1 tahun pertama yaitu namanya TPB yaitu tahap persiapan bersama, ada juga yang bilang TPB itu adalah tahap paling bahagia wkwk.

Di TPB kita akan belajar kembali pelajaran SMA, sehingga banyak yang menyebut TPB itu sebagai SMA kelas 4, tetapi materi kuliah di TPB lebih berat daripada di SMA, soal-soal ujian kita kayak soal-soal olimpiade gitu. Kenapa begitu, jadi mungkin ITB ingin menyetarakan kemampuan dasar semua mahasiswa baru yaitu terutama Mafikinya, karena pendidikan Indonesia itu bisa di bilang tidak merata, ada yang SMA nya bagus banget, gurunya kompeten dsb, ada juga yang tidak, jadi untuk itu perlu penyetaraan.

Apa aja sih mata kuliah TPB? 
Aku akan kasih tau mata kuliah TPB untuk fakultas FTSL
Semester I
1. Kalkulus 4 SKS
2. Fisika 4 SKS, ada Praktikum
3. Kimia 3 SKS, ada Praktikum
4. PRD (Pengantar Rekayasa Desain) 2 SKS
5. PTI (Pengantar Teknologi Informasi) 2 SKS, Ada Praktikum
6. Bahasa Inggris 2 SKS

Semester II
1. Kalkulus 4 SKS
2. Fisika 4 SKS, ada Praktikum
3. Kimia 3 SKS, ada Praktikum
4. PRD (Pengantar Rekayasa Desain) 2 SKS
5. Gamtek (Gambar Teknik) 2 SKS
6. TTKI (tata tulis karya ilmiah) 2 SKS
7. Olahraga, 2 SKS

Minggu Pertama Kuliah
Minggu pertama kuliah itu indah banget, hehe belum ada kesibukan yang berarti, praktikum belum di mulai, belum sibuk kegiatan organisasi, ya you will say "I'm free". Tapi ternyata itu berlaku 2 minggu pertama,

Minggu Ketiga Kuliah
Minggu ke-3 kita sudah mulai disibukan oleh aktifitas Praktikum, tugas, kuis dan UTS. Selama TPB itu kita kuliah Senin sampai Jumat, dan ujian hari Sabtu, dan itu berlaku setiap minggu. Jadi memang tidak ada waktu khusus untuk ujian. Di Minggu ketiga kuliah, akan ada yang namanya OHU (open house unit), di ITB terdapat lebih dari 80 unit kegiatan mahasiswa, daftarlah ke unit yang kamu minati dan sesuaikan jadwal kegiatannya dengan aktivitas akademik mu. Intinya kuliah itu akademik dan organisasi haruslah ada porsinya masing-masing.

Nah waktu itu saya mendaftar Gamais ITB dan UKM (unit kesenian minangkabau), tetapi saya tidak berlanjut sampai ke pelantikan, karena saat itu saya ingin memfokuskan diri ke akademik. Karena awal kuliah di ITB saya agak kesulitan beradaptasi karena materi yang diajarkan sangat cepat dan materinya bagi saya saat itu sulit.

Waktu di TPB itu based on pengalaman saya mendapatkan nilai tinggi itu sangatlah sulit. Padahal batas nilai A nya tidaklah setinggi di jurusan. Misalnya Kalkulus batas nilai A yaitu 80, Fisika batas nilai A 75, Kimia batas nilai A nya 72. Jadi jangan kaget juga pada saat SMA nilai ulangannya > 90 tiba-tiba nge anjlok. Waktu itu nilai UTS Fisika ku 54, tapi saya masih bersyukur karena masih banyak juga yang lebih rendah daripada saya nilainya, UTS Kalkulus saya 74, dan UTS kimia saya 53 Haha. Tapi sabar, masih ada UTS II, Nilai Praktikum, Nilai RBL, Nilai Tugas, Nilai Kuis, disitulah saya mengejar kekurangan nilai saya.

Pengenalan Jurusan
Di ITB pada tahun pertama akan ada yang namanya pengenalan jurusan di masing fakultas, setiap jurusan akan mempresentasikan mengenai jurusan dan seperti apa lapangan kerjanya, lingkup yang di pelajari dan sebagainya. Kalau saya memang dari awal sudah memantapkan hati untuk memilih jurusan Teknik Sipil.

Hororweek Ol.Akademik
Setelah melewati 16 minggu perkuliahan dan serangkaian ujian di ITB, akhirnya datanglah masa penantian di akhir semester di ITB yaitu IP. Itu adalah IP perdana ku selama perkuliahan di ITB. Ada rasa dag-dig-dug ketika membuka nilai di Ol.akademik. Nah alhamdulillah saya mendapatkan IP>3, tapi jangan salah, banyak juga teman-teman yang IP nya 4, atau nyaris 4, ada juga yang di bawah 3 alias 2 komaan, ya IP mahasiswa ITB itu bervariasi. Nah di ITB sendiri sering di dengar tidak boleh membicarakan SARIP (Suku Agama Ras dan IP) untuk menghormati perasaan teman kita hehe.

Sekian dulu cerita masa TPB saya kali ini, next di lain waktu saya akan berbagi cerita lagi.








Friday, 8 December 2017

Kisah Perjuanganku Masuk ITB

Hello semua, 
Berawal dari sebuah pertanyaan seorang murid SMA yang bertanya mengenai perjuangan saya masuk salah satu kampus idaman siswa SMA yaitu ITB.
Baiklah, kali ini saya akan bercerita. 

2010
Saya seorang anak desa, yang bersekolah di salah satu sekolah SMA favorit di kota Pariaman, yaitu SMA N 1 Pariaman. Saya memilih bersekolah disini karena tenaga pengajarnya yang bagus, siswa-siswanya pandai, tanpa spp dan lingkungan sekolahnya yang nyaman. Saat itu aku masuk kelas unggul, kelas dimana kami dikumpulkan bedasarkan seleksi nilai rapor, wawancara, serta prestasi selama di SMP. Mungkin yang membuat saya terdampar di kelas ini adalah karena semasa SMP saya pernah meraih juara umum, aktif di kegiatan sekolah dan berbagai perlombaan akademik. Pertama kali di lokal unggul ini Alhamdulillah aku meraih ranking 6 di kelas.

Mei 2011
Tahun 2011 adalah tahun dimana mulai adanya jalur SNMPTN undangan, dan adanya beasiswa Bidikmisi. Saat itu ada seniorku yang berinisial Y, lulus SNMPTN undangan dengan beasiswa Bidikmisi di ITB, fakultas STEI. Yeah, itulah awal pertama kali ku mendengar nama ITB. Sebelumnya aku tidak pernah berfikir untuk kuliah disini, karena yang saya tahu saat itu nama kampus hanya 2 yaitu Unand dan UNP. Guru matematika saya sangat membanggakan prestasi bang Y ini, dan saya dengar siswi yang menjadi juara kelas di kelasku menginginkan masuk universitas itu juga. Saya semakin penasaran, bagaimana sih kampus ini?. Berawal dari situ saya mencari tahu mengenai ITB lewat bantuan mbah google, dari situ saya melihat data-data yang ada bahwa untuk masuk ITB persaingannya cukup ketat.

September 2011
Libur panjang lebaran usai sudah, saya kembali masuk sekolah. Saya mencoba menghubungi bang Y ini lewat fb meskipun sebelumnya tidak kenal. Dari situ aku menggali informasi sebanyak-banyaknya. Saat itu aku bercita-cita ingin menjadi arsitek, dan di ITB terdapat di fakultas SAPPK (sekolah arsitektur dan perencanaan wilayah dan kota), nama fakultasnya keren ya. SAPPK ini tingkat kesulitannya termasuk menengah di ITB. Detik itu juga saya seperti menemukan tujuan yang terarah yaitu masuk SAPPK ITB. Semenjak itu mulai awal semester 1 kelas 11, aku rajin belajar. Saya membahas soal-soal sbmptn dari buku yang aku pinjam di perpus, setiap minggu aku harus memperpanjang peminjaman buku tersebut. Setiap hari saya menargetkan membahas 5 soal. Dan itu memang konsisten saya jalani setiap hari sampai buku-buku tersebut khatam.


Prestasi saya meningkat, nilai saya yang awalnya selalu di bawah 80 menjadi diatas 90, dan di beberapa lomba pun aku mampu masuk sebagai finalist. Dari sini saya menyimpulkan, jika kita memiliki tujuan yang jelas, maka alam bawah sadar membuat kita berusaha menuju apa yang kita inginkan dan semestapun mendukung, jadi jangan takut bermimpi, tapi kerahkan seluruh tenaga untuk menggapainya. 

Saya berasal dari keluarga sederhana, saat SMA saya tidak pernah les atau bimbel (padahal sekarang saya jadi pengajar les wkwk), selama SMA aku benar-benar mengandalkan belajar sendiri di kosan (sedari SMA saya sudah kos, belajar hidup mandiri, memasak, dan mencuci pakaianpun saya lakukan sendiri). Rata-rata teman sekelas saya mengikuti les, tapi itu tidak menyulutkan semangat saya, saya belajar dengan cara saya sendiri. Saat itu saya sering belajar menggunakan hp yaitu lewat fanpage facebook yang sering terdapat kuis-kuis mafiki, saya sering memenangkan kuis dan mendapatkan reward berupa pulsa.

2012
Orang tua saya mulai mengetahui keinginan diam-diam saya saat itu adalah ingin masuk ITB, dan mereka melihat diantara selipan catatan-catatan buku saya. Saat itu orang tua saya berterus terang tidak mampu menyekolahkan saya kesana dan terlebih lagi orang tua saya mengira bahwa saya tidak akan mampu hidup sendiri di rantau orang sana. Tetapi, saya mencoba meyakinkan orang tua saya, bahwa saya akan mencari beasiswa dan saya saat itu saya ingin mendapatkan beasiswa Bidikmisi yaitu beasiswa dari menteri pendidikan dengan mengcover biaya kuliah dan memberikan biaya hidup juga. Orang tua saya tetap menolak. Saat itu saya terdiam, apa saya akan melanjutkan mimpi ini atau tidak. Tapi ternyata hati saya tidak berubah, pikiran saya masih saja tertuju ingin berkuliah di ITB. Lambat laun akhirnya orang tua saya mengizinkan kan walaupun saya tahu ketika itu ayah berkata pada Ibu "biarkan saja dulu, jangan patahkan semangatnya, toh dia belum tentu bias lulus ITB".

Zoom In ITB 2013
Ini adalah salah satu event tahunan yang di selenggarakan mahasiswa ITB yang berasal dari Sumbar. Praevent nya adalah kakak kelas saya dating ke kelas-kelas di SMA untuk sharing pengalaman dan memberikan informasi mengenai bagaimana berkuliah di ITB. Acara besar zoom in ini dilaksanakan di Universitas Andalas Padang. Saya pun datang ke acara ini bersama teman-teman sekolah saya. Saya sangat antusias. Disitu terdapat acara seminar berupa penjelasan mengenai fakultas di ITB, penampilan dari UKM, dan terdapat stand2 seperti stand fakultas dan beasiswa.  Saat itu saya senang sekali dan gemes melihat jaket hijau Tosca ITB dan bergumam semoga tahun depan saya dapat memakai jaket tersebut dan menjadi Panitia Zoom In ITB (Alhamdulillah ternyata keinginan ini tercapai setelah setahun kemudian, saya menjadi anggota dana usaha dan datang ke sebuah Bimbel di kota Padang untuk mengajukan proposal dana).


2013
Impian semakin dekat, ujian nasional pun akan dimulai. Semangat belajar saya pun semakin membara. Saya dan teman-teman sekelas menuliskan impiannya masing-masing di dinding kelas. Dan saya menulis ini.
Amiin


Di bangku sekolah saya terdapat ini.


Saat itu saya bingung menentukan mana yang saya pilih antara FTSL dan SAPPK, karena dari kecil saya sangat tertarik dengan infrastruktur. Setelah saya cari tahu ternyata minat saya lebih cocok FTSL karena saya lebih minat di Teknik Sipil. Akhirnya pada memasukan data SNMPTN saya pilih Teknik Sipil.

Saat itu beberapa orang dari teman saya di kelas diajukan untuk beasiswa BM, tetapi saya tidak diajukan oleh sekolah. Oleh karena itu saya dating ke guru BK dan menceritakan keadaan diri saya dan saya butuh beasiswa itu. Guru BK pun mengurus data diri saya dan membimbing saya untuk melengkapi persyaratan-persyaratannya. 

Pandangan Orang Terdekat
Suatu hari orang tua saya dating ke rumah salah satu keluarga saya, mereka bertanya "Annisa ingin kuliah dimana?", orang tua saya menjawab "Katanya ingin mencoba daftar di ITB". Salah seorang dari keluarga tersebut langsung mengatakan seperti ini "Emangnya ada uang 50 juta? ITB uang masuknya segitu. Masuk ITB itu harus punya uang dan harus pintar", dengan ekspresi yang kurang mengenakan. Orang tua sayapun menjelaskan sebenarnya sekarang sudah ada beasiswa, tapi ya mereka yang mendengar tetap tidak mempercayai dan terkesan mematahkan. 

Walaupun saya tidak mendengar langsung, ya saya sedih orang tua saya dianggap seperti itu. Saya sadar bahwa saya berasal dari orang sederhana, tapi kata-kata yang pedih diatas saya jadikan motivasi bagi diri saya untuk membuktikan bahwa saya bisa berkuliah di ITB dengan beasiswa. Semenjak peristiwa itu, orang tua saya tidak pernah lagi menjawab kalau saya akan berkuliah di ITB, setiap teman-teman ataupun keluarga yang bertanya kedua orang tua saya selalu mengatakan bahwa saya akan masuk Teknik Sipil Unand. Iya tak apa, orang lain tak perlu tahu mimpi saya seperti apa, yang jelas saat itu saya focus saja untuk belajar.

Mei 2013
Pengumuman SNMPTN undangan
Hari itu akan diummkan hasil SNMPTN undangan, saya tidak berharap banyak, karena saya hanya ranking 11 di kelas, biasanya yang lolos SNMPTN undangan dari sekolah saya hanya yang juara 3 besar umum dari sekolah saya. Tapi sore itu ternyata Allah berkehendak lain, impian saya di kabulkan, saya di terima di FTSL ITB. Ya betapa senangnya saya saat itu. Tapi di hari yang sama saya sedih, terbayang bahwa saya akan meninggalkan keluarga dan hidup di rantau orang sendirian.

Saya di antarkan ibu ke Bandung, dan ditemani sampai saya mendapat asrama. 2 Hari pertama di Bandung, saya sedih, saya tidak sanggup meninggalkan keluarga. Tetapi ibu selalu menguatkan saya bahwa saya disini untuk masa depan saya, dan Ibu slalu mendoa untuk kesuksesan saya. Akhirnya saya masuk asrama, di asrama saya menemukan 2 orang teman orang Minang yaitu Dela dan Fitra. Kita pun sering bersama-sama. Ibupun akhirnya kembali ke Padang. Sedih ya pasti, homesick diawal-awal ya pasti ada, tapi akhirnya saya pun terbiasa.
 OSKM ITB

Ketika Matrikulasi ITB















Sunday, 30 July 2017

Menabung dan Segala Macam Manfaatnya

Banyak orang yang merasa kesulitan untuk menabung. Apalagi di era modern ini semuanya di jajakan di depan mata lewat dunia maya. Membuat masyarakat menjadi semakin konsumtif. Siapa yang tidak ngiler dengan barang-barang bagus, dan bermerk. Media online membuat orang yang awalnya tidak ada niat belanja menjadi belanja. Mungkin beda dengan dulu, dulu untuk belanja orang menyediakan uang dulu, baru ke toko atau ke pasar melihat barang-barang yang di inginkan baru, jika cocok baru membeli.

Tak ada masalah dengan keberadaan media online. Media online justru memberikan kita lebih banyak pilihan dan mempermudah mencari apa yang kita inginkan. Tapi yang penting adalah membeli barang sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan saja.

Menabung, seberapa penting sih menabung?

Baik, saya akan bercerita tentang laptop kesayangan saya ber merk Asus dengan processor Intel 5 dibeli seharga 7 juta. Laptop ini saya beli dari hasil tabungan saya dari hingga sma. Pas kuliah saya kesulitan menabung karena pengeluaran akademik saya sangatlah tinggi, baru bisa menabung lagi setelah semester 6 dengan bekerja freelance. 

Dari TK saya tinggal bersama nenek. Keluarga ibu saya adalah keluarga petani dan sekaligus berdagang. Kakek saya memiliki usaha penggilingan padi, berladang, berkebun, sekaligus memiliki kios penjualan beras secara eceran maupun grosiran. Karena tinggal bersama mereka, saya pun sering menjadi bagian logistik dari usaha mereka, seperti menjual biji coklat, menjaga kios minyak dan beras, menjaga jemuran padi, menjual telur angsa dan ayam, bahkan jadi tukang kasih makan ternak sekaligus selain itu juga menjadi tukang tagih hutang pada konsumen. Setiap usai pekerjaan itu, kakek selalu memberi saya semacam reward uang jajan.

Uang saya pun terkumpul. Dari kecil saya tidak terbiasa meminta uang jajan atau minta beli mainan. Jikalau saya memiliki mainan, itu atas inisiatif orang tua yang membelikan atau saya yang membeli mainan dengan uang saya sendiri. Uang yang saya kumpulkan saya titip ke kakek, dan dijadikan modal usaha lagi. Setiap bulannya uang yang saya titipkan diberi tamhan 5% dari modal. Itupun bukan saya yang memintatapi kakeklah yang secara suka rela memberinya.

Kelas 5 sd, saat itu musim sekali anak membeli kertas binder dan bindernya. Jadilah saya saat itu menjadi penjual kertas binder di sekolah, serta menjual buku binder dengan cicilan pun. Sambil menjual biji coklat biasanya saya juga membeli kertas binder yang akan saya jual. Penjualan saya pun cukup banyak, sampai adik kelas dan tetangga-tetanggapun membeli. 

Ketika SMP binder sudah tidak menjadi tren lagi, pekerjaan saya pun beralih menjadi pengajar les, tukang ketik soal ujian, tukang jaga warnet, dan hasilnya kembali saya tabung. Ketika kelas 2 SMP kakek pun meninggal. Uang hasil penjualan binder dan uang logistik bekerja dengan kakek saya tabung ke ibu. Dan ibu membekukannya dengan membelikannya dalam bentuk emas. Setiap tahunnya harga emas selalu naik, dan nilai rupiah tabungan saya pun juga ikut naik.

Dari kecil saya memang bukan tipe anak senang jajan atau membeli hal yang tidak perlu. Sampai sekarang pun kalau diajak ke bioskop saya tidak suka, buang2 uang saja. Bukan berarti saya tidak pernah menonton di bioskop. Saya lebih suka jalan-jalan, karena itu memang hobi saya.

Bagi saya sendiri menabung tak harus rutin. Saya menerapkan cara menabung seperti ini. Misalkan saya mendapat tambahan uang dari hak jajan saya, maka itu akan di ambil sebagai tabungan. Atau juga bisa, saya menabung dari penghematan yang saya lakukan. Misalkan saya berangkat ke kampus dengan jalan kaki, karena saya jalan kaki artinya saya tidak mengeluarkan ongkos, maka uang tersebut masuk dalam bentuk tabungan. Misalnya juga, jatah makan saya dalam 2 hari adalah 60 ribu. Karena saya meluangkan waktu untuk memasak, sehingga pengeluaran saya hanyalah 20 ribu untuk 2 hari. Maka, 40 ribu sisanya menjadi tabungan.

Dengan cara tersebutlah sampai sekarang saya bisa membeli apa yang saya mau. Karena saya tidak terbiasa meminta atau merengek pada orang tua. Dan orang tua saya memberi saya uang jajan tanpa saya memintanya. 

Berhemat bukan berarti pelit. Hemat adalah cara menghindari kemubaziran dan melakukan sesuatu pada tempatnya. Keadaan hidup dari kecil membuat saya harus membiasakan diri hidup hemat. Saat saya masih kecil orang tua saya membeli 1 petak rumah dengan mencicil setiap bulannya, saya sering sakit-sakitan karena daya tahan tubuh lemah. Gaji ayah setiap bulan habis untuk berobat dan mencicil rumah. Ketika berumur 5 tahun, kantor tempat ayah bekerja bankrut, dan ayah di PHK. Akhirnya ayah bekerja serabutan, jadi fasilitator, pengawas proyek dan sebagainya. Ekonomi keluarga kami merosot parah saat ayah mengganggur 1 tahun, dan sakit. Kami hidup dari uang tabungan selama ayah bekerja, ibu pun membantu perekonomian dengan gaji honorer nya sebagai guru smp tidak seberapa di tambah dengan menjual beras. Setiap ayah bekerja ibu selalu menyisihkan uang dapur untuk menabung. Kondisi proyek yang musiman, membuat ibu menjadi was-was dengan keuangan. Aku pun sebagai anak ikut mengerti, hal itu membuat aku tidak pernah meminta ini itu kepada orang tua selain kewajiban mereka seperti membayar uang masuk sekolah dan uang jajan atau ongkos sekolah. Di luar itu seperti beli hp pun tidak aku minta. Di sekolah pun aku tidak pernah les, aku hanya cukup belajar sendiri dari buku di perpustakaan. Kadang-kadang aku mendapat beasiswa waktu SMP, karena berhasil menjadi juara umum. 

Ketika SMA pun aku mencari SMA yang tidak membayar SPP dan tetap bagus. Seperti SMA ku dulu, SMA 1 Pariaman. Ketika kuliah di biayayi kuliah full 4 tahun dan mendapat biaya hidup. Aku merasa beruntung, aku menjadi salah satu anak yang tidak mampu, tetapi Allah memberikan kecerdasan yang bisa menunjang pendidikanku dan diperhatikan pendidikannya oleh pemerintah. Semenjak aku kuliah pun ekonomi keluargaku membaik, ayah tidak pernah lagi menganggur, dan rezeki tak terduga kadang juga sering datang. Dan alhamdulillah dengan menabung dan berhemat hidup kami tidak pernah meminjam uang dan dililit hutang.

Begitulah the power of saving pemirsa. 













Sunday, 4 June 2017

Rangkuman talkshow jasmine


Rangkuman talkshow
1. Pembicara: ibu Dewi
Pengalaman dalam mendalami bisnis : berawal dr instagram, merintis usaha sedari kuliah. Berawal dari tugas kuliah untuk membuat proposal bisnis.
Tanpa disadari usaha "kiciksmuslimah", meningkat pesat hingga skrg 150 distributor". Kunci dalam usaha ini, ikhtiar, sabar dan do'a dari orang tua. Bisnis itu harus sesuai dengan passion, bukan mengikuti trend yang dilakukan orang lain. Karena ketika kita mencintai pekerjaan kita, insya Allah berjalan lancar. Cara memanfaatkan waktu kuliah sambil berbisnis, pagi-siang kuliah, sore bisnis, malam mengerjakan tugas. Motivasi berwirausaha: membuka lapangan sebesar2nya. Melalui usaha ini juga, pembicara berharap muslimah termotivasi untuk memakai hijab syar'i.
2. Pembicara kedua : ibuk Elidawati
Memulai usaha : berawal dari seorang teman yang membuka usaha, dan bekerja sama untuk membuka cabang di jakarta. Suka duka menjalani bisnis, makna syukur dan sabar saat menjalani dinamika bisnis. Setiap manusia butuh social life, harus mampu menyikapi dengan bijak pengunaan waktu, karena sangat sibuk. Suka yang dialami, senang saat ukm tumbuh bersama dengan perusahaan, selain itu mitra usaha banyak melahirkan pengusaha2 baru. Memaknai syukur dengan berbagi.
3. Pembicara ke3: nurhayati subakat
Berawal dari tidak diterima menjadi dosen, Mengikuti saran org tua untuk bekerja di rumah sakit. Setelah menikah akhirnya melepas pekerjaan jd pegawai. Melamar jadi apotik juga tidak diterima, akhirnya di terima kerja di tempat teman, akhirnya merintis usaha kecil yg sekarang kadi wardah kosmetik.



(Tgl setor 4 juni)

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*