Latar Belakang (Pentingnya
Air dalam kehidupan)
Air
adalah kebutuhan pokok dan sangat penting bagi manusia dan makhlup hidup
lainnya dimanapun berada. Fungsi air dalam kehidupan kita tidak hanya memenuhi
kebutuhan secara fisik (yang dibutuhkan tubuh manusia), tetapi juga berperan
sebagai pemenuh kegiatan manusia sehari-hari. Baik digunakan untuk mencuci
pakaian, mandi, dan memenuhi kebutuhan manusia lainnya. Bahkan makhluk hidup
lain yang berupa binatang, dan tumbuhan mengkonsumsi air sebagai pemenuh
kebutuhannya.
Permukaan bumi pada dasarnya terdiri
dari 71% merupakan air, makanya ketika kita melihat bumi dari luar angkasa,
bumi terlihat berwana biru. 96% air di bumi ini bersifat asin sebagai air laut,
sedangkan sisanya sekitar 4% yang bersifat tawar. Kurang dari 3% berwujud salju
dan es, sedangkan 1% lainnya sebagai besar air tanah, dan sisanya kurang dari
0,1% sebagai air permukaan (sungai dan danau), serta berada di biosfer dan
atmosfer.
Sekilas mengenai pengertian air, dan
persentasi air dalam tubuh serta bumi, kita tahu begitu penting peranan air
bagi makhluk hidup. Jadi bagaimanakah sikap manusia dalam menjaga sumber daya
ini, dan bagaimana wujud manusia berperan aktif dalam melakukan konservasi
sumber daya air, sehingga air dapat secara mudah memenuhi kebutuhan hidup
seluruh makhluk hidup.
1) Pulau Jawa
Pulau Jawa adalah termasuk pulau
besar di Indonesia dan merupakan terluas ke-13 di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar hampir 160 juta, pulau ini berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu tempat terpadat di dunia.
Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5, Pulau Jawa dihuni oleh 60%
penduduk Indonesia, Angka ini turun jika di bandingkan sensus penduduk tahun
1930 yang mencapai 70% dari seluruh penduduk indonesia penurunan penduduk di
pulau jawa secara persentase di akibatkan perpindahan penduduk(Transmigrasi)
dari pulau jawa ke seluruh indonesia. Ibu kota Indonesia,Jakarta, terletak di Jawa bagian barat laut (tepatnya di
ujung paling barat Jalur Pantura). Pulau Jawa terletak pada koordinat 7°30′10″LS,111°15′47″BT , dengan luas 126.700 km²
(48.919,1 mil²) dan ketianggian tertinggi 3.676 meter
(12.060 kaki).
Permasalahan Penyediaan
Air
Setiap
musim kemarau, masalah yang muncul adalah kekeringan, sedangkan di musim
penghujan adalah banjir. Tindakan pengendalian untuk mengatasi masalah krisis
air juga masih dilakukan dengan pendekatan simptomatik dengan gaya instan.
Ketika kekeringan terjadi, maka penyelesaiannya hanya dengan distribusi air
bersih melalui tangki air, penyediaan pompa, pembiran air dan perbaikan
jaringan irigasi. Gaya pendekatan seperti ini sebenarnya tidak menyentuh pada
akar permasalahan secara menyeluruh. Sebaliknya masalah yang dihadapi akan
muncul secara berulang-ulang dan dalam intensitas yang semakin meningkat.
Berdasarkan
data dari Kementerian Riset dan Teknologi, pada tahun 2000 secara nasional
ketersediaan air permukaan hanya mencukupi 23% dari kebutuhan penduduk. Sementara
itu Pulau Jawa dan kondisinya sudah defisit air sejak tahun 1995. Saat musim
kemarau di Jawa terjadi defisit air sekitar 130 ribu juta meter kubik per
tahunnya. Maka tidak aneh jika setiap musim kemarau di Jawa seringkali terjadi
krisis air di beberapa daerah.
Krisis
air tersebut menyebabkan terganggunya stabilitas ketersediaan air bagi
masyarakat. Banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses air sehingga
harus berjalan berkilo-kilo untuk mendapatkan air. Air yang didapat pun tak
jarang memiliki kualitas dibawah standar. Penyediaan air minum di Indonesia
masih menjadi sesuatu yang kompleks.
Di Indonesia, salah satu kendala utama dalam
penyediaan air bersih adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM
beroperasi dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Sementara sungai yang
ada sudah banyak mengalami degradasi yang disebabkan kerusakan DAS, masalah
antropogenik, dan melemahnya perlindungan terhadap sungai. Faktor perubahan
iklim juga menyababkan trend (kecenderungan) debit sungai mengecil secara
signifikan.
Pada musim kemarau, debit aliran
dasar (base flow) sungai cenderung sangat rendah sehingga mengakibatkan
permasalahan baru seperti intrusi air laut, krisis air, dan konflik dengan
pengguna lain seperti untuk pertanian. Tidak hanya kuantitas, dari segi
kualitas pun mengalami penurunan. Berdasarkan data kemetrian riset dan
teknologi, sekitar 70% PDAM di Indonesia mengalami penurunan kualitas air.
Perkiraan Kebutuhan Air di Pulau Jawa
Pulau
jawa merupakan daerah dengan penduduk tempat di Indonesia, yaitu sekitar 800
orang per km2. Tingginya kepadatan perduduk tersebut cenderung menyebabkan
tingginya kebutuhan lahan pemukiman, pertanian dan sekaligus kebutuhan air.
Menurut Albernithy (1997), jumlah penggunaan air sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Berdasarkan data jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan penduduk dari tahun ke tahun dapat dilihat bahwa kebutuhan
air bersih di Pulau jawa cenderung terus meningkat.
Gambar Kebutuhan air dari
tahun ke tahun
Pendekatan
lain dalam menghitung kebutuhan air adalah dengan cara memerinci lebih detail
semua kebutuhan air yang terdiri dari kebutuhan air domestik, non domestik,
kebutuhan air untuk industri, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai,
kebutuhan air untuk peternakan, kebutuhan air untuk perikanan, dan kebutuhan
air untuk irigasi. Berdasarkan pendekatan ini, kebutuhan air di P. Jawa dan
Madura adalah seperti terlihat dalam Tabel 1. Kananto dkk (1998).
Tabel Kebutuan Air di
Pulau Jawa
2)
Perkiraan Ketersediaan Air di P. Jawa
Di Pulau Jawa,
hujan rata-rata bervariasi antara 1500-5000 mm/th dengan rata-rata 2.650
mm/thn. Sedangkan perkiraan air hilang (evapotranspirasi) sebesar 1200 mm/th
dengan demikian curah hujan efektif di P. Jawa per tahun sebesar 1.450 mm atau
setara dengan 186,2 milyar/th (Perum Perhutani, 1992). Menurut hasil studi yang
dilakukan oleh Kananto dkk. (1998), jumlah total tahunan air yang tersedia
adalah 142,3 milyar m3/tahun.
Sebaran hujan menurut tempat tidak merata, yaitu tinggi di pantai
selatan dan semakin rendah ke arah utara dan dari ujung barat ke arah timur
juga semakin menurun jumlah hujannya. Berdasarkan waktu, distribusi hujanpun
tidak merata, dimana lebih dari 80% dari seluruh hujan turun dalam periode
Desember sampai bulan Mei dan sisanya sebesar 20% turun pada bulan Agustus
hingga bulan Nopember.
Tabel Ketersediaan air di Pulau Jawa (m3/det)
Alternatif Solusi
Permasalahan Air di Pulau Jawa
A)
Perbaikan DAS
Konsep pengelolaan DAS di Indonesia
sebenarnya telah dikenalkan sejak jaman Belanda, khususnya dalam praktek
pengelolaan hutan, dimana pembagian-pembagian daerah hutan diatur berdasarkan
satuan DAS
Upaya pengelolaan DAS terpadu yang
pertama dilaksanakan di DAS Citanduy pada tahun 1981, dimana berbagai kegiatan
yang bersifat lintas sektoral dan lintas disiplin dilakukan. Selanjutnya
pengelolaan DAS terpadu dikembangkan di DAS Brantas, Jratun Seluna. Namun
proyek-proyek pengelolaan DAS saat itu lebih menekankan pada pembangunan
infrastruktur fisik kegiatan konservasi tanah untuk mencegah erosi dan bajir
yang hampir seluruhnya dibiayai oleh dana pemerintah. Baru tahun 1994 konsep
partisipasi mulai diterapkan dalam penyelengaraan Inpres Penghijauan dan
Reboisasi, walaupun dalam tarap perencanaan.
B)
Bendungan atau Waduk
Bendungan atau waduk merupakan danau buatan yang dibentuk
dari aliran sungai yang dibendung sehingga menampung air dalam jumlah besar.
Bendungan dibangun karena dapat memberikan banyak manfaat bagi pengelolaan air,
khususnya di sekitar daerah aliran sungai. Waduk dapat dimanfaatkan untuk
seperti Menyimpan Cadangan Air
dan menampung air dalam jumlah banyak yang sangat diperlukan untuk rumah
tangga, industri, pertanian, dan lain sebagainya. Selain itu bendungan dapat
digunakan untuk mencegah banjir dan menyediakan air
untuk Irigasi, karena bendungan dapat membantu mengatur debit air yang
dialirkan melalui sungai atau saluran air untuk irigasi. Namun masih banyak
manfaat lain yang di dapatkan dengan membangun bendungan antara lain menjadi tempat wisata, menyediakan energi
untuk pembangkit listrik, menyediakan tempat budidaya perikanan, menjadi tempat
konservasi tumbuhan dan hewan, menyediakan arena olahraga air, dan sebagainya.
C)
Membuat Sistem Polder dan Kolam Retensi
Sistem polder adaah salah stau cara penanganan banjir dengan
bangunan fisik meliputi drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi
kawasan, serta pompa dan pintu air sebagai salah satu kesatuan pengelolaan tata
air tak terpisahkan. Tujuan dari pengembangan sistem Polder ini adalah untuk
memberikan model pengendalian banjir perkotaan terpadu.
Sementara kolam yang retensi yang dibuat sengaja didesain
dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan
sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton. Pada kolam
jenis ini air yang masuk ke dalam inlet harus dapat menampung air sesuai dengan
kapasitas yang telah direncanakan sehingga dapat mengurangi debit banjir puncak
(peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam berfungsi sebagai tempat
mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan waktu kosentrasi air
untuk mengalir dipermukaan. Air yang tertampung pada kolam retensi diharapkan
dapat dipakai untuk menjadi air baku kebutuhan masyarakat, dan diolah menjadi
air bersih, sehingga dalam mengurangi permasalahan air di kota-kota yang
terdapat di Pulau Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
portalgaruda.org/article.php?article=84264&val=195&title=Kondisi%20dan%20Masalah%20Air%20di%20Pulau%20Jawa
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Java_Topography.png
*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*