Showing posts with label puisi. Show all posts
Showing posts with label puisi. Show all posts

Friday, 5 January 2018

Dahulu

Dahulu kita adalah bayi kecil yang terlahir dengan suara tangis
Menghirup udara kemerdekaan dan melihat dunia 
Tumbuh dan dibesarkan ayah dan bunda penuh kasih sayang 
Pelan pelan kita mulai pandai berbicara dan berjalan 

Di taman kanak-kanak ibumu menunggu di luar kelas 
Sebuah kotak nasi dan air minum telah ia siapkan untukmu 
Bell sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat
Kau membawa buku tulis dan memperlihatkan jumlah bintang yang kau dapat

Hari demi hari berlalu, kau semakin tumbuh besar 
Kadang kau merajuk karena keinginanmu tak terpenuhi 
Kadang kau mengganggu adikmu yang masih kecil 
Kadang-kadang kau bermain hingga larut sore 

Kini kau dewasa dan pergi jauh dari rumah 
Ayah dan ibumu makin renta dan menua 
Di sebuah persimpangan kau kebingungan 
Apa aku terus mengejar mimpi atau aku harus pulang?

oleh: Annisa W


Aku Ingin Kembali Ke Masa Lalu

Aku ingin kembali ke masa lalu
Menjadi anak gembala
Melintasi pematang sawah
Di waktu menjelang petang

Aku ingin kembali ke masa lalu
Berlarian bersama teman-teman
Tertawa bahagia
Di bawah derainya hujan

Aku ingin kembali ke masa lalu
Menghirup aroma pantai
Menulis sajak-sajak puisi
Dari bisikan ombak

Aku ingin kembali ke masa lalu
Menapaki pematang yang kecil
Dan memandangi luasnya sawah
Bersama rasa kebebsan

Aku ingin kembali ke masa lalu
Menembus ruang dan waktu
Dalam sketsa cerita masa muda
Yang begitu berharga

Karya : Annisa Wisdayati

Mengejar Bayang-Bayang Dan Kemana Aku Akan Pulang (2)

Sebut saja ini adalah kisah seseorang yang sampai detik ini mencari jati dirinya, seseorang yang tersesat di suatu malam yang sunyi, berjalan sendiri di saat udara begitu dingin, tak ada seorangpun yang berani keluar rumah kecuali dia, yang terlihat hanya jendela tertutup rapat dan lampu pijar benderang. 

Aku tidak tahu akan memulai cerita ini darimana, entahlah aku tidak tahu kata pengantar yang tepat untuk memulai kisah ini. Setiap orang dalam hidup ini pasti memiliki mimpi, begitupun aku, dan orang-orang sekitarku. Baik, tanpa mukadimah yang panjang, aku ingin mulai saja cerita bersajak ini, apa kau tau maksud nya mengejar bayang-bayang?.

Sebenarnya ini hanyalah kisah klasik yang sering dialami anak-anak SMA yang memiliki cita-cita yang tinggi dan ingin membuat bangga keluarganya, ataupun orang lain disekitarnya. 

"Wah si tetangga masuk SMA favorit, mungkin saja aku bisa ... ", 

Yup takdir terus melaju mengantarkanku pada apa yang kau pikirkan, kau menggerakan setir kehidupan ke arah sana, kau meninggalkan teman-teman smp dan bertemu orang-orang baru. Tak mengapa, kau ingin sedikit lebih maju, pikirmu. Kehidupanpun berjalan damai.

Para alumni dari universitas datang, mengenakan jaket almamaternya dan siap membuatmu jadi pemimpi berikutnya.

"Wah keren sekali, kampusnya yang bergengsi, andai aku dapat berkuliah disana juga ya?", 

Kau kembali bermimpi, dan mengusahakan dengan apa yang kau lihat. Jika kehidupan ini adalah sebuah perjalanan, dan kau mengendarai dirimu. Lagi-lagi keinginanmu terwujud, entah ini permainan takdir, atau hanya keberuntungan semata. 

Kehidupanpun terus melaju, dan kau pun tak ingin diam, terus melaju dan seiring berjalannya waktu kau terus bergerak maju dengan setir kehidupanmu mengikuti bayang-bayang yang kau tuju. Sampai bayang-bayang yang kau ikutipun hilang. Dan kau terhenti, kau kembali sadar, mengapa selama ini mengejar bayang-bayang, walaupun kau mengedalikan setir hidupmu, tapi bukan kau yang menentukan arahnya, kau hanya mengikuti bayang-bayang.

Yup, bayang-bayang itu menuntun alam bawah sadarmu. Apa ini permainan takdir, ataukah hanya sekedar konsekuensi logis dari tindakan dan keputusan yang telah kau lakukan belakangan ini. Benar ataupun salah dengan yang telah terjadi, tak mengapa, ini semua hanyalah mengenai pilihan hidup, mencoba dan terus mencoba, dan biarkan takdir yang membenturkan diri ini, yup percayalah takdir akan pelan-pelan membimbingmu pulang, walau kau jauh tersesat setelah berjalan ribuan kilometer mengejar bayang-bayang.









Mengejar Bayang-bayang dan kemana akan kembali pulang

Waktu yang terus bergerak, atau aku yang tetap disini.
Aku pernah berpikir, apakah aku yang tidak mampu mengiringi jalannya waktu?.
Aku berhenti sejenak, mengumpulkan sisa-sisa tenaga di dalam tubuhku,
Sejenak aku duduk dan terdiam menghimpun tenaga dari alam,
Aku tanyakan pada diriku, apakah aku bergerak sampai detik ini mengikuti mauku?
Apakah aku bergerak karena aku mengikuti bayang-bayang orang lain di depanku?
Beberapa tahun lalu, iya...
Bayang-bayang itu berlari begitu cepat, dan menghilang di suatu perimpangan,
Aku kebingungan...
Persimpangan ini begitu sunyi, aku tak melihat notifikasi atau petunjuk,
Aku yang semula tak punya tujuan,
Aku buta dengan langkah ini,
Persimpangan ini begitu sunyi,
Aku tak melihat siapapun agar aku dapat bertanya,
Apa karena aku berjalan saat dini hari?
Apa karena aku tidak sabar, untuk diam sejenak menunggu pagi?
Aku bergerak dengan intuisi yang ku miliki,
Berjalan melewati lorong-lorong gang sempit,
Aku kembali bertanya, apa aku tersesat?
Ini bukan seperti tujuanku,
Aku menyadari, sudah teralu jauh berjalan dari rumah,
Apa aku kembali pulang saja?
Atau aku harus menunggu pagi dan menikmati ketersesatan ini?

Thursday, 22 June 2017

HUJAN



satu persatu rintik hujan mulai jatuh ke bumi...
bergerak kencang hingga mengguyur kota hujan....
aku kembali mengintip derai hujan di balik jendela...
dan memaafkan setiap brisik gemuruhnya

hujanpun turun semakin deras...
membasahi teras teras rumah di gang sempit itu...
aku hanya memperhatikan rintiknya jatuh menari nari,
lalu riang berlari menuju selokan...

air pun menggenang di jalanan... 
seperti layaknya kenangan yang bermunculan...
kenangan lama yang hadir di setiap hujan...
menggenang juga di dalam ingatan...

sore itu hujan masih jatuh mengguyur ke bumi...
rintiknya mamantulkan diri di punggung jalan...
membawa hanyut deru setiap kenangan yang berlalu...

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*

Kau yang disana, di titik yang berbeda

Kau yang disana, di titik yang berbeda
aku terdiam di tepian
menyadari bahwa jarak itu ada

Kau yang disana, di titik yang berbeda
walau kita berada di waktu yang sama,
aku melihat di sana perlahan kau makin mengabur hingga menjadi titik kecil,
 apakah kau yang bergerak maju,
atau aku yang bergerak mundur

Hai kau yang disana, di titik yang berbeda
Aku tenggelam oleh bahasa sunyi,
 hanya terdengar gaduhnya  riak gelombang,
melihat titik jauh yang semakin menghilang

Kau yang disana, di titik yang berbeda,
aku  tak tahu  lagi bagaimana kabarnya,
 hanya ada pesan angin yang tidak tahu maknanya

*#RamadhanInspiratif*
*#Challenge*
*#Aksara*


Monday, 12 September 2016

Hujan

Hujan...
Jatuh di jalan dan mengalir ke selokan 
Membawa angin yang menampar payungku
Kau bernyanyi merdu dengan gemuruhmu
Seakan menyuruhku untuk segera pulang

Di balik jendela kaca kulihat
Tetesanmu itu menempel, terlihat bening
Butiran beningmu memberat 
Lelah menahan dan jatuh perlahan

Aku melihat perpisahan bersama genangan
Namun kau datang menghidupan kenangan
Kenangan yang kau alirkan ke dalam ingatan
Jatuh bersama tumpahan kerinduan