Membandingkan diri dengan orang lain tidak akan ada habisnya, semua orang hidupnya terlihat lebih baik, tanpa kita sadari bahwa titik 0 mereka bergerak itu berbeda. Jika ingin mengukurnya, ukurlah perubahan hidupmu di masa lalu dibandingkan masa sekarang. Kadang kita terlalu sering mengutuki hidup dengan kekurangan-kekurangan yang kita punya.
Aku di tahun 2013 - 2017:
Saat itu aku berkuliah di Bandung, hidup di kota besar tidak mudah. Aku cukup shock diawal kehidupan di Bandung. Di kampung halaman banyak hal yang terasa lebih mudah dan lebih murah. Terlebih lagi social lifenya, di kampung halaman nongkrong di tempat baksopun cukup untuk bertukar pikiran dan silaturahmi, kalaupun di cafe, makanannyapun enak dan harga masih terjangkau. Saat kuliah dulu, salah satu hal yg agak ku sesali adalah kurangnya social life, yah karna memang tidak ada budget social life dari org tua tak ada cara lain selain cari uang tambahan jadi asdos, jadi pengawas ujian, dan juga cari beasiswa voucher makan agar bisa menghemat pengeluaran dan sisa uangnya bisa di pakai jalan-jalan. Tapi seringkali uang tersebut juga pada akhirnya terpakai untuk pengeluaran2 lain yang tak terduga, laporan tugas besar yang sebegitu banyak dan kebutuhan alat tulis dan sebagainya. Menurutku kebebasan secara finansial cukup berpengaruh bagaimana cara kita menjalani hidup.
2017 - 2019
Saat itu aku sudah bekerja dan memiliki penghasilan, walaupun pendapatanku saat itu kecil, tidak lagi menadah pada orang tua membuatku lebih leluasa dalam mengambil keputusan. Aku sudah mulai bisa membeli pakaian yang sesuai style ku sendiri dengan rentang harga yang lebih tinggi dan aku sudah bisa menabung.
2019 - 2021
Di masa ini aku S2, bekerja dan bahkan nyambi-nyambi nyari tambahan lain dengan menjadi asisten penelitian dan asdos, surveyor, dan side hustle lain. Aku sangat sibuk dan bisa menabung lebih banyak karena beasiswa, disaat itu kalau ulang tahun aku sudah bisa mentraktir teman-temanku dan sebagainya. Aku mulai belajar menginvestasikan uang dan produk-produk keuangan dengan berbagai risikonya. Bukan hidup namanya kalau tidak masalah yang mendewasakan, di tahap ini masalahku bukan terkait keuangan dan social life lagi, tetapi hal lain. Di tahun 2021 kedewasaanku di uji dalam hubungan, aku harus mengikhlaskan hubunganku dengan seseorang.
2021 - 2022
Di masa ini, aku sedang berjuang menyelesaikan tesisku, aku cuti dari pekerjaan agar fokus tesis. Cuti dari pekerjaan ternyata tidak membantuku untuk lebih fokus dalam mengerjakan tesis, aku butuh waktu yang cukup lama dalam memulihkan diri dari rasa kehilangan dan drama-drama yang terjadi setelah selesainya hubungan tersebut. Aku butuh distraksi dari masalah tersebut. Selama 2021 aku malah mendapatkan beberapa side hustle dari jasa desain dan juga mengajar materi-materi kuliah teknik sipil, yang mana secara income kalau dirata-rata malah jauh lebih besar dibandingkan income di kantor. Selain itu aku juga sibuk belajar untuk seleksi CPNS. Dan bersyukurnya aku lolos. Bagaimana dengan tesisku? berprogres walaupun merangkak, setidaknya ada movement lah. Akupun move on.
2022 - 2023
Pada rentang waktu ini, di awal tahun aku cukup sibuk mempersiapkan barang-barang yang harus ku pindahkan dari Bandung. Banyak barang yang harus di kirim ke Padang agar tidak menumpuk, hanya sebagian kecil yang kubawa ke Jakarta. Aku ojt di Jakarta. Di awal tahun ini aku membuka hati untuk orang baru agar bisa mendapatkan pasangan hidup yang bisa diajak ke arah serius. Di akhir bulan April aku menjalin hubungan dengan seseorang yang bekerja di Bandung, kami jarang bertemu, komunikasi seringnya hanya via chat, masalahku sama lagi, akhirnya hubungan ini kandas di akhir Desember 2022.
Kesibukan sebagai CPNS yang mana cukup banyak kegiatan yang diikuti seperti bela negara, latsar, hingga tugas-tugas di kantor yang mana disini aku harus banyak belajar hal baru di luar jurusan kuliahku, seperti terkait permukiman dan sebagainya, ya butuh adaptasi. Selain itu aku butuh adaptasi dengan lingkungan Jakarta yang notabene tidak sefamiliar Bandung. Sambil bekerja di instansi, aku masih menyempatkan diri menambah pemasukan dari side hustle dan tetap mengerjakan tesis. Aku menjadi sangat sibuk dan kurangnya waktu istirahat dan social life. Tahun tersebut pengeluaranku juga sangat banyak, biaya kuliah, transportasi dan akomodasi selama bolak balik bimbingan Bandung dan Jakarta, belum lagi biaya wisuda serta tiket keluargaku pun aku menanggung semuanya.
Secara pendapatan di tahun tersebut Alhamdulillah sangat membaik, dan sering mendapat extra income juga dari honor perjalanan dinas keluar kota. Tetapi yang namanya hidup ada saja cobaannya, aku mengalami banyak kecemasan, cemas kuliah S2 ku tak selesai, cemas dengan penempatan kerja, cemas dengan hubungan, dan cemas dengan berbagai pertanyaan mengapa aku belum menikah dan sebagainya. Cemas dengan ketidakpastian ya wajar, tapi ada masanya juga kecemasan ini sangat menguasai diriku, yang dapat mengganggu tidur dan produktifitas sehari-hari. Dari kecemasan ini aku belajar mengelola pikiran-pikiranku, mulai dengan meditasi, mencari distraksi, dan melakukan penerimaan terhadap hal-hal yang berada di luar kontrolku.
2023 - Sekarang
Ketika aku melihat lagi fase-fase dalam hidupku, yang namanya hidup tidak akan terlepas dari suatu masalah ataupun cobaan, hanya saja wujud masalahnya beda-beda. Tapi apa yang kurasakan dari fase-fase hidup dari dewasa muda hingga sekarang? pertumbuhan kedewasaan itu sendiri, banyak yang terjadi dan berubah dalam diriku, aku jadi banyak belajar dari penempaan kehidupan ini, aku belajar meregulasi emosi dan pikiranku, aku belajar beradaptasi dengan banyak hal, aku belajar memahami manusia dan kompleksitasnya, aku belajar menerima rasa sakit dan tetap sabar walaupun rasanya tidak nyaman, aku belajar menenangkan diri ketika menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan aku rencanakan, dan masalah-masalah tersebut merangkul ku kembali untuk terus berdoa dan meminta kepada sang pencipta untuk senantiasa diberi kekuatan.
Aku teringat saat pengalamanku di Bela Negara dulu, aku tidak akan tau batas kemampuanku jika aku tak pernah mencobanya. Aku pernah berjalan puluhan KM, rapelling dari ketinggian puluhan meter, naik tangga monyet setinggi itu dengan tangan gemetar melihat ke bawah, aku belajar mempercayai kemampuan diri sendiri untuk yakin bisa sampai diatas dengan selamat, dan turun dengan selamat. Selama Bela Negara aku belajar banyak hal bagaimana menakhlukan rasa takutku, berjalan dalam gelap malam tanpa cahaya disebuah hutan, mengahapi berbagai rintangan dan godaan, menerima ketidaknyamanan, merangkak di lumpur, ketemu hantu, masuk selokan dan sebagainya. Semula aku merasa tak akan sanggup melewatinya, tetapi ternyata aku bisa.
Annisa yang sekarang adalah Annisa yang sudah bertumbuh dengan berbagai pengalaman hidup dan hal-hal yang sudah di hadapinya... Terima kasih, untuk diriku yang terus bergerak dan melaju, berani melewati segala hambatan dan ketidaknyamanan, menyelesaikan masalah yang ada dan bertahan sejauh ini.
No comments:
Post a Comment