------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Minggu 12 Juni 2016
Pagi itu aku bareng partnert Kerja Praktekku Nci, baru bangun sekitar jam 9.45, baru bangun pastinya kami malas-malasan dulu di tempat tidur, biasalah hal yang pertama kali aku lakukan adalah membuka hp dan mengecek pesan.
BBM ku berdering, kak dwi mengajak kami untuk ikut jalan-jalan ke bukittinggi, hmm awalnya aku agak enggan sih soalnya kalau bukittinggi bukannya minggu kemaren udah ke jam gadang.
Tanpa pikir panjang, mengingat temanku Nci yang cuma sesekali mampir ke tanah minang, akhirnya aku memutuskan ikut, jam 11 berangkat dari kosan, berangkat bareng-bareng mereka (orang kantor) antara lain Kak supri , pak Dani, Kak Ipul, kak Gohiim, kak Dwi, kak Da'i. Sepanjang jalan pak Da'i sibuk belajar bahasa minang, dan kak ipul sibuk ngajakin dan nanya-nanya jam gadang dan pak dani sibuk nyopir, bapak yang satu ini emang nggak banyak bicara tapi orangnya baik, beliau bertugas di bagian HSE atau K3 kalau di proyek.
Hanya butuh 1 jam dari Batusangkar menuju Bukittinggi. Akhirnya kita sampai jam 12 an, sholat zuhur dan menemani orang kantor belanja, mereka kalau belanja lama dan agak rempong, yang paling sering belanja itu kak dwi. Aku sama nci diam diam aja duduk depan toko nungguin, kita emang enggak belanja, biasalah anak kuliahan yang apa adanya kayak kita nungguin duit dari orang tua dulu baru bisa belanja.
Cuaca kala itu di bukittinggi mendung banget, sempat hujan sebentar, setelah hujan reda kita pergi ke Panorama, cukup dekat dari jam gadang sekitar 300 meter mungkin. Cukup dekat bukan, bisa ditempuh dengan jalan kaki saja. Untuk masuk ke Panorama kita bayar sekitar 8000 kalau nggak salah, lupa deh entah 8 atau 5 ya??. Nah setelah masuk kita foto-foto berlatarkan ngarai sianok, ngarai artinya lembah dalam bahasa minang.
Kita tak hanya puas sampai disitu, kita kembali menjelajah, yaitu ke gua jepang, untuk kesana bayar tiket lagi, kalau nyewa guide bayar lagi. Gua jepang adalah gua bersejarah peninggalan masa penjajahan jepang (yaiyalah). Disini kalian bisa lihat banget gimana sekiranya suasana penjajahan dan tempat-tempat penjajahan mereka, mulai dari ruangan penjara, dapur, ruang amunisi, pintu darurat dan sebagainya. Suasana di dalam kalau siang itu dingin temanku Nci ngerasa itu pakai AC, padahal enggak disana emang dingin, ruang bawah tanah soalnya. Mau lebih tau? lihat foto-foto keren kita disana.
suasananya dingin mencekam |
Sedikit cerita mengenai gua jepang, jadi ini adalah tempat para romusha dulu di pekerjakan dan disiksa, para romusha yang ada bukanlah orang sumatera barat atau orang sini, tapi adalah romusha romusha yang berasal dari pulau jawa, nah ini adalah salah satu tak-tik Jepang, tau kenapa? kalau orang asal sumbar yang dijadikan pekerja disini, mereka tau celah kabur atau keluar, sedangkan mereka yang pendatang mereka akan sulit untuk kabur.
Setelah lelah berpetualang di dalam goa jepang akhirnya kita melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya yaitu jenjang seribu yang dijuluki greatwall nya sumatera barat. Keluar dari goa Jepang kita menempuh perjalanan lagi, cukup berjalan kaki saja menuju greatwall, di perjalanan sempat tanya sana sini, entah itu warung untuk mencari tahu jalan ke Janjang Saribu. Untuk ke sana, kami melewati jalan yang agak sedikit licin dan berbahaya, tapi nggak kerasa capek karena disuguhi pemandangan yang indah.
Salah satu keindahan itu adalah pemandangan ngarai di belakang sesawahan ini.
Saat di perjalanan menuju kesana, kita mesti melewati jembatan kayu yang suka goyang-goyang, karena emang ini jembatan nggak kaku. Nah kalau jalan diatasnya harus hati-hati, biasanya akan menyebabkan oleng-oleng dikit diatasnya, nah ini juga akibat efek resonansi, nah bagi orang sipil di mata kuliah dinamika struktur resonansi akan terjadi apabila frekuensi yang dialami struktur sama dengan frekuen alami struktur. Nah kak Ipul agak ketakutan pas lewat jembatan ini, kayaknya dia ada suatu trauma mungkin ya. Sampai-sampai kak Dwi harus nemenin dia buat lewat jembatan itu.
Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Dan kita sudah sampai di jenjang seribu, dan anak tangganya banyak banget dan kita harus mendaki, walaupun mendaki kita tetap semangat. Tapi tetap aja, berburu foto tetap wajib bagiku, hehe.
Setelah selesai menaiki tangga yang udah nggak sanggup lagi di hitung, sampai diatas nafas udah ngos-ngosan, tapi tetap senang walaupun hari ini kita tidak jadi nonton drama korea dan nyantai2 di kosan.
Yeay thank's banget kakak-kakak yang lucu ini, udah ngasih kenangan-kenangan dalam hidup kita-kita yang anak rumahan dan suka bosan di depan laptop mulu ngerjain tugas.
Setelah itu perjalanan kembali di lanjutan kita kembali ke jam gadang, sayang kalau balik dengan rute asal pasti capek banget, nah kebetulan warung dekat situ dia ada kenalan sopir angkot yang mau jemput dan ngantar sampai jam gadang, waktu itu bayar 10 ribu dan dianterin lagi sampai jam gadang. Pas baru nyampe, kita langsung sholat ashar dekat masjid sana. Dan ngelanjutin perjalanan ke Pasar bukittinggi dan ke Ramayana, nemenin orang-orang tuh belanja. Abis itu kita buka puasa bersama.
Abis buka, kita balik lagi ke Batusangkar dan sempat singgah juga di toko oleh-oleh. Abis itu kita dianterin sampai depan kosan.
No comments:
Post a Comment