Aku sudah 1 tahun lulus dari bangku perguruan tinggi. Sudah satu tahun pula aku mengamati aktivitas teman angkatanku pasca campus. Bermacam-macam sih ya, rata-rata teman di angkatanku aktivitas mereka adalah bekerja, lanjut kuliah, hanya sedikit sekali yang sudah menikah. Hampir separo nya bekerja di bumn dan pns kementrian. seperempat diantaranya bekerja di perusahaan swasta entah konsultan, perusahaan kosmetik, bank, dsb. Untuk yang lanjut kuliah, sebagian besar mengandalkan biaya sendiri, atau beasiswa voucher program fastrack, dan masih sangat sedikit dan bisa dihitung dengan jari yang kuliah dengan beasiswa di luar kampus.
Selain mengamati teman angkatan, aku juga mengamati senior-seniorku yang merintis bisnis,salah satunya bergerak di usaha fashion secara online dan offline di Bandung, dan bahkan sudah membuka cabang di 5 kota, saya mengamati usahanya yang mana branding strategynya hebat sekali. Saya sangat salut, dan dia merupakan sok-sok eksekutor hebat dalam berbisnis. Jurusannya teknik industri, tapi dia bergelut dengan bisnis fashion.
Dari pengamatanku 1 tahun belakangan, aku melihat bahwa kesuksesan itu tidak linear dengan satu faktor saja, tetapi berbagai faktor. Ada 4 kuadran yang jika ditemukan irisannya, dan diterapkan dalam kehidupan dan entah dalam bisnispun akan meledak bagaikan bom, 4 kuadran itu sebut sebagai ikigai:
1. Paid For
2. Love
3. Good at
4. Needs
Untuk lebih lengkap mengenai ikigai, aku akan menjelaskannya di postingan selanjutnya ya.
Aku melihat life after college itu cukup misterius ya, orang-orang yang ambisus kadang juga tak se sukses ambisinya, ada yang tidak ingin bekerja justru bekerja, ada yang study oriented dan tidak aktif justru karirnya melejit, ada yang ambisius lantas biasa-biasa saja. Menurutku ini sangat menarik diamati dan diteliti. Dan aku senang membaca tracer studi, salah satunya tracer studi alumni itb, kelinearan jurusan dan profesi, hubungan prestasi akademik dan karir.
1 tahun life after college membuat aku jadi paham sedikit mengenai parenting. Banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk masuk kampus dan jurusan tertentu, karena orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun banyak kenyataann yang tidak disadari orang tua, bahwa anak adalah roh unik yang ditiupkan tuhan pada sebuah jasad. Hendaknya, bakat-bakat kecil yang dimiliki anak di dukung dan di berikan apresiasi. Jangan hanya memberikan apresiasi hanya ketika raport sang anak baik, tetapi berikan apresiasi prestasinya di luar akademiknya. Karena prestasi akademik tak akan selalu linear dengan kesuksesan.