Kadang kita tidak pernah tau telah melangkah sejauh apa, karna terkadang tak ada ukuran yang pasti tentang jarak untuk sebuah tempat yang kita tuju. Terlebih jika ini bukanlah langkah eplisit dengan artian berjalan menggunakan kaki atau kendaraan, tapi ini tentang langkah akan mimpi atau sebuah stage dalam hidup.
Sering kali dalam berjalan kita tersadar dan meragu, dan bertanya-tanya "mungkinkah ini akan sampai tujuan, atau nanti malah tersesat dan jauh untuk pulang. Apakah aku seberani ini untuk melangkah jauh pergi?? Ataukah lebih baik aku mundur sekarang setidaknya belum terlalu jauh untuk pulang".
Keadaan menyadarkanku, aku perlu melangkah mundur, tapi tidak buru-buru pulang. Sedikit melangkah mundur dan kembali mencari tau, memikirkan kembali pilihan ini, dan memantapkan hati "apakah aku pulang, atau lanjut berjalan?".
Thursday, 27 December 2018
Monday, 17 December 2018
Ruang Sendiri
Entah angin darimana datang berbisik ke telingaku, tiba-tiba saja bikin postingan judulnya ruang sendiri kayak lagunya Tulus, persis lagunya Tulus yang judulnya ruang sendiri. Tapi emang benar sih postingan ini terinspirasi dari lagunya Tulus, seharian aku mendengarkan lagunya Tulus yang berjudul itu, yang intinya menegurku atau bercerita setiap orang butuh ruang sendiri.
Tangan yang gatal typing dan bercerita, akhirnya menulis lagi disini. Entah, blog ini memang tempatku pulang setelah jauh pergi. Sebulan rasanya aku mengabaikan blog ini. Ujung-ujungnya aku kembali kesini, seperti layaknya orang tua yang selalu menjadi tempat pulangnya anak-anaknya.
Masih tentang ruang sendiri, blog ini memang salah satu tempat atau ruang untukku sendiri. Tempat dimana aku bercerita secara satu arah saja, tanpa aku berharap tau bagaimana sebuah respond, karena memang jarang yang menulis comment juga sih wkwk.
Melewati musim dingin yang panjang dan menciptakan dunia sendiri, itu yang kulakukan selama ini bersama blog ini dan sketch up ku. I'll comeback soon, pada dunia yang aku tinggalkan sebulan terakhir.
Kadang aku merasa lebih leluasa bercerita disini, berpikir dalam, membuat rencana, dan riuh dengan badai pikiranku sendiri yang membuat ruang sendiri ini terasa ramai. I'm a planner. Seorang planner bukan orang yang senang berkata "di pikirin nanti". Semua terencana dan tertata, dan tidak suka perbaikan atau mengulang di kemudian hari. Kadang itulah yang sering kali membuat bathinku tersiksa sendiri. Hahaha, "terlalu kaku hidup mu dek", bergitu celetukan seorang temanku yang usianya memang diatasku.
Yup benar terlalu kaku, kadang aku merasa kesulitan dengan perubahan, seperti naik turunnya moodku yang secara drastis, atau perubahan dari keadaan "high expectation", tiba-tiba jadi "low expectation" dengan kondisi lingkungan yang ada. Aku memang terombang-ambing dalam ketidak stabilan, tapi bukan berarti aku tidak stabil sama sekali. Kedewasaan yang tumbuh seiring bertambahnya usia membuat ku mampu mengendalikan diri sedikit demi sedikit hingga goncangan dari luar teredam dan tetap melanjutkan pelayaran mengarungi samudera kehidupan ini. Btw dari tadi aku ngomong apa ya? wkwk, random amat.
Buat aku ruang sendiri adalah ruang dimana aku mengevaluasi diri, menyerap energi positif, dan mendetoksifikasi energi negatif. Atau ruang sendiri bagiku tempat dimana aku menjadi versi terbaikku, ibarat mesin ruang sendiri bagiku adalah tempat dimana aku memiliki efisiensi yang tinggi. You will judge me as introvert, bukan penilaian salah. Memang kadang aku keluar dari zona ruang sendiri dan berbaur dengan mereka yang membuatku nyaman menjadi pendengar dan banyak berceloteh hal receh, namun setelah itu energi ku seakan terkuras, I'll comeback to my alone room (bener ga ya bahasa inggrisnya? kalau salahpun bodo amat wkwk) buat recharge kembali.
Bagaimana dengan ruang sendiri mu???
Monday, 26 November 2018
Hujan Bulan November
Hujan, ia adalah rintik yang selalu ku maafkan. Tapi entah, november mengumpulkan banyak hujan, termasuk hujan kenangan. November akan usai, tapi tetap saja hujan. Cuaca panas dan hujan bergantian saling tak mau mengalah, layaknya suasana hangat dan dinginpun begitu. Cuaca dan suasana kadang juga mempengaruhi suasana hati.
Wednesday, 31 October 2018
Kharakteristik Millenial Part (1)
Banyak sumber berita yang mengatakan bahwa generasi millenial yang sering di cap hidupnya sangat konsumtif, hal ini tidak mengherankan karena memang akses kemudahan sangat terbentang di depan mata, seperti kegiatan konsumtif ini di mudahkan dengan kecanggihan teknologi. Nah seperti apa sih kharakteristik millenial itu?.
Generasi millenial atau dikenal Gen Y lahir pada 1987-1995. Kharakteristik generasi millenial yang mencolok adalah sangat menguasai teknologi dan aktif di media sosial seperti fb, twiteer, youtube dan instagram. Data menyebutkan bahwa 80% generasi millenial mengakses sosial media setiap hari.
Mereka biasanya mencari informasi mengenai liburan, hiburan, belanja, politik, olahraga dan politik. Karakteristik millenial erat kaitannya erat dengan karakter sosial dan ekonomi saat mereka di lahirkan yakni pada zaman sesuatu tersedia dan mudah di dapat.
Mereka sangat cerdas, kreatif, inovatif, namun juga boros, manja dan cenderung banyak mengeluh dan egois. Di dunia kerja para millenial tidak suka di paksa. Mereka cenderung mencari suasana kerja yang tidak membosankan. Konsep kantor yang cocok untuk para millenial adalah terbuka, santai dan memiliki jaringan internet cepat.
Pekerjaan yang mereka suka:
1. Strategis
2. Bekerja di bidang digital
3. Pekerjaan yang bergerak di industri kreatif
dll.
Keberadaan generasi millenial sangat penting bagi perkembangan zaman, potensi mereka dapat diasah agar menjadi aset penting di masa depan.
Tuesday, 30 October 2018
Kekhawatiran Generasi Millenial
Beberapa sumber menyatakan bahwa generasi millenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1983, hingga 2000. By defenisi, penulis (saya) merasa bahwa dirinya adalah generasi millenial, yup generasi yang hangat di bicarakan saat ini.
Kali ini saya ingin menuliskan kegelisahan-kegelisahan yang terbesit di benak saya mewakili generasi millenial lainnya di Pukul 12.00 - 13.00. Pada pukul tersebut adalah jam istirahat kantor makan siang dan bercerita banyak di meja makan yang panjang, saya dan teman-teman disini nyaris seumuran, ya generasi millenial semua. Banyak diantara kita memikirkan ingin mendapatkan pekerjaan yang gajinya mencukupi agar bisa punya rumah di ibukota sebelum usia 30 tahun. Sebagian dari kita ada yang menghitung-hitung pendapatan mereka, misal jika bekerja di konsultan asing di jkt dengan modal titel Magister Teknik, ya gaji sekitar 10 juta, biaya makan, tempat tinggal dan sebagainya 5 juta perbulan, sisanya di tabung, namun ternyata akan lama sekali atau hampir mustahil untuk hidup layak bersama istri dan anak-anak tercinta di usia sebelum 30 tahun, dengan standar sudah memiliki rumah layak huni dengan luas tanah (120 m2), dan kendaraan pribadi.
Lain lagi, hari minggu kemaren sempat bercerita-cerita dengan teman saya, yang baru saja di wisuda S2 dan pindah ke rumah baru di kawasan arcamanik kota Bandung. Harga tanah disekitar rumah barunya yang naik 2x lipat dalam waktu 2 tahun, temanku itu berkata, untung udah beli tanah disini dulu sebelum harganya naik.
Hal ini membuat diriku semakin pesimis untuk memiliki rumah atau tinggal menetap hingga tua di ibukota besar. Comeback ke kampung halaman adalah solusinya. Namun dengan catatan sudah memiliki pekerjaan yang settle, walaupun gaji tak besar seperti di ibukota, namun syarat hidup di kampung halaman saya tak sesulit syarat hidup di ibukota.
Hal ini terjadi karena, spekulan tanah dan menjualnya berlipat-lipat, sementara gaji angkatan kerja yang cendrung stagnan. Mereka-mereka yang menjadi tuan tanahlah yang bisa hidup layak. Hampir mustahil para millenial yang memang memperjuangkan hidup dari nol untuk bisa memiliki properti di ibukota.
Itu baru tentang rumah sebagai kebutuhan pokok, belum lagi biaya pendidikan. Syukur-syukur punya anak yang lumayan pintar dan memungkinkan sekolah negeri, kalau anaknya susah banget belajar, motivasinya rendah, nilai suram, harus les ini itu, dan masuk sekolah swasta. Begitu peliknya ya hidup di kota besar. Melihat dan memprediksi dengan kondisi sekarang ini, ya semogalah keturunan saya ga ada yang geblek bangetlah, atau malesan belajar. Semoga keturunan saya memang orang yang struggle seperti saya.
Selain itu adalah, melihat peliknya kondisi masa depan, saya cukup khawatir untuk hanya di rumah dan jadi pure ibu rumah tangga. Walaupun seandainya nanti sudah menikah, aku tetap akan bekerja, kasian banget suami harus sendirian menanggung beban untuk mencari nafkah. Banyak yang mengatakan, ah perempuan di rumah aja. Hmm, kita nggak akan tahu sepenuhnya tentang masa depan, hidup yang sangat struggle, dan ekonomi yang kacau, bisa saja membuat kehidupan rumah tangga kacau balau juga. Ya jika bisa berjuang bersama-sama, kenapa tidak.
Ya, itulah beberapa badai pikiran yang menerjang di jam makan siang, di sebuah kantor kecil yang diisi anak-anak millenial.
Ya, itulah beberapa badai pikiran yang menerjang di jam makan siang, di sebuah kantor kecil yang diisi anak-anak millenial.
Friday, 26 October 2018
Beberapa Game Home Decor Yang Patut Kamu Coba
Banyak orang bilang bermain game membuat waktu banyak terbuang, tapi tak apalah sesekali jika memang ada waktu senggang, ya kan?. Memang ada beberapa game yang membuat banyak orang kecanduan sampai melalaikan pekerjaan-pekerjaan penting. Tapi tak semua game berdampak negatif, ada juga orang-orang yang karena sering bermain game membuatnya jadi mahir berbahasa inggris karena di permainan game itu banyak menggunakan kosakata berbahasa Inggris, namun memang seberapa positifpun bermain game tetaplah harus ada aturan dan manajemen waktu.
Bagi kamu yang suka home decor, atau suka design interior, ada beberapa game home decor yang patut kamu coba.
1. Design Home
Design home ini memang totally game home decor yang mana dapat membantu kamu memahami nama-nama furniture, style dari sebuah room, brand furniture, serta belajar memadu-padankan warna-warna yang tepat untuk mendecor ruangan. Buat kamu yang memang suka interior design, game ini sangat recomended. Selain itu game ini tidak menyita dan membuat addict seperti game adventure, karena game ini dimainkan dalam keadaan santai, dan kapan saja challengenya dapat dimainkan.
2. Rumah-ku
Game yang satu ini memang agak berbeda dengan design home. Kalau design home dimainkan dengan templak templok furniture saja, serta banyak pilihan furniturenya entah dari segi warna, brand, motif dan sebagainya. Tetapi, game rumah-ku ini agak sedikit pilihannya, challengenya adalah untuk bisa mendapatkan furniture kita harus memainkan tantangan dan setiap kali menang mendapatkan 500 koin, koin yang terkumpul dapat digunakan untuk membeli furniture yang ditaro dalam ruangan.
3. The Sims
The Sims memang bukan basicnya game yang bertemakan home decor, namun dalam aktivitas permainnya banyak sedikit terdapat beberapa aktivitas home decor. Di dalam permainan the sims, kita dapat membuat rumah imajinatif dan mendekor isi rumah tersebut.
Itulan beberapa permainan home decor yang penulis senangi dan rekomendasikan. Jika pembaca memiliki ide atau saran game home decor lainnya, silahkan tulisan di kolom komentar. Terima kasih sudah membaca.
Belajar Desain Interior Secara Otodidak
Pada postingan ini, aku mau cerita tentang pengalamanku belajar desain interior secara otodidak alias sebagai amatiran. Perlu di tekankan aku bercerita disini bukan berarti aku sudah mahir, aku hanya seorang amatiran yang belajar dengan penuh semangat, walaupun aku belum menghasilkan sepersenpun uang dari hobby baru ini. Sempat beberapa kali aku mendapat tawaran untuk diajak freelance pekerjaan ini, tapi skill ku belum memadai, aku menolak karenaku tidak ingin mengecewakan hehe.
Program Komputer
Banyak yang bertanya, apa aplikasi yang aku gunakan untuk membuat desain?
Jawabannya: Sketchup. Yup, program komputer yang satu ini memang banyak sekali digunakan untuk membuat 3D design. Karena memang mudah di gunakan. Beda ya dengan program komputer 3D seperti SAP2000 yang digunakan untuk pemodelan dan analisis struktur, yang mana memang harus punya basic ilmu structure atau minimal civil engineering yang mana banyak sekali engineering judgment yang diterapkan (sehingga bisa software tanpa ilmunya, sangat berbahaya, bisa bunuh orang kalau andaikata di terapkan di hasilnya di lapangan wkwk).
Awalnya Pakai Skecthup
Pertama kali menggunakan program ini sekitar tahun 2017, yang mana saat itu aku sedang tugas akhir. Tugas akhirku ini judulnya, "Perencanaan Metode Pelaksanaan, Penjadwalan, dan Estimasi Biaya Konstruksi Stasiun Intermoda Joyoboyo". Kamu bisa temuin abstract, tugas akhirku di internet. Nah, untuk tugas akhir seperti ini, aku jadi banyak berimajinasi dan membayangkan proses pengerjaan proyek dilapangan, karena ya maklumlah ya di kuliah belajarnya banyak teori jadi aku harus sering nonton di youtube gimana pekerjaan konstruksi di lapangan.
Dari judul tugas akhir ku diatas, "Perencanaan", salah satu bentuk perencanaan di proyek adalah adanya perencanaan site plan. Sebetulnya site plan bisa di buat menggunakan Auto Cad, tapi aku memang pengen beda dan pengen repot, aku pengen bisa bikinnya 3D, dan nyaman di pandang, jadilah aku gunain Sketchup.
Aku belajar saja secara otodidak gunain tools yang ada. Oktober 2017 akhirnya wisuda, kemudian aku memasuki masa pengangguran. Yang dulunya pas kuliah sibuk total, tiba-tiba banyak waktu senggang, aku yang ga suka kalau waktuku tidak produktif jadilah kembali otak atik sketchup lagi, cobain bikin rumah, bikin kolam renang dan lain-lain.
Dalam hati, sering bertanya-tanya kok gambar orang bagus-bagus dan mulus ya hasil sketchup nya? kok aku enggak?. Belum bisa ngerender sih wkwk.
Belajar Dari Siapa Saja
Sebagian dari kita suka malu untuk bertanya kepada orang lain terutama di dunia maya, atau memandang seseorang lulusan dari mana atau sebagainya. But, aku tak begitu. Di mataku semua orang sama, jika memang ada ilmu yang bisa ku pelajari darinya aku akan bertanya padanya. Aku sering lihat-lihat postingan ig dari hastag #tekniksipil, karena aku bisa tau kegiatan anak-anak teknik sipil di kampus lain seperti apa. Ternyata aku sering menemukan hasil desain rumah, atau sejenisnya dari anak smk atau mahasiswa sipil lainnya, beberapa ada yang aku like. Dan mereka memfollowku. Aku pun mulai bertanya, kok bisa hasil gambarnya mulus gitu?, "itu di render mbak". Gimana caranya, aku juga pengen bisa kayak gitu. Akhirnya mereka kasih taulah caranya, walaupun bisa render dengan setingan default, ya not bad lah, yang penting tau dulu caranya.
Aku Yang Tidak Puas
2 bulan setelah lulus, aku bekerja di sebuah konsultan, pekerjaanku jauh sekali dari penggunaan Sketchup. Tapi aku masih punya waktu luang untuk belajar hal lain. Aku kembali menyentuh program sketchup. Perasaanku masih tidak puas, mengapa renderanku kayak kartun begini? mengapa hasil renderan mereka bisa tampil realistik?. Akupun terus mencari, jadilah aku membaca postingan blog, sampai nonton berbagai tutorial yang ada di youtube. Namun tak semuanya membuatku puas dengan hasilnya, akhirnya aku menemukan video tutorial dan langsung praktekin, wah mayan bagus hasilnya. Aku cari taulah siapa yang bikin tutorial itu dan sampai aku follow ig nya haha.
Aku Yang Tidak Tahu Malu
Setiap aku berhasil membuat desain dan merendernya, aku sering pajang-pajang hasil karyaku di ig, dilihat ribuan orang, entah apa yang mereka pikirkan. Entah mereka memuji atau mengejek, aku sih orangnya berpikir "bodo amat", yang penting bagiku, aku memperlihatkan hasil portofolio hasil belajarku. Dari ketidaktahu maluan ini, aku berhasil mendapatkan komentar dan masukan-masukan yang membangun dari mereka-mereka yang memang sudah lama berkecimpung di dunia persilatan ini, eh dunia perdesainan ini.
Mimpi Yang Dulu Tak Diwujudkan
Sebetulnya dari kecil cita-citaku adalah ingin menjadi arsitek, tapi orangtuaku berkata "mendingan kamu masuk Sipil", ok akhirnya 4 tahun aku kuliah Teknik Sipil. Aku begitu bersemangat waktu belajar gambar teknik, tapi setelah itu aku belajar beton bertulang, baja, dan sederet hitung-hitungan yang memusingkan. Aku suka ngiri lihat anak arsitektur bikin maket wkwk. Aku masih suka ngiri lihat mereka mendesain rumah idaman wkwk. Aku lihat slide kuliah anak arsitektur, penuh warna dan bentuk-bentuk keindahan, sementara slide kuliah di Sipil gambarnya, beton yang retak, atau rumus-rumus yang bikin otak rasanya abis di timpuk beton haha.
Mimpi Yang Dulu Tak Diwujudkan
Sebetulnya dari kecil cita-citaku adalah ingin menjadi arsitek, tapi orangtuaku berkata "mendingan kamu masuk Sipil", ok akhirnya 4 tahun aku kuliah Teknik Sipil. Aku begitu bersemangat waktu belajar gambar teknik, tapi setelah itu aku belajar beton bertulang, baja, dan sederet hitung-hitungan yang memusingkan. Aku suka ngiri lihat anak arsitektur bikin maket wkwk. Aku masih suka ngiri lihat mereka mendesain rumah idaman wkwk. Aku lihat slide kuliah anak arsitektur, penuh warna dan bentuk-bentuk keindahan, sementara slide kuliah di Sipil gambarnya, beton yang retak, atau rumus-rumus yang bikin otak rasanya abis di timpuk beton haha.
Belajar dan Terus Belajar
Meskipun hasil renderanku ya masih jauh, untuk menjadi mahir memang butuh ketekunan, butuh waktu, dan semua tidak bisa di peroleh secara instan. Aku mempelajari sedikit demi sedikit tentang desain interior ya lewat media paling mudah diakses yaitu internet. Banyak yang bertanya, kenapa ga lanjut S2 jurusan desain interior saja? Haha, sulit sih buat jelasinnya kepada interviewer beasiswa kalau aku milih jurusan ini, karena basic aku di sipil, kecuali aku sudah betul-betul bekerja di bidang interior, aku punya basic yang kuat untuk menjawabnya. Aku memutuskan untuk tetap belajar desain interior, tetapi dengan otodidak.
Itulah sedikit perjalanan panjang dari hobi baruku :). Terima kasih sudah membaca tulisan absurd ini.
Itulah sedikit perjalanan panjang dari hobi baruku :). Terima kasih sudah membaca tulisan absurd ini.
Wednesday, 24 October 2018
Macam-macam Gaya Desain Interior
Ini salah satu artikel by request seorang teman yang barus aja punya rumah baru namun belum di decor sama sekali. I wish semua orang yang baca dapa terinspirasi dengan tulisan ala kadar dari seorang amatiran ini.
Interior menjadi suatu hal yang penting di dalam sebuah rumah, hal ini akan berpengaruh sekali pada kenyamanan, selera dan sisi psikologi seorang penghuni rumah. Pernah dengar kata "rumahku surgaku", karena rumah memang tempat kembali seseorang dari banyaknya aktifitas serta tempat sebuah keluarga membesarkan anak-anaknya. Pemilihan gaya interior dipengaruhi oleh selera penghuni, cost yang di milki, ukuran ruangan serta fungsi ruangan tersebut.
Ada baiknya sebelum melakukan home decor, kita mengenal dulu apa saja macam-macam gaya desain interior, sebagai berikut:
1. Klasik
Interior klasik banyak kita temukan di rumah atau bangunan yang ada di eropa, dan memang dulunya interior ini berasal dari romawi dan yunani. Ciri khasnya adalah terdapat banyak ukiran, lantai marmer, bingkai warna keemasan, tufted furniture, ruangan yang besar, serta aksesoris-aksesoris yang bergaya klasik (I don't know how to describe, lihat gambarnya aja).
Kelebihan: menghasilkan tampilan yang megah dan elegan
Kekurangannya: konsep interior klasik ini memang sangat costly, furniture yang detail, banyak ukiran yang mana memakan waktu dan tenaga yang lebih dalam proses pembuatannya sehingga wajar saja. Tidak cocok untuk rumah yang ruangannya kecil. Intinya sih boros banget ya, tapi recommended untuk mereka-mereka yang senang kemewahan.
2. Shabby chic
Shabby chic merupakan gaya interior yang oldiest dan chic. Shabby chic cocok sekali untuk mereka yang memang feminim. Umumnya mengutamakan warna pastel seperti putih, pink dan biru soft, baik itu pada furniture dan finishing. Selain itu motif dari furniture juga sering ditambahkan motif bunga-bunga yang membuat shabby chic style ini semakin terlihat feminim.
3. Scandinavian
Scandinavian merupakan salah satu gaya interior yang banyak diminati oleh masyarakat yang mana karena desainnya simple, fungsional, clean, terintegrasi dengan alam, terkesan tegas namun tetap stylish. Salah satu ciri khas scandinavian adalah minim warna yang dinominasi oleh warna netral seperti warna hitam, putih, abu-abu. Namun bukan berarti tidak dapat menambahkan warna lain, kita dapat menambahkan warna lain sebagai aksen agar tidak membosankan. Salah satu ciri khas scandinavian style lainnya adalah terdapat aksen pola-pola geometri dan bukaan jendela yang besar.
4. Industrial
Industrial style memiliki ciri-ciri material ekspos (menunjukan warna material aslinya) atau disebut juga sebagai material unfinished, simple, monokrom, dan terkesan maskulin. Dapat kita amati, beberapa kafe di indonesia sudah menjamur menggunakan konsep industrial ini. Sejarahnya industrial style ini hadir pada abad ke 17 di saat revolusi industri, pada masa itu industri arsitektur dipengaruhi oleh konsep efisiensi dan kekhawatiran masalah keamanan. Sehingga, desain bangunan menghindari elemen hias yang memungkinkan menghambat pemadaman kebakaran.
5. Pop Art
Gaya interior pop art berawal dari seni pop art yang berkembang pesat pada dekade 60-an. Warna yang dipakai cukup berani, berwarna terang, dan menarik perhatian. Konsep pop art ini cocok untuk kamu yang senang menjadi pusat perhatian.
Gaya interior pop art berawal dari seni pop art yang berkembang pesat pada dekade 60-an. Warna yang dipakai cukup berani, berwarna terang, dan menarik perhatian. Konsep pop art ini cocok untuk kamu yang senang menjadi pusat perhatian.
6. Vintage
Gaya vintage merupakan gaya yang berkesan mengembalikan atmosfer tempo dulu tanpa meninggalkan unsur modern yang clean. Konsep vintage saat ini bukanlah interior kuno seperti di zaman nenek moyang dulu. Tetapi konsep vintage yang di tunjukan hanya beberapa aksen furniture saja, seperti figura kuno, kursi jengki, atau sepeda antiq lama, namun sudah di cat dan di furnish.
Gaya vintage merupakan gaya yang berkesan mengembalikan atmosfer tempo dulu tanpa meninggalkan unsur modern yang clean. Konsep vintage saat ini bukanlah interior kuno seperti di zaman nenek moyang dulu. Tetapi konsep vintage yang di tunjukan hanya beberapa aksen furniture saja, seperti figura kuno, kursi jengki, atau sepeda antiq lama, namun sudah di cat dan di furnish.
7. Urban Jungle
Konsep urban jungle lengket sekali dengan hutan liar, atau alam rimba yang mana pada dekorasi initerior banyak terdapat tanaman, baik itu tanaman asli maupun artificial dapat di terapkan. Sehingga membuat ruangan terasa segar dan menenangkan. Namun perlu digaris bawahi, untuk konsep urban jungle, pemilihan tanaman yang tepat sangatlah penting, terutama jika menggunakan tanaman hidup yang mana perawatannya harus disiplin, perlu mengenali mana tanaman yang dapat bertahan lama hidup dalam ruangan dan bagaimana perawaratannya. Selain itu untuk memperkuat nuansa urban jungle, kamu juga bisa membuat mural (lukisan di dinding, bukan wallpaper ya) yang berkonsep alam juga seperti lukisan burung, pohon, daun-daun dan sejenisnya.
Sekian dulu, Cerita Annisa hari ini, selamat membaca semoga terinspirasi. Jangan lupa beri kritik dan saran pada kolom comment.
Sunday, 21 October 2018
Desain Interior - Memaksimalkan Fungsi Kamar Kecil ukuran 3 m x 2 m
Sabtu 20 Oktober 2018, aku udah janji kalau banyak yang berniat baca tentang artikel ini, bakalan aku terbitin menjadi 1 postingan di blog, ternyata respond dari pemirsa di instagramku, cukup banyak yang berminat untuk membaca, sehingga jadilah aku buat postingan ini,. Perlu di tekankan disini bahwa aku bukanlah seorang desainer interior, bukan jurusan interior tapi teknik sipil, disini aku memang baru sebatas suka dari dulu mengenai interior dan belajar secara otodidak mengenai interior. Sehingga penulis merupakan seorang amatiran, mohon kritik dan sarannya agar tulisan dan hasil desain penulis dapat di perbaiki.
Situasi: sebagian dari kita sudah tahu bahwa di kota-kota besar untuk membeli atau mendapatkan lahan yang luas cukuplah sulit, entah itu dari segi harga, lokais yang strategus dan bahkan ketersediaannya. Namun permintaan akan hunian sangat tinggi mengingat rumah adalah tempat berlindung dan kebutuhan primer bagi setiap keluarga. Sehingga tantangan hunian ke depannya, adalah hunian yang lahan sempit, multifungsi, compact, dan tetap dapat memberikan kenyamanan.
Kali saya sengaja mendesain atau memodelkan sendiri dengan bantuan program komputer bagaimana salah satu contoh desain interior atau interior decor untuk memaksimal ruangan sempit 3 m x 2 m ini. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca sekalian.
Tampak Atas |
Pada desain ini, penulis sengaja memilih pintu geser, karena penggunaan pintu geser mengurangi penggunaan tempat. Selain itu, pintu geser sengaja dipilih yang menggunakan kaca bening hal ini agar memungkinkan si penghuni ruangan untuk tetap bisa merasa lapang dengan membuka curtain dan dapat dengan mudah memandang ke arah luar kamar. Untuk hal-hal conditional seperti mengganti pakaian, penghuni dapat dengan mudah menutup curtain, agar privasi masih terjaga.
Tampak Depan |
Tempat tidur dipilih single bed, karena memang kamarnya kecil ya hehe, di peruntukan dihuni 1 orang saja. Pada umumnya kamar yang sekecil ini jarang sekali menggunakan lemari besar karena memakan tempat, namun rata-rata sebagai anak kos, saya merasa lemari jarang dapat memuat barang2 saya sepenuhnya. Lemari ini memang ya cukup besar buat 1 orang, dan multifungsi dengan beberapa rak di dalamnya dan dapat dibuat custom.
Tampak Belakang |
Pada bagian depan kasur, terdapat sedikit ruang yang dpat dimanfaatkan sebgaai tempat belajar, pemilihan warna pastel, dan kayu, abu-abu sengaja di pilihkan agar penghuni tetap merasa nyaman dalam ruangan meskipun mungil. Serta di tambahkan sedikit aksen geometri wall art agar memberikan unsur scandinavian. Ada suatu kebiasaan dari kita sehari-sehari senang menggantu barang-barang entah itu tas, atau sejenisnya, disini di berikan semacam tall drawer agar tidak lagi melakukan gantung-gantungan yang merusak estetika kamar mungil ini, sehingga seperti tas, atau printilan-printilan lainnya seperti setrika, alat-alat lainnya dapat di letakan di dalamnya. Selain itu pada meja belajar, penulis menambahka 2 drawer dibawah meja yang multi fungsi sebagai laci sekaligus menjadi bantalan mejanya. Lalu di tambahkan 1 ambalan diatas meja yang terbuat dari kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai rak buku atau untuk hal lain.
Tampak Samping |
Sebetulnya masih ada 1 space yang belum termanfaatkan pada desain ini, yaitu kolong dari tempat tidur. Jika bawahan atau alas dari kasur ini di beri void atau lubang, ruang yang tersedia disana dapat kita manfaatkan sebagai tempat meletakan kasur mungil yang mana dapat dimanfaatkan kalau saja ada kawan yang ingin menginap, atau bisa juga dimanfaatkan sebagai tempat penyimpan barang dengan membaginya menjadi horizontal drawer.
Cukup sekian cerita annisa kali ini, semoga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca semua, silahkan di share dan tinggalkan jejak pada kolom komentar. thank you.
Thursday, 18 October 2018
Quarter Life Crisis - Part IV - Kapan Nikah?
Setelah memasuki umur lebih dari 25, percayalah pertanyaan "kapan nikah" akan menjadi pertanyaan yang membisingkan di telinga.
Sekarang umurku 23 tahun, tapi aku belum merasakan hal ini kentara, tapi aku yakin akan melewati fase itu, and now, I'm preparing. Di usia 23 tahun, beberapa teman SMP, SMA, dan kuliah sudah banyak yang married. Sebetulnya ku tak menginginkan secepat itu, ya aku ingin menikah diatas usia 25 atau 26 tahun tapi yang jelas di bawah 30 tahun.
Kembali pada pengamatanku pada kawan-kawan seumuranku, biasanya mereka sudah punya pacar atau kecengan yang siap diajak melangkah lebih. Jangan tanya aku kapan wkwk. Aku sempat melakukan riset kecil-kecilan mengenai pertanyaan sensitif ini pada kawan-kawanku yang sudah beranjak umur diatas 26 tahun, yea wawancara yang cukup menantang bukan hehe. Ada resiko bakal di jauhin sama mereka, tapi aku cukup pandai membawakan wawancara ini, tanpa membuat mereka merasa tersinggung, dengan cara berlakulah sebagai sahabatnya dan jangan mengguruinya.
Berikut hasil pengamatanku dengan beberapa responden, yang dinominasi perempuan. Memang targetku respondennya perempuan, karena perempuanlah yang sangat krisis untuk soal umur pernikahan, banyak faktor diantaranya, kesuburan, dan daya tarik bagi lawan jenis. Karena kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kecendrungannya laki-laki lebih senang memiliki pasangan yang umurnya lebih muda darinya. Postingan ini tidak bermaksud memojokan kaum perempuan, tapi agar kita sama-sama respect dan paham salah satu bentuk quarter life crisis yang nyata dalam hidup salah satunya ini.
Responden pertama A, umur menginjak 30 tahun, perempuan.
A mengaku diusia tersebut belum memiliki teman kencan, bahkan seumur hidup belum pernah pacaran. Sempat di jodoh-jodohkan oleh orang tua tetapi belum sesuai dengan seleranya. Sempat jatuh cinta pada pria yang benar-benar cocok dengan dirinya, tapi kehendak kenyataan berkata lain. Ia memang memiliki niat menikah, tapi hanya dengan orang yang bisa membuatnya jatuh cinta. Selama pergi jalan-jalan, reunian, rata-rata ia menemui teman pria seumurannya sudah menikah. Bingung juga gebet yang mana.
Responden B, umur 27 tahun, perempuan.
Kalau responden B memang agak menutup diri. Bahkan ia belum pernah yang benar-benar srek dengan seorang pria. Dan belum ada yang mengalihkan perhatiannya. Kondisi hidupnya memang berat, keluarganya broken home, dia menderita bipolar dan bertahun-tahun mengkonsumsi obat anti depresan. Orang tua sempat menjodoh-jodohkannya, tapi belum nemu yang klik.
Responden C, 28 tahun, perempuan.
Wawancara dengan responden C ini melalui adiknya, bukan melalui orangnya langsung karena nggak kenal hehe. C merupakan salah seorang karyawan BUMN yang bonafit, karirnya bagus, dan ya kesejahteraannya sudah terjamin. Belum menikah karena ya belum ketemu yang melamar. Sempat dekat dengan seorang rekan kerja di perusahaan yang sama, namun peraturan di perusahaan tidak diijinkan menikah sesama karyawan, salah satunya harus mengundurkan diri jika sudah berstatus karyawan tetap.
Responden D, 32 tahun, perempuan
Sebetulnya ini kakaknya si C, C juga pegawai salah satu BUMN. Karir bagus dan sudah menikah dengan suaminya yang bekerja sebagai kontraktor lokal, tapi diusia 30 tahun. Suaminya merupakan teman SMA nya. Sempat hamil, tapi keguguran karena kandungannya lemah.
Responden E, 27 tahun, laki-laki
Memilih belum menikah karena masih mencari yang terbaik, sedang gencar-gencarnya melakukan penjajakan ke berbagai wanita sekaligus, incaran yang di cari dinominasi yang bekerja di sektor kesehatan terutama dokter, dan lulusan universitas bonafit lainnya. Sempat berpacaran dengan seorang dokter, tak di jelaskan mengapa kandas di tengah jalan.
Responden F, 27 tahun, belum menikah.
F belum menikah karena beberapa faktor, belum ada yang melamar, jatuh cinta pernah, tapi di simpan diam-diam. Kakaknya belum menikah, ya sejauh ini merasa aman-aman saja karena kakaknyalah yang dibombardir dengan pertanyaan kapan nikah. Selain itu ia sedang ingin fokus studi S3 di luar negeri. F memang anak yang senang belajar, untuk urusan pendidikan ia bagaikan atlet marathon, kuat tanpa jeda berkuliah dari TK hingga S3.
Saya menarik suatu kesimpulan bahwa banyak responden yang melajang di atas usia 26, karena bebarapa faktor berikut:
1. Belum menemukan yang cocok
2. Belum adanya yang siap melamar
3. Mindset laki-laki lebih senang yang umurnya lebih muda
4. Sibuk karir dengan karir/pendidikan
5. Selektif
6. Peraturan perusahaan/ tempat kerja
7. Kakak yang belum menikah
8. Masih nyaman sendiri (ini mah aku tambah-tambahin aja biar rame hehe)
Tapi memang tak bisa di pungkiri juga untuk menemukan seseorang yang tepat itu ibaratnya trial n' eror, atau semacam looping dan interasi. Misal coba dekat dengan A, ah ternyata nggak match, coba dengan B masih nggak, dengan C eh cocok. Ada yang iterasinya cepat konvergen ke suatu titik yaitu si dia yang jadi jodoh, ada juga yang lama, tapi kan tetap konvergen. Mungkinkah inetrasi ini akan divergen? menjalani iterasi yang divergen memang melelahkan tidak ada gunanya. Tapi itulah hidup, yaitu untuk hal ini agak misterius, apakah konvergen atau divergen? ga ada yang tau. Yang bisa diusahakan adalah mengusahakan yang terbaik yang kita mampu.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah memperluas pergaulan dan mencari mak comblang. Sebetulnya beberapa dari kita terutama perempuan, malu menggunakan jasa mak comblang, ada yang merasa takut dianggap agresif, atau kebelet banget nikah atau sejenisnya. Dogma dimasyarakat bahwa perempuan hanya berlaku menunggu itu bisa jadi salah satu faktor pemicu kelajangan di usia diatas 26. Tapi mungkin caranya yang kurang tepat. Kawan dekatku sempat bercerita tentang ta'aruf proses, yang mana salah satu rangkaiannya dengan sebar CV, tapi melalui perantara yang di dapat di percaya. Dan hal ini tanpa harus mengurangi kehormatan seorang perempuan. Kalau ada diantara orang yang ditawarkan CV ini klik, maka barulah CV yang laki-laki di tawarkan ke perempuan itu. Kalau nggak cocok ya sudah, tapi kalau cocok lanjut ke tahap kenal lebih lanjut. Menarik sih ya proses ini. Mungkin buat kamu yang tengah mengalami qurter life crisis seperti ini, bisa di coba cara ini, siapa tau membantu.
Responden F, 27 tahun, belum menikah.
F belum menikah karena beberapa faktor, belum ada yang melamar, jatuh cinta pernah, tapi di simpan diam-diam. Kakaknya belum menikah, ya sejauh ini merasa aman-aman saja karena kakaknyalah yang dibombardir dengan pertanyaan kapan nikah. Selain itu ia sedang ingin fokus studi S3 di luar negeri. F memang anak yang senang belajar, untuk urusan pendidikan ia bagaikan atlet marathon, kuat tanpa jeda berkuliah dari TK hingga S3.
Saya menarik suatu kesimpulan bahwa banyak responden yang melajang di atas usia 26, karena bebarapa faktor berikut:
1. Belum menemukan yang cocok
2. Belum adanya yang siap melamar
3. Mindset laki-laki lebih senang yang umurnya lebih muda
4. Sibuk karir dengan karir/pendidikan
5. Selektif
6. Peraturan perusahaan/ tempat kerja
7. Kakak yang belum menikah
8. Masih nyaman sendiri (ini mah aku tambah-tambahin aja biar rame hehe)
Tapi memang tak bisa di pungkiri juga untuk menemukan seseorang yang tepat itu ibaratnya trial n' eror, atau semacam looping dan interasi. Misal coba dekat dengan A, ah ternyata nggak match, coba dengan B masih nggak, dengan C eh cocok. Ada yang iterasinya cepat konvergen ke suatu titik yaitu si dia yang jadi jodoh, ada juga yang lama, tapi kan tetap konvergen. Mungkinkah inetrasi ini akan divergen? menjalani iterasi yang divergen memang melelahkan tidak ada gunanya. Tapi itulah hidup, yaitu untuk hal ini agak misterius, apakah konvergen atau divergen? ga ada yang tau. Yang bisa diusahakan adalah mengusahakan yang terbaik yang kita mampu.
Salah satu yang dapat dilakukan adalah memperluas pergaulan dan mencari mak comblang. Sebetulnya beberapa dari kita terutama perempuan, malu menggunakan jasa mak comblang, ada yang merasa takut dianggap agresif, atau kebelet banget nikah atau sejenisnya. Dogma dimasyarakat bahwa perempuan hanya berlaku menunggu itu bisa jadi salah satu faktor pemicu kelajangan di usia diatas 26. Tapi mungkin caranya yang kurang tepat. Kawan dekatku sempat bercerita tentang ta'aruf proses, yang mana salah satu rangkaiannya dengan sebar CV, tapi melalui perantara yang di dapat di percaya. Dan hal ini tanpa harus mengurangi kehormatan seorang perempuan. Kalau ada diantara orang yang ditawarkan CV ini klik, maka barulah CV yang laki-laki di tawarkan ke perempuan itu. Kalau nggak cocok ya sudah, tapi kalau cocok lanjut ke tahap kenal lebih lanjut. Menarik sih ya proses ini. Mungkin buat kamu yang tengah mengalami qurter life crisis seperti ini, bisa di coba cara ini, siapa tau membantu.
Tuesday, 2 October 2018
Quarter Life Crisis - Part III - Misteri Usai Lulus Kuliah
Aku sudah 1 tahun lulus dari bangku perguruan tinggi. Sudah satu tahun pula aku mengamati aktivitas teman angkatanku pasca campus. Bermacam-macam sih ya, rata-rata teman di angkatanku aktivitas mereka adalah bekerja, lanjut kuliah, hanya sedikit sekali yang sudah menikah. Hampir separo nya bekerja di bumn dan pns kementrian. seperempat diantaranya bekerja di perusahaan swasta entah konsultan, perusahaan kosmetik, bank, dsb. Untuk yang lanjut kuliah, sebagian besar mengandalkan biaya sendiri, atau beasiswa voucher program fastrack, dan masih sangat sedikit dan bisa dihitung dengan jari yang kuliah dengan beasiswa di luar kampus.
Selain mengamati teman angkatan, aku juga mengamati senior-seniorku yang merintis bisnis,salah satunya bergerak di usaha fashion secara online dan offline di Bandung, dan bahkan sudah membuka cabang di 5 kota, saya mengamati usahanya yang mana branding strategynya hebat sekali. Saya sangat salut, dan dia merupakan sok-sok eksekutor hebat dalam berbisnis. Jurusannya teknik industri, tapi dia bergelut dengan bisnis fashion.
Dari pengamatanku 1 tahun belakangan, aku melihat bahwa kesuksesan itu tidak linear dengan satu faktor saja, tetapi berbagai faktor. Ada 4 kuadran yang jika ditemukan irisannya, dan diterapkan dalam kehidupan dan entah dalam bisnispun akan meledak bagaikan bom, 4 kuadran itu sebut sebagai ikigai:
1. Paid For
2. Love
3. Good at
4. Needs
Untuk lebih lengkap mengenai ikigai, aku akan menjelaskannya di postingan selanjutnya ya.
Aku melihat life after college itu cukup misterius ya, orang-orang yang ambisus kadang juga tak se sukses ambisinya, ada yang tidak ingin bekerja justru bekerja, ada yang study oriented dan tidak aktif justru karirnya melejit, ada yang ambisius lantas biasa-biasa saja. Menurutku ini sangat menarik diamati dan diteliti. Dan aku senang membaca tracer studi, salah satunya tracer studi alumni itb, kelinearan jurusan dan profesi, hubungan prestasi akademik dan karir.
1 tahun life after college membuat aku jadi paham sedikit mengenai parenting. Banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk masuk kampus dan jurusan tertentu, karena orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun banyak kenyataann yang tidak disadari orang tua, bahwa anak adalah roh unik yang ditiupkan tuhan pada sebuah jasad. Hendaknya, bakat-bakat kecil yang dimiliki anak di dukung dan di berikan apresiasi. Jangan hanya memberikan apresiasi hanya ketika raport sang anak baik, tetapi berikan apresiasi prestasinya di luar akademiknya. Karena prestasi akademik tak akan selalu linear dengan kesuksesan.
Sunday, 30 September 2018
Quarter Life Crisis - Part II - Setelah Lulus Kuliah Harus Kerja
Ada suatu Dogma di masyarakat bahwa ajang pembuktian diri dari sebuah kesuksesan bahwa setelah wisuda adalah mesti kerja. Tak ada yang salah memang setelah wisuda langsung mencari pekerjaan, dan bebas finansial dari orang tua.
Setelah lulus kuliah, aku di recoki pertanyaan seperti ini: kerja dimana sekarang? Ngapain aja sekarang?. What?. Kadang ku ingin bertanya "Bolehkah aku menghirup udara kebebasan sebentar saja?", "Tahukah kamu pertanyaanmu membuat orang lain gelisah?". Ketika yang bertanya adalah teman seangkatan atau mereka-mereka yang sudah mengalami fase yang sama, aku biasa saja mendengar pertanyaan seperti itu, karena aku tahu mereka mengerti setelah melewati fase ini. Namun berbeda dengan orang lain saudara-saudara yang kepo maximal sama hidupku ini, termasuk bahkan penjual lontong Padang pun ikut kepo maximal dan bertanya dengan pertanyaan "Setelah lulus ngapain aja? cuma makan tidur doang di kosan?". Ditodong dengan pertanyaan seperti itu setelah merasakan kegagalan rekruitmen di perusahaan yang udah lama pengen di terima disitu, rasanya aduh.
2 Bulan masa kosong sebelum bekerja benar-benar terasa bagai neraka, padahal niat awal setelah lulus ingin benar-benar pure libur tidak di tanyakan pertanyaan sana sini bahwa aku akan apa dan bagaimana. I need times to relax, refreshing and know what I will do, and know what I want.
Please, jika kalian entah punya saudara, teman, atau rekan kerja. Jangan kepoin hidup mereka setelah lulus, biarkan mereka settle down dengan apa yang mereka alami. Justru dengan merecoki mereka dengan pertanyaan itu membuat kepala mereka semakin rumit.
Masyarakat terdoktrin bahwa, hidup yang nyaman itu punya pekerjaan tetap seperti di BUMN, dan PNS. Tak heran memang banyak orang yang berebutan untuk menjadi seorang PNS. Kita tidak terdoktrin bagaimana untuk membuka usaha dan membuka lapangan kerja. Ayah pernah berkata "Goal seorang lulusan sarjana itu membuka lapangan kerja, bukan di pekerjakan". Kata-kata ini seperti angin lalu karena ayah sendiri tidak membuktikan bahwa ia berusaha mencapai goal itu, membuka lapangan pekerjaan sendiri untuk anaknya pun tidak.
Sampai di suatu titik aku berpikir, aku mengikuti dogma masyarakat, harus bekerja setelah lulus kuliah dengan pekerjaan yang tetap, selama 1 tahun pasca kelulusan aku menjadi job seeker, rekruitment 1 BUMN menghabiskan 1-3 bulan. Lama, dan melelahkan. Apalagi dengan kenyataan "tidak lolos seleksi", sakit tapi ga berdarah kata anak jaman sekarang.
Dan bosan dengan hal itu, aku terpikir ingin S2, jadilah aku mendaftar beasiswa XXXX. Namun selang beberapa bulan usai seleksi, CPNS buka, semua orang membombardir ku untuk daftar dan ikut seleksi cpns. Sampai menanyakan berapa living allowance yang akan ku terima dengan beasiswa itu, seperti ini "ada ga X juta?", emang penting ya untuk di tanyakan?. Aku tidak akan sensi dengan pertanyaan ini jika yang bertanya adalah junior atau teman sebaya, karena mereka bisa jadi ingin tahu dan mempertimbangkan untuk lanjut kuliah. Tapi untuk menjawab pertanyaan tersebut dari orang-orang yang money oriented memang menyebalkan.
Untuk menjadi seorang PNS aku mempertanyakan pada diri sendiri,
1. Siapkah aku di tempatkan di mana saja se Indonesia
2. Baru bisa minta mutasi kerja setelah bekerja 10 tahun
3. Hampir seumur hidup mengabdikan diri
4. Jika suatu hari bosan dan ingin hidup merdeka dari rutinita yang sama, apa aku harus menunggu pensiun?
Sebetulnya ku tak siap dengan resiko ini, namun dogma masyarakat dan orang terdekat seakan memaksa dan meyakinkan bahwa "ini jalan yang tepat loh", "ini yang terbaik loh untuk hidupmu". Kembali ke diri sendiri, yang akan ngejalanin itu aku, yang memilih adalah aku, meski pikiran masyarakat sangat persuasif, tapi aku atau dirimu lah yang tau jawaban apa yang benar-benar kamu inginkan dalam hidup ini.
Entah mengikuti dogma masyarakat atau menjadi seorang yang bebas, yang penting bagiku adalah tidak lari dari agama, tidak lari dari Allah. Yang kuinginkan apapun pekerjaanku, apapun yang aku lakukan selalu ada kedamaian disana. Dan ada kebermanfaatan yang di tuai dari sana. Aku menghormati apapun yang aku pilih dan orang lain pilih.
Entah mengikuti dogma masyarakat atau menjadi seorang yang bebas, yang penting bagiku adalah tidak lari dari agama, tidak lari dari Allah. Yang kuinginkan apapun pekerjaanku, apapun yang aku lakukan selalu ada kedamaian disana. Dan ada kebermanfaatan yang di tuai dari sana. Aku menghormati apapun yang aku pilih dan orang lain pilih.
Baca juga : quarter-life-crisis-part-1
Thursday, 27 September 2018
Diary quarter life crisis - Part 1
Sebetulnya saya bukan sedang mengeluh, namun hanya menuliskan pikiran-pikiran saya dalam bentuk tulisan. Tepat sudah satu tahun saya merasakan sesuatu yang menganggu saya selama ini, sulit tidur, dan mencari terus mencari jati diri. Sampai di tengah malam di sebuah aplikasi yang sering di gunakan gamers, saya bercerita pada seorang teman yang tak jauh beda dengan saya, seorang fresh graduate juga, dan sedang mencari jati diri. Saya bercerita apa yang membuat saya gelisah setahun belakangan ini, dan saya tidak tahu persis apa namanya, saya hanya menyebutkan ciri cirinya saja, kata temanku ini yang dinamakan "Quarter life crisis". Ini nama yang tepat.
Quarter life crisis saya di mulai saat saya lepas dari sidang tugas akhir dan mencari kerja pada umur 22 tahun. Awal-awal saya sangat bersemangat setealah lulus kuliah karena saya pikir saya hanya butuh waktu yang tepat untuk menemukannya. 22 oktober saya di wisuda dan memakai toga sarjana. Hari itu saya sangat bahagia. Keluarga saya datang ke Bandung untuk menghadiri acara wisuda saya. Mereka menemani saya 5 hari di Bandung, setelah itu akhirnya keluarga kembali ke Padang. Kami tak pernah berkumpul dan jalan jalan bersama hanya berempat se komplit dan se bahagia di pekan itu. Keluarga sempat mengajakku pulang, untuk menenangkan diri dari kehidupan kuliah dan menikmati libur sejenak.
Saat itu aku memilih tidak langsung pulang, aku masih penasaran untuk mendaftar kerja, apalagi karena akhir oktober 2017 ada jobfair itb, aku menaruh harapan cukup besar disitu. Hasil nya nihil. 2 bulan berlalu. Aku menemukan titik persimpangan, haruskah aku pulang atau tetap mencari. Ayah bilang, kalau disana tak menghasilkan apa-apa sebaiknya pulang, sampai ayah sempat berkata "Apa yang kamu cari dan tunggu disana?", aku jawab "pekerjaan yang cocok untukku". Masa fresh graduate 0 -2 tahun dari kelulusan, akan sayang sekali kalau aku tidak memiliki kegiatan positif, seperti magang, training atau bekerja. Aku akan kesulitan ke depannya. Itulah yang terpikirkan di benakku saat itu.
2 Bulan berlalu, aku sadar diri status pengangguranku di bdg cukup memberatkan orang tuaku. Perjuangan terakhirku sebelum memutuskan pulang adalah, mendaftar kerja di konsultan. Kalau di terima aku tidak jadi pulang, kalau tidak aku akan pulang saja. Aku di terima.
Wednesday, 26 September 2018
Sharing Seleksi Beasiswa LPDP Part II - Seleksi Berbasis Komputer (SBK) - 2018
Alhamdulillah sekitar akhir bulan Juni hasil seleksi administasi diumumkan, dan saya lolos seleksi administrasi. Lanjut ke tahap berikutnya yaitu SBK. SBK ini memang baru ada pas tahun 2018, tahun 2017 seleksi tahap dua ini bukan SBK tetapi Assesment Online. Assestment online ini sempat mendapat kontra ditahun sebelumnya, mungkin karena itu diganti kali ya (hanya asumsi saya saja haha). Di hari H tes saya mendapatkan jadwal seleksi SBK pagi pukul 08.00, 1 jam sebelum tes sudah di haruskan berada di lokasi, saya mengikuti seleksi SBK di kantor Kanreg BKN Bandung.
(Catatan: sebaiknya cek dulu mousenya sebelum memulai tes, karena beberapa saat ku tes ada yang bermasalah mouse nya)
(Catatan: sebaiknya cek dulu mousenya sebelum memulai tes, karena beberapa saat ku tes ada yang bermasalah mouse nya)
SBK atau Seleksi Berbasis Komputer memang menggunakan komputer dan sistemnya CAT seperti tes CPNS. Setelah selesai tes, scorenya bisa langsung terlihat. Seleksi SBK terdiri atas:
- TPA
- Psikotest
- Essay On the Spot
Tes Potensi Akademik (TPA)
Tes TPA ini terdiri dari beberapa soal berupa, numerik, penalaran, dan verbal. Buat yang sudah terbiasa dengan TPA Bapenas, akan sangat terbantu sekali untuk mengerjakan TPA. Tips, tidak ada sistem minus, sebaiknya isi saja.
Psikotest
Psikotest, terdiri dari beberapa pertanyaan yang terdiri dari beberapa opsi pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda, dan waktunya sedikit. Sebaiknya semua pertanyaan di jawab hingga selesai, dan soal tidak perlu di baca berulang-ulang karena akan menghabiskan waktu. Jawab saja yang sesuai dengan diri kita.
Essay On the Spot (EOTS)
Setelah 2 tes diatas selesai, selanjutnya adalah menulis essay. Saat itu setiap orang akan mendapatkan satu judul essay, dan judul essay yang di dapatkan setiap orang di ruangan ternyata beragam, jadi tidak bisa nyontek. Waktu yang disediakan menulis EOTS ini sangatlah sedikit yaitu 30 menit. Saya menyarankan agar sebelum tes SBK ini, rajin-rajinlah membaca berita terkini, atau isu terkini. Latihan menuliskan pendapat dalam bentuk essay. Saat tes saya mendapatkan essay tentang "Pemblokiran Tik Tok". Di dalam teksnya saya diminta mengemukakan pendapat mengenai issue tersebut. Saya mengikuti format essay yang sudah lumrah ditulis banyak orang, terdiri atas pembuka, isi, dan penutup. Alhamdulillah saya tidak begitu kagok dengan tema essay ini, karena saya memang sudah sempat latihan menulis essay dengan tema yang sama.
Seleksi SBK pun selesai. Saya keluar melihat pengumuman hasil TPA saya, alhamdulillah score saya menempati 10 besar dari keseluruhan peserta sesi itu. 1 sesi terdiri atas sekitar 80 an orang hingga 100.
Untuk seleksi LPDP dalam negeri yang lolos tahap ini dan lanjut ke tahap Substansi sekitar 2200 peserta. Memang jumlah ini lebih sedikit dari target kuota LPDP tujuan PTN dalam negeri yaitu 2400. Namun yang lolos di tahap substansi ternyata lebih sedikit lagi, karena seleksi LPDP ini sangat ketat, jadi persiapkan dirimu sebaik mungkin.
Untuk seleksi LPDP dalam negeri yang lolos tahap ini dan lanjut ke tahap Substansi sekitar 2200 peserta. Memang jumlah ini lebih sedikit dari target kuota LPDP tujuan PTN dalam negeri yaitu 2400. Namun yang lolos di tahap substansi ternyata lebih sedikit lagi, karena seleksi LPDP ini sangat ketat, jadi persiapkan dirimu sebaik mungkin.
Jangan lupa baca juga sharing-seleksi-beasiswa-lpdp-part-1
Tuesday, 25 September 2018
Sharing Seleksi Beasiswa LPDP Part 1 - Administasi (2018)
LPDP merupakan salah satu beasiswa paling diincar oleh masyarakat Indonesia, bagaimana tidak beasiswa yang di prakarsai kementrian keuangan ini sangat menarik dan di klasifikasikan sebagai beasiswa yang cukup royal dan memiki concern yang jelas untuk mencetak pemimpin masa depan.
Untuk sharing part 1 ini saya akan sharing bagaimana tahapan seleksi beasiswa LPDP ini. Kebetulan saya ikut seleksi LPDP pada tahun 2018 dengan tujuan universitas dalam negeri. Oke saya cerita dulu dari awal banget ya,
Mei 2018
Awal bulan Mei tiba-tiba saya dapat kabar bahwa beasiswa ini open untuk seleksi untuk PTN tujuan dalam negeri. Saya buru-buru siapin berkasnya. Kebetulan saat itu saya memilih jalur afirmasi beasiswa bidikmisi. Untuk jalur afirmasi sangat banyak yang mesti di persiapkan, dan saya cukup sibuk mempersiapkannya dalam 1 bulan. ya ada sekitar waktu 1 bulan untuk bisa menyiapkannya. Menurut saya kalau bisa jauh-jauh hari persiapkan, karena kita ga tau kemungkinan terburuknya.
Apa aja sih yang saya siapkan dalam 1 bulan itu?? berikut list yang perlu di submit:
1. KK
2. Ijazah
3. TOEFL ITP ETS (biaya 450 - 500 ribu - butuh waktu sekitar 2 minggu hasilnya keluar)
4. Surat Keterangan Sehat dan Bebas Narkoba (disarankan di rumah sakit daerah ya), saya ngurusnya di RSHS Bandung, (biaya lebih dari 300 ribu)
5. Surat keterangan izin atasan
6. Surat keterangan tidak mampu
7.Surat Rekomendasi (Saya minta rekomendasi pada project diretor di tempat saya bekerja)
8. Surat Keterangan penerima Bidik Misi (3 hari baru selesai)
9. Slip gaji orang tua
10. Rekening Listrik 3 Bulan terakhir
11. Sertifikat prestasi dan organisasi selama menempuh pendidikan (dari SD dimasukin aja)
12. Essay Statement of Purpose
13. Essay Rencana Studi
Menurutku persyaratan diatas jangan di siapkan mepet-mepet deadline. Misal TOEFL, saat itu tantangannya sulit mendapatkan tempat seleksi TOEFL yang hasilnya bisa keluar sebelum batas deadline, dan saya sampai mengunjungi 5 tempat tes di Bandung, ada yang kuotanya sudah penuhlah, dan macam-macam problemnya. Belum lagi problemnya kalau score TOEFL yang kita inginkan belum tercapai.
Essay sebenarnya bisa di cicil jauh-jauh hari, kalau bisa jangan jadi deadliner. Karena untuk menulis essay janganlah asal-asalan, jika berlanjut seleksinya sampai substansi maka saat wawancara isi essay yang kita tulis akan di gali lebih dalam. Essay yang baik, jelas dan visioner akan sangat membantu saat menjawab pertanyaan saat wawancara.
Content Essay LPDP:
A. Statement of Purpose
- Deskripsikan Diri
Untuk bagian ini bisa perkenalkan diri, latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan.
- Kontribusi yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk masyarakat
- Deskripsikan mimpi saudara tentang masa depan Indonesia
- Deskripsikan cara mewujudkan mimpi tersebut
B. Rencana Studi
-Alasan memilih univ dan jurusan
- Mata kuliah dan jumlah sks yang akan diambil
- Topik penelitian tesis (saranku, jelaskan kenapa mengambil topik tesis itu, dan apa outputnya untuk masyarakat Indonesia)
- Aktivitas diluar akademik
Sekian dulu sharing part 1 ini, semoga lolos seleksi administrasi LPDP ya, amiin.
Jangan lupa, baca juga sharing-seleksi-beasiswa-lpdp-part-II
Jangan lupa, baca juga sharing-seleksi-beasiswa-lpdp-part-II
Saturday, 15 September 2018
Belajar Kehidupan dari Seorang Ibu yang Kuat
Sebulan terakhir aku jarang bercerita dengan ibu, karena kesibukanku bekerja dan persiapan wawancara beasiswa. Sampai suatu ketika aku kembali bercerita, saya melewatkan suatu kesempatan baik, karena khilaf. Ada perasaan menyesal.
Malam ini, aku kembali bercerita, sampai aku bertanya hal yang selama ini mengganjal di benakku. "Bu, setelah lulus kuliah, kenapa aku takut dengan kehidupan ya?", itu pertama kali aku mencurahkan total apa yang aku resahkan selama ini seperti karir yang belum begitu jelas, dan berbagai kegagalan seleksi, dan berbagai masalah external dan internal yang mengganggu fokus dan sebagainya".
Ibuku berkata, "Kalau kamu takut kehidupan, berarti kamu tidak percaya dengan kuasa Allah dong?", sampai aku bercerita, aku perempuan, aku anak pertama, dengan keadaanku seperti ini mungkinkah aku membahagiakan ayah dan ibu? sampai sekarang di usia tua ayah mesti harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan kehidupan.
Ibu flashback ke kehidupan kita di masa lalu, ibuku bilang selama ini kita memang hidup tidak berada di zona aman, hidup dari zero, tapi Allah selalu ada disaat kita butuh. Bahkan ibu tak pernah membayangkan untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Bahkan ibu tak pernah membayangkan bisa punya rumah kecil, dan kita tidak pernah terlilit hutang.
Salah satu saat-saat tersulit yang pernah dialami ibu adalah, ketika aku di dalam kandungan, ayah dan ibu masih kuliah (belum wisuda), ayah berhenti bekerja, tinggal masih ngontrak, sebentar lagi mau melahirkan, ayah juga sakit vertigo. Tapi, namun tak menyerah pada hidup, Allah membantu hamba-hambanya yang yakin, tetapi Allah sering memberi kejutan dengan membuka pintu rezeki dari pintu-pintu yang tak disangka, ayah mendapatkan pekerjaan freelance yang bisa membiayai hidup dan kelahiranku.
Kemudian aku bertanya, "Pernah ga keuangan kita sampai minus bu?", Ibuku bilang "nggak pernah, setiap ada rezeki lebih ibu menabung, setidaknya tetap harus ada storage meskipun sedikit", ya begitulah, ibuku memang sok-sok inspiratif dalam mengelola keuangan, ya memang kita bisa ga foya-foya, tetapi ibu slalu memprioritaskan pendidikan anak-anak dan kesehatan, dan asupan gizi di rumah. Ibu menunda dulu membeli hal-hal yang tidak prioritas.
Setelah mendengar motivasi dari ibu, aku seperti menemukan kekuatan baru menghadapi kenyataan hidup. Bahwa kita jangan takut dengan hidup yang penuh tantangan ini.
"Jujur, sebenarnya saya ikutan down ini kadang juga di pengaruhi faktor external lingkungan, beberapa orang sekitar yang terlalu mendewai materi, membuat saya semakin pesimis dengan keadaan yang sekarang ini".
Aku mendapatkan pencerahan, kadang kita mesti menutup mata dan telinga untuk demotivasi-demotivasi yang hadir di sekitar kita. Ibu mengingatkanku, dulu aku aku pernah melewati demotivasi2 dari lingkungan ketika masih anak-anak, ketika banyak orang meremehkan semangat belajarku, tapi aku tidak terpengaruh dan memiliki keyakinan lebih tetap bisa bersekolah, padahal kondisinya dikala aku masih anak-anak. Mataku mulai berkaca-kaca, aku dan ibu pernah melewati masa-masa yang lebih sulit daripada sekarang ini, tetapi kita tak pernah menyerah. Tapi mengapa sekarang aku takut dengan kehidupan?.
Terima kasih ibu, aku bersyukur ya Allah, ibu masih menemaniku, ya Allah beri kesehatan pada kedua orang tua hamba, betapa berartinya kehadiran mereka bagi hamba, ibu slalu menguatkan hamba disaat2 lemah, dan mengingatkanku untuk selalu bersyukur. ya Allah ampuni dosa hamba ya Allah, mungkin pernah menyakiti dan melukai orang tua hamba terutama ibu. Padahal betapa sayangnya kedua orang tua kepada hamba ya Allah. Keinginan terbesar hamba, kumpulkan kami kembali kelak di surga. Amiin Ya rabbal 'alamin.
Friday, 7 September 2018
"Nothing To Lose"
"Nothing to Lose", sebenarnya ini adalah istilah yang sering saya dengar, tapi saya tak begitu mendalami artinya. Tapi kejadian-kejadian dalam hidup after college membuat membuat saya menyadari istilah ini. Nothing to lose adalah sikap mental yang cendrung tidak mengedepankan ambisi atau result oriented tetapi focus pada prosesnya. Menjalani sesuatu tanpa merasa terbebani. Namun bukan berarti mengecilkan semangat juang.
Saya di wisuda 21 Oktober 2017 silam, ya udah 11 bulan melepas status sebagai mahasiswa. Masih ingat kurva ini? kurva/grafik kebahagiaan Mhs. ITB.
Saat ini hidup saya sudah lewat pada proses lulus, dan sekarang orientasinya mencari beasiswa atau mencari pekerjaan yang tepat. Mencari pasangan? ya sembari jalan saja haha. Jatuh bangun 11 bulan kehidupan after college cukup menempa mental saya, pahit manis kehidupan terasa sekali. Banyak kegagalan yang saya alami, namun kegagalan demi kegagalan ini membuat saya lebih mengenal diri saya lagi.
Perasaan hopeless, ingin menyerah, dan sedih tentu pernah datang mengerubungi saya. Baru kemaren saya agak sedikit melankoli dengan hidup, setelah interview beasiswa. Ada beberapa pertanyaan yang mestinya dapat saya jawab dengan lebih tepat, tetapi karena saya gugup dan grogi yang berlebihan membuat saya banyak miss disitu. Seperti, salah satu interviewer menyoroti bagian pengalaman organisasi saya yang tidak pernah menjadi ketua atau sesuatu di himpunan. Ingin rasanya pinjam mesin waktu agar bisa kembali ke masa kuliah dan memperbaiki hal-hal yang kurang. Tapi aku bukan Nobita yang punya Doraemon haha. Doraemon kartun kesukaanku dari kecil. Kembali ke topik, segala yang berlalu cukup jadikan pelajaran saja.
Nothing To Lose
Ok, saya belajar dari kekurangan saya di masa kuliah. Tapi ini bukanlah hal yang akan membuat hidup ini berakhir. Sempat saya berpikir, memangnya kalau kita nggak pernah memiliki jabatan tinggi di Organisasi kampus akan membuat kita ga berharga setelah lulus? atau membuat kita tidak bisa menjadi apa-apa?. Tentunya ini membuat kita merasa tidak adil. Ok, berhentilah menyalahkan masa lalu. Sebetulnya saya bukan orang yang tidak memiliki skill leadership, sebenarnya saya punya, hanya saja saya tidak mendapatkan kesempatan itu ketika di kampus. Ok, banyak orang yang tidak akan terima dengan pernyataan ini.
Sebetulnya apapun yang terjadi, meskipun itu kegagalan, tak ada yang sia-sia. Ada pelajaran dan hikmah yang selalu kita ambil. Saya tidak ingin membebani diri dengan pikiran-pikiran yang membuat diri saya terpojokan. Saya ingin mengapresiasi diri ini dengan apa-apa yang sudah saya jalani. Setidaknya diri saya bukanlah orang yang lemah dan mudah menyerah.
Look Ahead - Fokus pada Potensi
Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan keunggulan dalam dirinya, ciptaan tuhan tak pernah ada yang sia-sia. Tinggal bagaimana kita menyikapi setiap hal yang sudah terjadi, dalam hidup tuhan sudah mengatur sedemikian rupa. Tuhan memberikan kita potensi agar kita dapat survive dalam hidup, tinggal bagaimana kita dapat memaksimalkan potensi apa yang kita punya.
Friday, 3 August 2018
Ganasnya Ibukota
Sebenarnya ini postingan cuma sekedar penghilang bosan atau semacam selftalk aja kali ya. Siang, di jam makan siang kantor seperti biasa, ini seperti waktu untuk bercerita lepas oleh para engineer di kantor. Beberapa diantara kita juga merupakan orang-orang yang khawatir tentang masa depan, kecuali teman kita si B anak pemilik hotel, punya salon, dan usaha properti di Bali, dia mah ga perlu khawatir.
Pukul 12 adalah momen yang paling dinanti, yaitu makan siang. Hari ini kita hanya ber6 di meja makan. Disini ada 2 engineer baru perempuan, mereka angkatan 2014 baru lulus kemaren. Salah 1 diantara mereka ingin S2 di luar dan satunya lagi ingin S2 juga dan juga ingin kerja di perusahaan minyak biar cepat kaya. Kalau si G, dia bentar lagi mulai S2, dia masih muda, dan masih banyak wahana yang dia bisa coba sebagai fresh graduate, kalau 1 lagi si BI, anak jenius barus saja wisuda MT aku sendiri juga tidak tau rencana ke depannya apa. Kalau aku sih, banyak yang aku pengen di dunia ini, pengen jadi ini, jadi itu, tapi entah kenapa rasanya lidahku masih kelu dan hatiku ragu dengan mimpi-mimpi ini.
Salah satu diantara kita bilang, aku nyesel loh nggak jadi ngambil kedokteran, yang lain nyeletuk aku juga bapakku suruh aku kuliah lagi dg jurusan kedokteran. Trus aku bilang, kenapa nggak jadi istri dokter aja??, jawab yang lain nah itu masalahnya cewek teknik dapat suami dokter itu mustahil. Oh iya, ya bener juga.
Pembicaraanpun merambat mengenai tentang karir di perusahaan minyak, tambang dan sebagainya. Sampai aku bertanya, kalau di Jakarta berapa sih minimal biaya yg harus kita peuhi.
1. Kost- yang cukup layak 2.000.000/bulan
2. Transportasi 500.000/bulan dg asumsi dekat dari tempat kerja
3. Makan 1.500.000/bulan ngirit dengan makan siang di tempat kerja
4. Sosial life+kebutuhan lainnya , 500.000-1000.000
Ya kalau dapat gaji 5 juga, ya abis gitu aja sih. Ya kalau di pikir-pikir enakan di Bandung, adem, ga macet2 parah kayak jakarta, banyak wisatanya, dan biasa hidup di bandung bisa lebih murah. Bisa jalan kaki ke tempat kerja, adem ga perlu pakai ac.
Pembicaraanpun berlanjut, kalau udah berkeluarga apa lagi, cicilan rumah, kendaraan wkwk.
Friday, 27 July 2018
Butuh Hal Baru
Akhir-akhir ini media sosial menerbitkan lebih banyak fitur-fitur baru agar tetap sustain dan diminati pengguna. Layaknya hidup, agar tetap seru mestilah ada pengalaman-pengalaman baru, cerita baru dan berkenalan dengan orang-orang baru. Tiba-tiba aku haus akan something new dan bosan dengan hidup yang gitu-gitu aja. Aku selalu berpikir aku harus ngapain ya, biar ada pengalaman baru.
"Aku ingin mendaki gunung", pikiran ini mencuat begitu saja ke permukaan. "Tapi bagaimana caranya?". Ini adalah hal baru tentunya, aku udah menemukan partnert buat nanjak, tapi nunggu waktu yang tepat, dia adik kelasku di SMA, namanya Lili. Dia bersedia kalau Tugas Akhirnya telah selesai. Ok semoga segera bisa dilaksanakan. Semoga ini bukan wacana.
Aku terlalu sibuk meyusun mimpi.
Aku memang di kelilingi orang-orang pintar dan hebat. Yang terkadang membuatku tenggelam dalam ketidak percayaan diri. Tapi keadaan itu juga yang terkadang mendesakku agar aku menemukan passion yang tepat untuk diriku. Akhir-akhir ini aku menemukan hobbi baru, yaitu desain interior. Tapi ku hentikan sementara karena pekerjaan di kantor sedang banyak dan aku fokus pada seleksi beasiswa.
Tapi aku haus lagi, aku bosan jika desain interior ini hanya hobbi. I need more. Aku ingin dapat pilot project, dan bisa jadikan ini bisnis. Oke, buat yang butuh jasa desain interior bisa hubungi aku di annisa.wisdayati@gmail.com .
Manusia memang tidak bisa puas. Tapi ketidak puasanlah yang membuat manusia berkembang, mencari hal baru dan menemukan kemudahan.
Aku juga sudah lama ingin menulis novel, tapi entah krisis kepercayaan diri ini membuatku kehilangan-kehilangan inspirasi. Entah karena apa, aku juga tidak tahu. Berada di antara orang-orang hebat terkadang membuatku merasa kecil, tidak terlihat, dan tidak pernah lagi mendapat apresiasi dalam kehidupan. Hal semacam ini kalau tidak di respond dengan tepat dapat membuat orang krisis kepercayaan diri.
Aku melihat dewasa ini banyak orang yang mendadak jadi penulis karena menuliskan kisah hidupnya yang inspiratif. Beberapa tahun lalu, dalam hati sering terbesit "aku pengen seperti itu", tapi setelah kehidupan kampus usai, ini kok mustahil. Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak memulainya dengan kisah fiktif saja. Ok, I will try it.
Saat menulis tulisan ini aku seperti curhat sendiri, dan nanggepin sendiri. Ya karena pada dasarnya yang lebih tau apa masalah kita dan yang tau cara mengatasinya ya kita sendiri. Walaupun sometimes kita bakal tetap butuh yang namanya opini orang lain. Namun untuk hal-hal yang dirasakan seperti ini, setelah banyak mencoba meminta opini, aku sering merasa tidak puas.
Ada quote seperti ini, "Menjadi ikan besar di kolam yang kecil atau menjadi ikan kecil di kolam yang besar". Aku sudah merasakan kedua kondisi itu, setelah ku coba ternyata aku lebih nyaman menjadi ikan besar di kolam yang kecil. Mungkin aku tipe orang yang butuh pengakuan, namun tak ada yang bisa diakui dengan kondisi diriku saat ini. Saat aku menjadi ikan besar di kolam yang kecil, semangat belajarku serasa tidak padam, dan aku memiliki optimisme yang baik, tidak malu, dan tidak minder seperti sekarang. Dengan aku begitu aku bisa lebih produktif dengan karya atau mendapatkan ilmu baru, bukan seperti sekarang yang setiap hari dominan memikirkan ke depannya aku bakal jadi apa.
Aku tidak tau cara mengakhiri postingan ini dengan baik, namanya juga orang yang sedang curhat sama diri sendiri dan berakhir dengan lamunan yang tak berujung.
Aku juga sudah lama ingin menulis novel, tapi entah krisis kepercayaan diri ini membuatku kehilangan-kehilangan inspirasi. Entah karena apa, aku juga tidak tahu. Berada di antara orang-orang hebat terkadang membuatku merasa kecil, tidak terlihat, dan tidak pernah lagi mendapat apresiasi dalam kehidupan. Hal semacam ini kalau tidak di respond dengan tepat dapat membuat orang krisis kepercayaan diri.
Aku melihat dewasa ini banyak orang yang mendadak jadi penulis karena menuliskan kisah hidupnya yang inspiratif. Beberapa tahun lalu, dalam hati sering terbesit "aku pengen seperti itu", tapi setelah kehidupan kampus usai, ini kok mustahil. Lalu aku berpikir, kenapa aku tidak memulainya dengan kisah fiktif saja. Ok, I will try it.
Saat menulis tulisan ini aku seperti curhat sendiri, dan nanggepin sendiri. Ya karena pada dasarnya yang lebih tau apa masalah kita dan yang tau cara mengatasinya ya kita sendiri. Walaupun sometimes kita bakal tetap butuh yang namanya opini orang lain. Namun untuk hal-hal yang dirasakan seperti ini, setelah banyak mencoba meminta opini, aku sering merasa tidak puas.
Ada quote seperti ini, "Menjadi ikan besar di kolam yang kecil atau menjadi ikan kecil di kolam yang besar". Aku sudah merasakan kedua kondisi itu, setelah ku coba ternyata aku lebih nyaman menjadi ikan besar di kolam yang kecil. Mungkin aku tipe orang yang butuh pengakuan, namun tak ada yang bisa diakui dengan kondisi diriku saat ini. Saat aku menjadi ikan besar di kolam yang kecil, semangat belajarku serasa tidak padam, dan aku memiliki optimisme yang baik, tidak malu, dan tidak minder seperti sekarang. Dengan aku begitu aku bisa lebih produktif dengan karya atau mendapatkan ilmu baru, bukan seperti sekarang yang setiap hari dominan memikirkan ke depannya aku bakal jadi apa.
Aku tidak tau cara mengakhiri postingan ini dengan baik, namanya juga orang yang sedang curhat sama diri sendiri dan berakhir dengan lamunan yang tak berujung.
Monday, 16 July 2018
Si Introvert yang Pendiam
Udah lebih sebulan nggak nulis disini, di blog ini, entah kenapa, entah rasa minder, entah karena kekurangan bahan cerita yang ingin disampaikan. Saat ini aku kangen menjadi seseorang extrovert yang bisa tertawa lepas, dan merasa di dengar saat bercerita. Saat-saat seperti itu aku rasakan ketika bersama orang tua dan sahabat-sahabat dekatku. Kadang-kadang dalam hidup ini ada rasa sesekali ingin di dengar atau bercerita banyak, tapi entah aku merasa sudah lama kehilangan telinga-telinga yang setia mendengar ceritaku, yaitu telinga mereka sahabatku. Contohnya ica, sahabatku selama kuliah di ITB, bersamanya aku selalu merasa di dengar, ada simpati yang besar, dan membuatku merasa berarti sebagai temannya.
Semenjak semua orang tersayang, keluarga, dan sahabat yang jauh dariku, aku menjadi lebih pendiam, aku belum menemukan lingkungan yang ramah dengan cerita hidupku yang sederhana. Aku hanyalah aku, anak yang berasal dari desa, tak banyak tempat yang ku kunjungi, prestasipun aku tak punya, bisnis atau kekayaan pun aku tak punya, tidak bisa bawa kendaraan, tidak punya bakat khusus, aku hanya orang biasa, tidak banyak film yang ku tonton, dan intinya tidak ada hal menarik yang bisa ku ceritakan, hidupku biasa aja.
Karena itulah, sebenarnya aku ingin bertemu lingkungan baru, entah tempat kerja baru, entah tempat kuliah baru. Tempat dimana aku bisa bertemu orang baru, dan ada cerita baru. Setidaknya bisa bertukar cerita dengan orang lain. Mungkin aku sedang sangat jenuh dengan apa yang aku alami sekarang ini. Atau minimal mengunjungi tempat baru.
Friday, 25 May 2018
Terjemahan Lagu Takana Jo Kampuang
Kampuang nan jauah di mato
( Kampung yang Jauh di Mata)
Gunuang sansai bakuliliang
(Banyak gunung sekeliling)
Den takana jo kawan kawan lamo
(Aku teringat dengan kawan-kawan lama)
Sangkek den basuliang-suliang
(Ketika dulu aku bermain seruling)
Panduduak nyo nan elok,
(Penduduknya yang elok/baik)
Nan suko bagotong royong
(yang suka bergotong royong)
Sakik sanang samo, samo diraso
(Sakit senang bersama-sama di rasakan)
Den takana jo kampuang
(Ku teringat dengan kampung)
Reff:
Takana... Jo kampuang...
(Teringat... Dengan Kampung)
Induak ayah adiak sadonyo...
(Ibu, ayah, dan adik semua)
Raso maimbau imbau den pulang...
(Rasanya seperti memanggil-manggil ku pulang)
Den takana jo kampuang...
(Ku teringat dengan kampung)
Tuesday, 15 May 2018
Nyampah dan Sampah!!!
- Nyampah dan Sampah..
- Yup, akhir-akhir ini aku sering nyampah di instagram.. ngupload hasil desain interior ku...
- Beberapa teman kampusku juga jengah sih, dan nge unfollow ku di instagram wkwk...
- Aku ketawa ngakak... ga apa2 sih.. aku pernah ada niatan untuk pelan-pelan menghilang dari teman2ku...
- Menurutku ngefollow seseorang itu sifatnya sukarela, ga ada pemaksaan... yowes dari pada membuat orang emosi melihat beranda yg isinya notabene postinganku, nanti aku jadi berdosa, mending unfollow aja guys...
- Aku memang mencari followers murni, mereka yg memang suka karya ku, terinspirasi karena ku, bukan seseorang yang menggerutu setiap postinganku lewat di berandanya... Aku takkan membela diri dengan mengatakan postinganku tidak alay tentang kegalauan atau apapun, yang jelas postinganku bukan buat jual tampang, tapi karya... siapa tau akan ada client yang datang dan tertarik dengan hasil desain itu... Jelas aku membuka peluang.
- Hidup ini sudah struggle sekali kawan, memang akan ada 2 sisi yang berlawan ada yang suka ada yg tidak... Bodo amat!.
- Sampah, dulu aku pernah berpikir diriku seperti ini. Tapi itu salah besar. Bagaimana orang lain menghargaiku kalau aku tidak menghargai diriku sendiri. Tapi setidaknya aku jadi punya sahabat sahabat setia yang ada di kala susah dan senang di dalam kesampahan hidupku...
Monday, 14 May 2018
Inspirasi Desain Scandinavian versi Annisa Wisdayati
Sekian lama tidak menulis, Annisa kembali menuangkan tulisan berupa ide-ide desain interior berdasarkan hasil desain sendiri. Akhir-akhir ini Annisa sedang suka-sukanya dengan Scandinavian karena desain tersebut sederhana, dan tegas. Scandinavian sendiri berasal dari swedia, yang mana dekorasi ruangannya di dominasi warna yang lembut, pola2 geometri, material kayu yang memberikan suasana hangat di dalam ruangan
Nah seperti apa inspirasi desain scandinavian yang Annisa buat akhir-akhir ini, bisa di lihat pada gambar di bawah ini:
2
Nah seperti apa inspirasi desain scandinavian yang Annisa buat akhir-akhir ini, bisa di lihat pada gambar di bawah ini:
2
Friday, 11 May 2018
Resep Membuat Mie Goreng Padang versi Annisa Wisdayati
Ini mie goreng khas Padang yang aku bikin 3 hari lalu...
Karena banyak yang nanya resepnya gimana, baiklah aku akan berbagi resep dengan kalian:
Bahan:
1. 3/16 mie kuning (di bandung agak susah nyari mie ini, kebetulan waktu itu ini mie sengaja di kirim orag tuaku dari Padang)
2. Cabe giling merah secukupnya
3. Garam secukupnya
4. Kecap secukipnya
5. Tomat kecil 1 buah
6. 2 siung bawang putih
7. 6 atau 7 buah bawah merah berukuran sedang
8. daum bawang secukupnya, banyakin aja biar enak
9. Seledri
10. Minyak goreng ( pilihlah minyak goreng berkualitas baik, biar ga kolesterol, minyak goreng pakai sekali aja, jgn berkali2 ya, kesehatan tu penting)
Langkah pengerjaan:
1. Mie kuning di rendam di dalam air panas, sampai mie melunak tp jgn sampai lembek.
2. Bawang merah dan putih di satukan + tomat di ulek , di blender juga bisa
3. Iris daun bawang
4. Goreng daun bawang hingga mateng
5. Masukan cabe giling merah 2-3 sendok, tergantung selera maunya pedes atau nggak, aku 2.5 sendok makan masukinnya
6. Masukan bawang dan tomat yang telah di ulek
7. Masukan daun seledri yang telah di cuci sampai bersih
8. Selah cabe mateng, masukan mie yang telah di rendam
9. Aduk bumbu dan mie hingga rata
10. Tambahkan kecap secukupnya
11. Tambah kan garam
12. Aduh rata hingga mienya kering...
13. Saran penyajian, tambahkan topping seperti kerupuk merah, telur goreng, mentimun, irisan tomat .
14. Yang agak krusial adalah jumlah minyaknya, ga boleh tterlalu sedikit, nanti susah buah ngaduk mie nya...
Sekian resep masakan dari Annisa kali ini.
Karena banyak yang nanya resepnya gimana, baiklah aku akan berbagi resep dengan kalian:
Bahan:
1. 3/16 mie kuning (di bandung agak susah nyari mie ini, kebetulan waktu itu ini mie sengaja di kirim orag tuaku dari Padang)
2. Cabe giling merah secukupnya
3. Garam secukupnya
4. Kecap secukipnya
5. Tomat kecil 1 buah
6. 2 siung bawang putih
7. 6 atau 7 buah bawah merah berukuran sedang
8. daum bawang secukupnya, banyakin aja biar enak
9. Seledri
10. Minyak goreng ( pilihlah minyak goreng berkualitas baik, biar ga kolesterol, minyak goreng pakai sekali aja, jgn berkali2 ya, kesehatan tu penting)
Langkah pengerjaan:
1. Mie kuning di rendam di dalam air panas, sampai mie melunak tp jgn sampai lembek.
2. Bawang merah dan putih di satukan + tomat di ulek , di blender juga bisa
3. Iris daun bawang
4. Goreng daun bawang hingga mateng
5. Masukan cabe giling merah 2-3 sendok, tergantung selera maunya pedes atau nggak, aku 2.5 sendok makan masukinnya
6. Masukan bawang dan tomat yang telah di ulek
7. Masukan daun seledri yang telah di cuci sampai bersih
8. Selah cabe mateng, masukan mie yang telah di rendam
9. Aduk bumbu dan mie hingga rata
10. Tambahkan kecap secukupnya
11. Tambah kan garam
12. Aduh rata hingga mienya kering...
13. Saran penyajian, tambahkan topping seperti kerupuk merah, telur goreng, mentimun, irisan tomat .
14. Yang agak krusial adalah jumlah minyaknya, ga boleh tterlalu sedikit, nanti susah buah ngaduk mie nya...
Sekian resep masakan dari Annisa kali ini.
Jatuh Bangun Dari Kegagalan
Setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya gagal. Ya benar. Termasuk yang aku rasakan sekarang ini. Gagal. Berkali-kali gagal dalam rekruitmen pekerjaan, yang kadang membuat aku sempat berpikir, ya roda kehidupan berputar. Tetapi aku tidak menyesal dengan yang telah terjadi, tuhan lebih tau mana yang terbaik untuk diriku di banding diriku sendiri. Yang penting aku sudah mengusahakan apa yang terbaik dari diriku.
Yang penting dalam menghadapi sebuah kegagalan adalah ketika jatuh, bangun dan bangkit kembali. Aku selalu mencoba itu. Aku beranjak dari satu mimpi ke mimpi yang lain. Mencoba dan terus mencoba. Dan terus memperbaiki diri, memperbaiki hidup. Dan terus mencoba bahagia. Bahwa bahagia tak harus di definisikan dengan keinginan yang selalu tercapai. Yang penting terus berdamai dalam diri ini.
Aku telah berkali-kali di tolak dalam proses rekruitmen. Tapi ya sudah, mungkin saja memang bukan takdirku, atau bisa saja memang tak cocok untukku. Tapi yang penting aku telah mencobanya. Aku yakin pasti kan ada jalan yang terbaik.
Satu pelajaran penting lainnya, jangan membanding-bandingkan nasibmu dengan nasib orang lain. Itu sama sekali tidak akan membantu, terkadang hanya membuat sedih. Hidup begitu strugle memang, keras, dan kitalah yang harus melunak. Seperti layaknya perilaku inelastik pada struktur, jangan terus menerus melawan beban dengan meningkatkan tegangan atau stress, tapi mereganglah namun tetaptegar. Layaknya hidup, ketika beban kehidupan terus meningkat, jangan terlalu di buat stress, tapi mereganglah, melunak namun tetap tegar.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Di postingan sebelumnya saya sudah pernah bahas tentang jurusan teknik sipil itu belajar apa aja, sekarang aku mau bahas suka dukanya belaja...
-
Di postingan sebelumnya saya sudah cerita tentang perjuangan saya sampai keterima di ITB, nah kali ini saya akan bercerita tentang penga...
-
1. Sebuah kolom berukuran 400 mm x 400 mm dengan tinggi 5,5 meter memikul beban mati sebesar 45 ton dan beban hidup sebesar 30 ton. Beban ...
-
Hello semua, Berawal dari sebuah pertanyaan seorang murid SMA yang bertanya mengenai perjuangan saya masuk salah satu kampus idaman sisw...
-
Pada postingan ini, aku mau cerita tentang pengalamanku belajar desain interior secara otodidak alias sebagai amatiran. Perlu di tekankan a...
-
11. Mata kuliah yang menurut kakak paling susah di takhlukan di teknik sipil ada ga? Mata kuliah yang agak sulit menurut saya ad...
-
Ini mie goreng khas Padang yang aku bikin 3 hari lalu... Karena banyak yang nanya resepnya gimana, baiklah aku akan berbagi resep dengan ...
-
Aku mengawali pekerjaan setelah 2 bulan lulus dari kampus menjadi junior civil engineer di konsultan teknik sipil di Bandung. Seleksi masuk...
-
Alhamdulillahirrabil alamin... Saya sangat bersyukur telah menamatkan kuliah S1 saya dan mendapat gelar sarjana. Alhamdulillah saya di b...
-
Waktu dan energi adalah satu kesatuan yang sulit di pisahkan dalam rutinitas sehari-hari, sehingga harus di kelola dengan baik. Waktu, ener...