Monday 28 October 2019

Hidup Butuh Rencana

Usiaku, yang tahun depan sudah memasuki seperempat abad. Sepantaran usiaku sekarang sudah banyak teman-temanku yang menikah dan memiliki anak. Namun saat ini diriku masih belum merasa siap, aku merasa siap setelah diriku lulus S2, sekitar 2 atau 3 tahun lagi. Aku ingin kejelasan karirku dulu. Saat ini aku sedang giat menabung sebagai cadangan hidupku di masa depan.

Aku butuh persiapan yang matang untuk mengarungi yang namanya rumah tangga. Aku tidak ingin mengalami masalah finansial. Aku sering mendengar celetukan temanku, aku capek ah kerja, pengen nikah aja. Dalam hatiku "mungkin kamu butuh liburan, bukan menikah". Banyak perempuan yang berpikir bahwa dengan menikah, tak perlu lagi kerja, cukup menerima uang bulanan dari suami. Logika ini benar jika pendapatan suami besar, sebesar-besarnya pendapatan suami jika tidak dapat di kelola dengan baik, ya petaka juga.

Namun pada kenyataannya kehidupan setelah menikah tak seindah di bayangkan. Yang dipikiranmu kamu senang karena bebas dari tuntutan kerja, dan memiliki pasangan hidup. Tapi realita yang terjadi, misal suamimu kerja, kamu tidak. Ya misal menikah di usia, 24, suamimu 26. Usia segitu masih diawal-awal merintis karir, gaji fresh graduate bisa kita tebak, 6 hingga 10juta. Ketika masih single uang segitu cukup banyak, bisa saving. Namun setelah berkeluarga, ada rumah yang mesti di kontrak, kalau ga ngontrak ya ada cicilan kpr, biaya makan sehari-sehari, syukur-syukur sebagai perempuan rajin masak, mencuci dan setrika baju sendiri. Artinya sebagai perempuan kita memang tidak lagi bekerja di luar rumah, tapi beekrja di dalam rumah. Di rumah bekerja penuh waktu mengelola keuangan, dan menjadi ibu rumah tangga.

Banyak teman-temanku yang merasa setelah menikah, kesibukan hanya di rumah, jauh pula dari orang tua. Diawal-awal pernikahan merasa stress, yang dulu sering bekerja, punya penghasilan sendiri yang bisa dipakai bebas, namun sekarang mesti di rumah, nggak bisa sering main, meskipun medapatkan uang dari suami namun uang tersebut harus di kelola dengan benar, memutar otak agar biaya hidup bisa murah, mengerjakan semua pekerjaan rumah. Dan itu kondisinya belum punya bayi, kalau sudah punya bayi akan semakin banyak lagi pekerjaan di rumah.

Oleh karena itulah, aku ingin betul-betul menikmati masa lajangku, mempersiapkan diri, agar hal-hal seperti itu tidak terjadi, memiliki modal yang cukup agar aku masih merasa bebas.