Wednesday 24 February 2021

Hai Annisa

 Hi Annisa, aku tau kamu sedang tidak baik-baik saja. Kamu merasa sedih, terpuruk, dan selalu menakut-nakuti diri sendiri. Berhentilah untuk kejam pada diri sendiri. Terimalah kenyataan yang tak sesuai dengan bayanganmu dan tidak sesuai dengan mimpi-mimpimu. 

Kebahagiaan itu dekat nisa, kebahagiaan itu adalah ketika kamu mampu menerima dirimu dan menerima setiap langkah yang dirimu capai dalam hidup ini. Jangan menyiksa diri sendiri, memecutnya hingga yang tersisa hanya ketakutan dan trauma.

Lihatlah bahwa kamu tidak sendirian, Banyak orang-orang di sekitarmu, bahwa bahagia itu bukan hidup komplit, dan sesuai dengan ritme dari kehidupan orang banyak. Kamu punya jalan sendiri, Nisa. Jalani itu. You're not alone.


Jatuh Bangunnya Kehidupan

Ada orang yang diuji dengan gagalnya bisnis, kematian orang yang dicintai, gagal dalam pendidikan, tidak memiliki keturunan dan bahkan tidak menemukan pasangan hidup. Tidak ada kondisi yang lebih baik pada dasarnya. Hanya saja rasa sakitnya ada yang impact lalu menghilang secara perlahan, tetapi ada juga yang rasa sakitnya sedikit tapi akut dalam jangka panjang. Yang menurutku tidak ada kondisi yang indah diantaranya.

Rasa kehilangan itu pasti ada, hanya soal waktu, kapan rasa kehilangan itu muncul. Perasaan hatipun akan terus naik turun. Ada saatnya membaik, terkadang kembali bersedih. Itulah yang kualami. Kadang aku larut dalam kesedihan itu, mengunci diri di kamar, lalu merenung dan menangis.

Lalu aku kembali tersadar. Sesungguhnya tak ada yang betul-betul bisa menjadi penyembuh rasa sakitku. Aku akan terus terpuruk jikaku tak bangkit. Ada kalanya aku merasa terisolasi dalam rasa sakit ini. Menjadi seseorang yang terhukum dalam keadaan. 

Kuncinya adalah ikhlas.

Berkali-kali aku memasukan kata "ikhlas", dan membenamkannya di kepalaku, namun aku kadang juga tak kunjung melaksanakannya. 

Aku merasa terlalu sendirian di tempat ini, tempatku bukan disini. Perasaan rendah diri itu kembali menyelimutiku, membuatku mengingat kembali ke asalku. Menempatkan kembali diriku yang dulu ada dimana. 

Keluarlah dari zona nyaman Nisa. 

Dari dulu memang aku terlalu mengejar kenyamanan, yang mana ini tidak baik untukku. 

Ok. Mungkin aku yang terlalu takut menantang badai.

Tantangan dan kesulitan itu pasti ada.

Apakah ikhlas menerima itu ada?


Monday 22 February 2021

Mensederhanakan Pikiran

 Manusia diuji oleh tuhan dengan berbagai ketakutan dan musibah. Pahitnya kehidupan menyadarkanku apa yang aku raih, apa yang aku genggam adalah titipan belaka. Pinjaman dari Allah, sewaktu-waktu bisa Allah ambil lagi, apapun itu, bahkan kebahagiaanku bisa sekejab Allah ambil, nyawaku bahkan tubuhku sendiri adalah Allah yang punya. 

Aku selama ini terlalu angkuh merasa apa yang ada disekitarku, apa yang aku miliki bisa aku kontrol, bisa bertahan lama, dan aku bisa mengaturnya. Tapi tidak, aku ga punya apa-apa, aku tak bisa apa jika Allahlah yang berkehendak. 

Allah membuktikan tahta dan kekuatannya padaku, aku selama ini sulit sekali untuk tunduk pada Allah. Aku semakin menyadari keangkuhan dan kesombonganku. Sampai di titik ini, aku pasrah ya Allah. Walaupun rasa angkuh itu masih sesekali menyelinap dalam hatiku. Yang membuatku jarang melibatkan Allah dalam urusanku. Dan begitu sempitnya tempat untuk mengingat Allah dalam hatiku.

Banyak nasehat-nasehat sebelumnya aku dapati mengenai melepaskan hal yang tidak bisa aku kendalikan. Melepaskan dengan ikhlas. Tapi beribu nasehat dan ceramah yang ku dengarpun tak kuikuti dengan baik. Sampai hanya teguran dari Allah lah yang benar-benar membuatku tersungkur dari langkah keangkuhanku sebagai makhluk.

Friday 19 February 2021

Mengenali Diri

Sebelum loncat pada tahap mencinta diri sendiri, maka terlebih dahulu mengenali diri sendiri. Pada kenyataannya mencintai orang lain tanpa mengenali diri sendiri adalah suatu tindakan yang fatal. Kamu tidak akan bahagia mencintai orang lain, sementara kamu belum mengenali dirimu terlebih dahulu. Karena kamu akan mengharapkan supply kebahagiaan dari orang lain, apalagi dari pasangan.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengenal diri sendiri? yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai hidup, dan menjawab pertanyaan yang relate dengan diri.

Sebenarnya banyak pertanyaan-pertanyaan tersebut yang ingin aku jawab.

Tujuan Hidup: -----. Untuk saat ini aku belum bisa melengkapi 1 kata itu menjadi kalimat yang utuh, karena aku masih dalam pencarian jati diri. Rasanya aku juga tidak ingin muluk-muluk untuk memaksakan tujuan hidup. Tapi tujuan hidup manusia sebenarnya sudah tertulis di Al Quran yaitu menjadi khalifah di muka bumi. Setidaknya hal minimal yang mesti kulakukan adlaah menjadi khalifah untuk diriku sendiri.

Pertanyaan yang saat ini yang bisa aku jawab adalah apa yang aku inginkan dalam hidup.

a. Kehidupan yang stabil: karir yang stabil, atau usaha yang stabil, stabil secara emosional

b. Berkeluarga di kondisi aku siap melepas masa lajang.

c. Kuliah S2 ku selesai. 

Dulu mungkin aku punya time frame sendiri dalam menggapai tujuan hidup, tapi saat ini aku merasa Allahlah yang lebih tau diriku dibandingkan diriku sendiri. 

Ya Allah, bantulah hambamu ini dalam menjalani kehidupan. Tanpa petunjukmu, aku hanya akan menjadi manusia yang penuh kebimbangan.


Pernah Salah

Dari dulu sebenarnya aku termasuk yang sangat berhati-hati dalam mempercayai orang lain. Aku juga cukup selektif dalam memilih lingkungan pertemanan. Apalagi mencintai seseorang dan mempercayainya. 

Sebuah kesalahanku, aku mencintai dan mempercayai orang yang salah, seseorang yang tak pernah ku duga mengkhianatiku seperti ini. Niat dan janjinya di hadapan orang tuaku, ia ingkari. Dia menjadi seseorang yang berbeda yang pernah aku kenal. Ya begitulah kalau mempercayai seseorang yang hidupnya tidak berpegang pada tali Allah, mungkin sama juga dengan kondisiku saat itu, tidak menggantungkan harap pada Allah. Menggantungkan harap pada manusia itu sama halnya dengan menaruh gelas kaca diujung meja, tergeser sedikit lalu jatuh maka jatuh berderai.

He said, "aku sudah melewati point of no return", semuanya bohong. Pembohong yang sudah menipu dan membohongi keluargaku selama berbulan-bulan. Aku sendiri melihat pasang surut gelombang hatinya, yang pada satu titik sangat dekat dengan Allah, bertahan sejenak lalu hatinya kembali mengumpat Allah dengan kesulitan-kesulitan yang ia derita. Sebenarnya manusiawi kok mengeluh dengan semua kesulitan yang kita terima di dunia, tapi sering menyalahkan Allah, dan blaming terhadap segala hal yang membuat keinginannya sulit terwujud adalah suatu pertanda sebetulnya dari awal untukku. Allah saja bisa tidak ia sukai walaupun masih beribadah wajib, apalagi diriku yang hanya seorang makhluk. Aku lupa akan hal itu. 

Beranjak dari kesalahan ini, aku yakin Allah ingin yang terbaik untukku. 3 minggu pasca berakhirnya hubungan ini, aku justru merasa Allah menyelamatkanku dari orang yang salah. So, ke depannya aku harus peka terhadap pertanda. 

Thursday 11 February 2021

Titik Balik

Hampir sebulan saya membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia, yaitu untuk orang yang mengecewakan dan mengkhianati. Hari ini saya paksakan bimbingan tesi walaupun batin benar-benar belum siap dengan bahan seadanya, tapi alhamdulillah membuat saya terpacu kembali untuk melaju, menyongsong meninggalkan ketertinggalan saya. Saya merasa betapa meruginya telah membuat waktu, tenaga dan air mata untuk orang yang menjahati saya.

Tak ada cara lain selain bangkit dan tidak memperdulikan orang yang jahat. Dan juga tak perlu terlalu larut dengan perasaan. Sakit hati dan amarah lebih baik di tuangkan dengan cara yang positif. Lebih baik saya menyongong masa depan yang lebih baik. 

Saya kembali bersemangat. 

Saya merasa terlahir baru hari ini. Merasa sangat bersyukur terbebas dari orang yang membuat saya terkekang, bahkan terkekang untuk menggapai mimpi saya. 2 minggu kemaren saya merasa terpuruk sekali, begini ya ternyata rasanya lepas dari toxic relationship. Hahahaha.

Friday 5 February 2021

Gagal Menikah

2 Tahun menjalani hubungan dengan seseorang bukan waktu yang singkat, hubungan ini juga sangat erat dulunya. Banyak kebaikan dan membantu satu sama lain. Kita sama-sama mengharapkan muaranya pada ibadah separuh hidup yaitu menikah. Dia sering merasa bersalah dengan membiarkan hubungan ini terus ada tanpa di bawa ke pernikahan secepatnya. Jadilah ia mendesakku untuk secepatnya menikah, walau sebenarnya aku masih belum siap saat itu. Ia merasa kita tidak akan pernah siap 100% , sambil jalan ya juga learning by doing, konon katanya begitu.

Dia sudah datang bertemu keluarga besarku akhir tahun lalu. Niat yang dia utarakan bukan lagi niat yang main-main. Keluargaku menanyakan kesungguhannya, "Annisa seperti ini orangnya, begini kekurangannya. Apa Xxxxx yakin untuk menikah dengan annisa?". Dia menjawab dengan mantap tanpa keraguan. Jadilah kami merencanakan akan melangsungkan ini semua setelah lebaran tahun depan. 

Namun apa yang dapat dikata, hati manusia Allah lah yang memegang kendalinya dan Allah juga yang membolak-balikan hati manusia. Sekejab keraguan itu muncul dihatinya, dan ia memutuskan hubungan ini secara sepihak tanpa sebab yang jelas tanpa beristikharah dan sebagainya terlebih dahulu, dengan penjelasan bahwa merasa dia selama ini bukan orang yang baik bagi saya. 

Saya dan keluarga hanya bisa menerima kenyataan tanpa bisa protes pada yang maha kuasa. Keluarga besar saya malu, dan bingung apa yang hendak di kata pada keluarga besar dan juga orang sekitar yang sudah mulai tahu bahwa akan melangsungkan pernikahan tengah tahun nanti. Kami malu dan sangat kecewa. Saya memang tidak menangis tapi hati saya perih teriris, sementara ibu saya menangis. Saya ingin menenangkan ibu, tapi saya jauh di seberang pulau. Hari-hari yang saya lalui sangat berat. Saya merasa sudah menyia-nyiakan waktu saya 5 bulan tanpa hasil.

Saya hanya bisa pasrahkan ini semua kepada Allah SWT. Disinilah saya merasakan titik kepasrahan terdalam di hidup saya, menundukan ego, dan tunduk sebagai makhluk. Selama ini saya hamba yang khilaf, merasa apa yang di rencanakan dengan baik akan terealisasi dengan baik, tapi saya kadang lupa yang diataslah yang menentukan jalan hidup saya.