Wednesday 31 October 2018

Kharakteristik Millenial Part (1)

Banyak sumber berita yang mengatakan bahwa generasi millenial yang sering di cap hidupnya sangat konsumtif, hal ini tidak mengherankan karena memang akses kemudahan sangat terbentang di depan mata, seperti kegiatan konsumtif ini di mudahkan dengan kecanggihan teknologi. Nah seperti apa sih kharakteristik millenial itu?.

Generasi millenial atau dikenal Gen Y lahir pada 1987-1995. Kharakteristik generasi millenial yang mencolok adalah sangat menguasai teknologi dan aktif di media sosial seperti fb, twiteer, youtube dan instagram. Data menyebutkan bahwa 80% generasi millenial mengakses sosial media setiap hari.

Mereka biasanya mencari informasi mengenai liburan, hiburan, belanja, politik, olahraga dan politik. Karakteristik millenial erat kaitannya erat dengan karakter sosial dan ekonomi saat mereka di lahirkan yakni pada zaman sesuatu tersedia dan mudah di dapat.

Mereka sangat cerdas, kreatif, inovatif, namun juga boros, manja dan cenderung banyak mengeluh dan egois. Di dunia kerja para millenial tidak suka di paksa. Mereka cenderung mencari suasana kerja yang tidak membosankan. Konsep kantor yang cocok untuk para millenial adalah terbuka, santai dan memiliki jaringan internet cepat.

Pekerjaan yang mereka suka:
1. Strategis
2. Bekerja di bidang digital
3. Pekerjaan yang bergerak di industri kreatif
dll.

Keberadaan generasi millenial sangat penting bagi perkembangan zaman, potensi mereka dapat diasah agar menjadi aset penting di masa depan. 





Tuesday 30 October 2018

Kekhawatiran Generasi Millenial

Beberapa sumber menyatakan bahwa generasi millenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1983, hingga 2000. By defenisi, penulis (saya) merasa bahwa dirinya adalah generasi millenial, yup generasi yang hangat di bicarakan saat ini.

Kali ini saya ingin menuliskan kegelisahan-kegelisahan yang terbesit di benak saya mewakili generasi millenial lainnya di Pukul 12.00 - 13.00.  Pada pukul tersebut adalah jam istirahat kantor makan siang dan bercerita banyak di meja makan yang panjang, saya dan teman-teman disini nyaris seumuran, ya generasi millenial semua. Banyak diantara kita memikirkan ingin mendapatkan pekerjaan yang gajinya mencukupi agar bisa punya rumah di ibukota sebelum usia 30 tahun. Sebagian dari kita ada yang menghitung-hitung pendapatan mereka, misal jika bekerja di konsultan asing di jkt dengan modal titel Magister Teknik, ya gaji sekitar 10 juta, biaya makan, tempat tinggal dan sebagainya 5 juta perbulan, sisanya di tabung, namun ternyata akan lama sekali atau hampir mustahil untuk hidup layak bersama istri dan anak-anak tercinta di usia sebelum 30 tahun, dengan standar sudah memiliki rumah layak huni dengan luas tanah (120 m2), dan kendaraan pribadi.

Lain lagi, hari minggu kemaren sempat bercerita-cerita dengan teman saya, yang baru saja di wisuda S2 dan pindah ke rumah baru di kawasan arcamanik kota Bandung. Harga tanah disekitar rumah barunya yang naik 2x lipat dalam waktu 2 tahun, temanku itu berkata, untung udah beli tanah disini dulu sebelum harganya naik.

Hal ini membuat diriku semakin pesimis untuk memiliki rumah atau tinggal menetap hingga tua di ibukota besar. Comeback ke kampung halaman adalah solusinya. Namun dengan catatan sudah memiliki pekerjaan yang settle, walaupun gaji tak besar seperti di ibukota, namun syarat hidup di kampung halaman saya tak sesulit syarat hidup di ibukota.

Hal ini terjadi karena, spekulan tanah dan menjualnya berlipat-lipat, sementara gaji angkatan kerja yang cendrung stagnan. Mereka-mereka yang menjadi tuan tanahlah yang bisa hidup layak. Hampir mustahil para millenial yang memang memperjuangkan hidup dari nol untuk bisa memiliki properti di ibukota. 

Itu baru tentang rumah sebagai kebutuhan pokok, belum lagi biaya pendidikan. Syukur-syukur punya anak yang lumayan pintar dan memungkinkan sekolah negeri, kalau anaknya susah banget belajar, motivasinya rendah, nilai suram, harus les ini itu, dan masuk sekolah swasta. Begitu peliknya ya hidup di kota besar. Melihat dan memprediksi dengan kondisi sekarang ini, ya semogalah keturunan saya ga ada yang geblek bangetlah, atau malesan belajar. Semoga keturunan saya memang orang yang struggle seperti saya.

Selain itu adalah, melihat peliknya kondisi masa depan, saya cukup khawatir untuk hanya di rumah dan jadi pure ibu rumah tangga. Walaupun seandainya nanti sudah menikah, aku tetap akan bekerja, kasian banget suami harus sendirian menanggung beban untuk mencari nafkah. Banyak yang mengatakan, ah perempuan di rumah aja. Hmm, kita nggak akan tahu sepenuhnya tentang masa depan, hidup yang sangat struggle, dan ekonomi yang kacau, bisa saja membuat kehidupan rumah tangga kacau balau juga. Ya jika bisa berjuang bersama-sama, kenapa tidak.

Ya, itulah beberapa badai pikiran yang menerjang di jam makan siang, di sebuah kantor kecil yang diisi anak-anak millenial.




Friday 26 October 2018

Beberapa Game Home Decor Yang Patut Kamu Coba

Banyak orang bilang bermain game membuat waktu banyak terbuang, tapi tak apalah sesekali jika memang ada waktu senggang, ya kan?. Memang ada beberapa game yang membuat banyak orang kecanduan sampai melalaikan pekerjaan-pekerjaan penting. Tapi tak semua game berdampak negatif, ada juga orang-orang yang karena sering bermain game membuatnya jadi mahir berbahasa inggris karena di permainan game itu banyak menggunakan kosakata berbahasa Inggris, namun memang seberapa positifpun bermain game tetaplah harus ada aturan dan manajemen waktu.

Bagi kamu yang suka home decor, atau suka design interior, ada beberapa game home decor yang patut kamu coba.
1. Design Home
Design home ini memang totally game home decor yang mana dapat membantu kamu memahami nama-nama furniture, style dari sebuah room, brand furniture, serta belajar memadu-padankan warna-warna yang tepat untuk mendecor ruangan. Buat kamu yang memang suka interior design, game ini sangat recomended. Selain itu game ini tidak menyita dan membuat addict seperti game adventure, karena game ini dimainkan dalam keadaan santai, dan kapan saja challengenya dapat dimainkan.

2. Rumah-ku
Game yang satu ini memang agak berbeda dengan design home. Kalau design home dimainkan dengan templak templok furniture saja, serta banyak pilihan furniturenya entah dari segi warna, brand, motif dan sebagainya. Tetapi, game rumah-ku ini agak sedikit pilihannya, challengenya adalah untuk bisa mendapatkan furniture kita harus memainkan tantangan dan setiap kali menang mendapatkan 500 koin, koin yang terkumpul dapat digunakan untuk membeli furniture yang ditaro dalam ruangan.

3. The Sims
The Sims memang bukan basicnya game yang bertemakan home decor, namun dalam aktivitas permainnya banyak sedikit terdapat beberapa aktivitas home decor. Di dalam permainan the sims, kita dapat membuat rumah imajinatif dan mendekor isi rumah tersebut. 

Itulan beberapa permainan home decor yang penulis senangi dan rekomendasikan. Jika pembaca memiliki ide atau saran game home decor lainnya, silahkan tulisan di kolom komentar. Terima kasih sudah membaca.

Belajar Desain Interior Secara Otodidak

Pada postingan ini, aku mau cerita tentang pengalamanku belajar desain interior secara otodidak alias sebagai amatiran. Perlu di tekankan aku bercerita disini bukan berarti aku sudah mahir, aku hanya seorang amatiran yang belajar dengan penuh semangat, walaupun aku belum menghasilkan sepersenpun uang dari hobby baru ini. Sempat beberapa kali aku mendapat tawaran untuk diajak freelance pekerjaan ini, tapi skill ku belum memadai, aku menolak karenaku tidak ingin mengecewakan hehe.

Program Komputer
Banyak yang bertanya, apa aplikasi yang aku gunakan untuk membuat desain?
Jawabannya: Sketchup. Yup, program komputer yang satu ini memang banyak sekali digunakan untuk membuat 3D design. Karena memang mudah di gunakan. Beda ya dengan program komputer 3D seperti SAP2000 yang digunakan untuk pemodelan dan analisis struktur, yang mana memang harus punya basic ilmu structure atau minimal civil engineering yang mana banyak sekali engineering judgment yang diterapkan (sehingga bisa software tanpa ilmunya, sangat berbahaya, bisa bunuh orang kalau andaikata di terapkan di hasilnya di lapangan wkwk). 

Awalnya Pakai Skecthup
Pertama kali menggunakan program ini sekitar tahun 2017, yang mana saat itu aku sedang tugas akhir. Tugas akhirku ini judulnya, "Perencanaan Metode Pelaksanaan, Penjadwalan, dan Estimasi Biaya Konstruksi Stasiun Intermoda Joyoboyo". Kamu bisa temuin abstract, tugas akhirku di internet. Nah, untuk tugas akhir seperti ini, aku jadi banyak berimajinasi dan membayangkan proses pengerjaan proyek dilapangan, karena ya maklumlah ya di kuliah belajarnya banyak teori jadi aku harus sering nonton di youtube gimana pekerjaan konstruksi di lapangan. 

Dari judul tugas akhir ku diatas, "Perencanaan", salah satu bentuk perencanaan di proyek adalah adanya perencanaan site plan. Sebetulnya site plan bisa di buat menggunakan Auto Cad, tapi aku memang pengen beda dan pengen repot, aku pengen bisa bikinnya 3D, dan nyaman di pandang, jadilah aku gunain Sketchup. 

Aku belajar saja secara otodidak gunain tools yang ada. Oktober 2017 akhirnya wisuda, kemudian aku memasuki masa pengangguran. Yang dulunya pas kuliah sibuk total, tiba-tiba banyak waktu senggang, aku yang ga suka kalau waktuku tidak produktif jadilah kembali otak atik sketchup lagi, cobain bikin rumah, bikin kolam renang dan lain-lain. 

Dalam hati, sering bertanya-tanya kok gambar orang bagus-bagus dan mulus ya hasil sketchup nya? kok aku enggak?. Belum bisa ngerender sih wkwk. 

Belajar Dari Siapa Saja
Sebagian dari kita suka malu untuk bertanya kepada orang lain terutama di dunia maya, atau memandang seseorang lulusan dari mana atau sebagainya. But, aku tak begitu. Di mataku semua orang sama, jika memang ada ilmu yang bisa ku pelajari darinya aku akan bertanya padanya. Aku sering lihat-lihat postingan ig dari hastag #tekniksipil, karena aku bisa tau kegiatan anak-anak teknik sipil di kampus lain seperti apa. Ternyata aku sering menemukan hasil desain rumah, atau sejenisnya dari anak smk atau mahasiswa sipil lainnya, beberapa ada yang aku like. Dan mereka memfollowku. Aku pun mulai bertanya, kok bisa hasil gambarnya mulus gitu?, "itu di render mbak". Gimana caranya, aku juga pengen bisa kayak gitu. Akhirnya mereka kasih taulah caranya, walaupun bisa render dengan setingan default, ya not bad lah, yang penting tau dulu caranya.

Aku Yang Tidak Puas
2 bulan setelah lulus, aku bekerja di sebuah konsultan, pekerjaanku jauh sekali dari penggunaan Sketchup. Tapi aku masih punya waktu luang untuk belajar hal lain. Aku kembali menyentuh program sketchup. Perasaanku masih tidak puas, mengapa renderanku kayak kartun begini? mengapa hasil renderan mereka bisa tampil realistik?. Akupun terus mencari, jadilah aku membaca postingan blog, sampai nonton berbagai tutorial yang ada di youtube. Namun tak semuanya membuatku puas dengan hasilnya, akhirnya aku menemukan video tutorial dan langsung praktekin, wah mayan bagus hasilnya. Aku cari taulah siapa yang bikin tutorial itu dan sampai aku follow ig nya haha. 

Aku Yang Tidak Tahu Malu
Setiap aku berhasil membuat desain dan merendernya, aku sering pajang-pajang hasil karyaku di ig, dilihat ribuan orang, entah apa yang mereka pikirkan. Entah mereka memuji atau mengejek, aku sih orangnya berpikir "bodo amat", yang penting bagiku, aku memperlihatkan hasil portofolio hasil belajarku. Dari ketidaktahu maluan ini, aku berhasil mendapatkan komentar dan masukan-masukan yang membangun dari mereka-mereka yang memang sudah lama berkecimpung di dunia persilatan ini, eh dunia perdesainan ini.

Mimpi Yang Dulu Tak Diwujudkan
Sebetulnya dari kecil cita-citaku adalah ingin menjadi arsitek, tapi orangtuaku berkata "mendingan kamu masuk Sipil", ok akhirnya 4 tahun aku kuliah Teknik Sipil. Aku begitu bersemangat waktu belajar gambar teknik, tapi setelah itu aku belajar beton bertulang, baja, dan sederet hitung-hitungan yang memusingkan. Aku suka ngiri lihat anak arsitektur bikin maket wkwk. Aku masih suka ngiri lihat mereka mendesain rumah idaman wkwk. Aku lihat slide kuliah anak arsitektur, penuh warna dan bentuk-bentuk keindahan, sementara slide kuliah di Sipil gambarnya, beton yang retak, atau rumus-rumus yang bikin otak rasanya abis di timpuk beton haha. 

Belajar dan Terus Belajar
Meskipun hasil renderanku ya masih jauh, untuk menjadi mahir memang butuh ketekunan, butuh waktu, dan semua tidak bisa di peroleh secara instan. Aku mempelajari sedikit demi sedikit tentang desain interior ya lewat media paling mudah diakses yaitu internet. Banyak yang bertanya, kenapa ga lanjut S2 jurusan desain interior saja? Haha, sulit sih buat jelasinnya kepada interviewer beasiswa kalau aku milih jurusan ini, karena basic aku di sipil, kecuali aku sudah betul-betul bekerja di bidang interior, aku punya basic yang kuat untuk menjawabnya. Aku memutuskan untuk tetap belajar desain interior, tetapi dengan otodidak.

Itulah sedikit perjalanan panjang dari hobi baruku :). Terima kasih sudah membaca tulisan absurd ini.






Wednesday 24 October 2018

Macam-macam Gaya Desain Interior

Ini salah satu artikel by request seorang teman yang barus aja punya rumah baru namun belum di decor sama sekali. I wish semua orang yang baca dapa terinspirasi dengan tulisan ala kadar dari seorang amatiran ini. 

Interior menjadi suatu hal yang penting di dalam sebuah rumah, hal ini akan berpengaruh sekali  pada kenyamanan, selera dan sisi psikologi seorang penghuni rumah. Pernah dengar kata "rumahku surgaku", karena rumah memang tempat kembali seseorang dari banyaknya aktifitas serta tempat sebuah keluarga membesarkan anak-anaknya. Pemilihan gaya interior dipengaruhi oleh selera penghuni, cost yang di milki, ukuran ruangan serta fungsi ruangan tersebut. 

Ada baiknya sebelum melakukan home decor, kita mengenal dulu apa saja macam-macam gaya desain interior, sebagai berikut:

1. Klasik 
Interior klasik banyak kita temukan di rumah atau bangunan yang ada di eropa, dan memang dulunya interior ini berasal dari romawi dan yunani. Ciri khasnya adalah terdapat banyak ukiran, lantai marmer, bingkai warna keemasan, tufted furniture, ruangan yang besar, serta aksesoris-aksesoris yang bergaya klasik (I don't know how to describe, lihat gambarnya aja). 

img_9525.jpg (1800×1350)

Kelebihan: menghasilkan tampilan yang megah dan elegan
Kekurangannya: konsep interior klasik ini memang sangat costly, furniture yang detail, banyak ukiran yang mana memakan waktu dan tenaga yang lebih dalam proses pembuatannya sehingga wajar saja. Tidak cocok untuk rumah yang ruangannya kecil. Intinya sih boros banget ya, tapi recommended untuk mereka-mereka yang senang kemewahan.

2. Shabby chic
Shabby chic merupakan gaya interior yang oldiest dan chic. Shabby chic cocok sekali untuk mereka yang memang feminim. Umumnya mengutamakan warna pastel seperti putih, pink dan biru soft, baik itu pada furniture dan finishing. Selain itu motif dari furniture juga sering ditambahkan motif bunga-bunga yang membuat shabby chic style ini semakin terlihat feminim.
Hasil gambar untuk shabby chic
3. Scandinavian
Scandinavian merupakan salah satu gaya interior yang banyak diminati oleh masyarakat yang mana karena desainnya simple, fungsional, clean, terintegrasi dengan alam, terkesan tegas namun tetap stylish. Salah satu ciri khas scandinavian adalah minim warna yang dinominasi oleh warna netral seperti warna hitam, putih, abu-abu. Namun bukan berarti tidak dapat menambahkan warna lain, kita dapat menambahkan warna lain sebagai aksen agar tidak membosankan. Salah satu ciri khas scandinavian style lainnya adalah terdapat aksen pola-pola geometri dan bukaan jendela yang besar.

4. Industrial
Industrial style memiliki ciri-ciri material ekspos (menunjukan warna material aslinya) atau disebut juga sebagai material unfinished, simple, monokrom, dan terkesan maskulin. Dapat kita amati, beberapa kafe di indonesia sudah menjamur menggunakan konsep industrial ini. Sejarahnya industrial style ini hadir pada abad ke 17 di saat revolusi industri, pada masa itu industri arsitektur dipengaruhi oleh konsep efisiensi dan kekhawatiran masalah keamanan. Sehingga, desain bangunan menghindari elemen hias yang memungkinkan menghambat pemadaman kebakaran.
5. Pop Art
Gaya interior pop art berawal dari seni pop art yang berkembang pesat pada dekade 60-an. Warna yang dipakai cukup berani, berwarna terang, dan menarik perhatian. Konsep pop art ini cocok untuk kamu yang senang menjadi pusat perhatian.


6. Vintage
Gaya vintage merupakan gaya yang berkesan mengembalikan atmosfer tempo dulu tanpa meninggalkan unsur modern yang clean. Konsep vintage saat ini bukanlah interior kuno seperti di zaman nenek moyang dulu. Tetapi konsep vintage yang di tunjukan hanya beberapa aksen furniture saja, seperti figura kuno, kursi jengki, atau sepeda antiq lama, namun sudah di cat dan di furnish.


7. Urban Jungle
Konsep urban jungle lengket sekali dengan hutan liar, atau alam rimba yang mana pada dekorasi initerior banyak terdapat tanaman, baik itu tanaman asli maupun artificial dapat di terapkan. Sehingga membuat ruangan terasa segar dan menenangkan. Namun perlu digaris bawahi, untuk konsep urban jungle, pemilihan tanaman yang tepat sangatlah penting, terutama jika menggunakan tanaman hidup yang mana perawatannya harus disiplin, perlu mengenali mana tanaman yang dapat bertahan lama hidup dalam ruangan dan bagaimana perawaratannya. Selain itu untuk memperkuat nuansa urban jungle, kamu juga bisa membuat mural (lukisan di dinding, bukan wallpaper ya) yang berkonsep alam juga seperti lukisan burung, pohon, daun-daun dan sejenisnya.
Hasil gambar untuk Urban Jungle interior


Sekian dulu, Cerita Annisa hari ini, selamat membaca semoga terinspirasi. Jangan lupa beri kritik dan saran pada kolom comment.


Sunday 21 October 2018

Desain Interior - Memaksimalkan Fungsi Kamar Kecil ukuran 3 m x 2 m

Sabtu 20 Oktober 2018, aku udah janji kalau banyak yang berniat baca tentang artikel ini, bakalan aku terbitin menjadi 1 postingan di blog, ternyata respond dari pemirsa di instagramku, cukup banyak yang berminat untuk membaca, sehingga jadilah aku buat postingan ini,. Perlu di tekankan disini bahwa aku bukanlah seorang desainer interior, bukan jurusan interior tapi teknik sipil, disini aku memang baru sebatas suka dari dulu mengenai interior dan belajar secara otodidak mengenai interior. Sehingga penulis merupakan seorang amatiran, mohon kritik dan sarannya agar tulisan dan hasil desain penulis dapat di perbaiki.

Situasi: sebagian dari kita sudah tahu bahwa di kota-kota besar untuk membeli atau mendapatkan lahan yang luas cukuplah sulit, entah itu dari segi harga, lokais yang strategus dan bahkan  ketersediaannya. Namun permintaan akan hunian sangat tinggi mengingat rumah adalah tempat berlindung dan kebutuhan primer bagi setiap keluarga. Sehingga tantangan hunian ke depannya, adalah hunian yang lahan sempit, multifungsi, compact, dan tetap dapat memberikan kenyamanan.

Kali saya sengaja mendesain atau memodelkan sendiri dengan bantuan program komputer bagaimana salah satu contoh desain interior atau interior decor untuk memaksimal ruangan sempit 3 m x 2 m ini. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca sekalian.

Tampak Atas

Pada desain ini, penulis sengaja memilih pintu geser, karena penggunaan pintu geser mengurangi penggunaan tempat. Selain itu, pintu geser sengaja dipilih yang menggunakan kaca bening hal ini agar memungkinkan si penghuni ruangan untuk tetap bisa merasa lapang dengan membuka curtain dan dapat dengan mudah memandang ke arah luar kamar. Untuk hal-hal conditional seperti mengganti pakaian, penghuni dapat dengan mudah menutup curtain, agar privasi masih terjaga.

Tampak Depan
Tempat tidur dipilih single bed, karena memang kamarnya kecil ya hehe, di peruntukan dihuni 1 orang saja. Pada umumnya kamar yang sekecil ini jarang sekali menggunakan lemari besar karena memakan tempat, namun rata-rata sebagai anak kos, saya merasa lemari jarang dapat memuat barang2 saya sepenuhnya. Lemari ini memang ya cukup besar buat 1 orang, dan multifungsi dengan beberapa rak di dalamnya dan dapat dibuat custom. 

Tampak Belakang
Pada bagian depan kasur, terdapat sedikit ruang yang dpat dimanfaatkan sebgaai tempat belajar, pemilihan warna pastel, dan kayu, abu-abu sengaja di pilihkan agar penghuni tetap merasa nyaman dalam ruangan meskipun mungil. Serta di tambahkan sedikit aksen geometri wall art agar memberikan unsur scandinavian. Ada suatu kebiasaan dari kita sehari-sehari senang menggantu barang-barang entah itu tas, atau sejenisnya, disini di berikan semacam tall drawer agar tidak lagi melakukan gantung-gantungan yang merusak estetika kamar mungil ini, sehingga seperti tas, atau printilan-printilan lainnya seperti setrika, alat-alat lainnya dapat di letakan di dalamnya. Selain itu pada meja belajar, penulis menambahka 2 drawer dibawah meja yang multi fungsi sebagai laci sekaligus menjadi bantalan mejanya. Lalu di tambahkan 1 ambalan diatas meja yang terbuat dari kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai rak buku atau untuk hal lain.


Tampak Samping

Sebetulnya masih ada 1 space yang belum termanfaatkan pada desain ini, yaitu kolong dari tempat tidur. Jika bawahan atau alas dari kasur ini di beri void atau lubang, ruang yang tersedia disana dapat kita manfaatkan sebagai tempat meletakan kasur mungil yang mana dapat dimanfaatkan kalau saja ada kawan yang ingin menginap, atau bisa juga dimanfaatkan sebagai tempat penyimpan barang dengan membaginya menjadi horizontal drawer.

Cukup sekian cerita annisa kali ini, semoga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca semua, silahkan di share dan tinggalkan jejak pada kolom komentar. thank you.

Thursday 18 October 2018

Quarter Life Crisis - Part IV - Kapan Nikah?

Setelah memasuki umur lebih dari 25, percayalah pertanyaan "kapan nikah" akan menjadi pertanyaan yang membisingkan di telinga.

Sekarang umurku 23 tahun, tapi aku belum merasakan hal ini kentara, tapi aku yakin akan melewati fase itu, and now, I'm preparing. Di usia 23 tahun, beberapa teman SMP, SMA, dan kuliah sudah banyak yang married. Sebetulnya ku tak menginginkan secepat itu, ya aku ingin menikah diatas usia 25 atau 26 tahun tapi yang jelas di bawah 30 tahun.

Kembali pada pengamatanku pada kawan-kawan seumuranku, biasanya mereka sudah punya pacar atau kecengan yang siap diajak melangkah lebih. Jangan tanya aku kapan wkwk. Aku sempat melakukan riset kecil-kecilan mengenai pertanyaan sensitif ini pada kawan-kawanku yang sudah beranjak umur diatas 26 tahun, yea wawancara yang cukup menantang bukan hehe. Ada resiko bakal di jauhin sama mereka, tapi aku cukup pandai membawakan wawancara ini, tanpa membuat mereka merasa tersinggung, dengan cara berlakulah sebagai sahabatnya dan jangan mengguruinya.

Berikut hasil pengamatanku dengan beberapa responden, yang dinominasi perempuan. Memang targetku respondennya perempuan, karena perempuanlah yang sangat krisis untuk soal umur pernikahan, banyak faktor diantaranya, kesuburan, dan daya tarik bagi lawan jenis. Karena kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kecendrungannya laki-laki lebih senang memiliki pasangan yang umurnya lebih muda darinya. Postingan ini tidak bermaksud memojokan kaum perempuan, tapi agar kita sama-sama respect dan paham salah satu bentuk quarter life crisis yang nyata dalam hidup salah satunya ini.

Responden pertama A, umur menginjak 30 tahun, perempuan.

A mengaku diusia tersebut belum memiliki teman kencan, bahkan seumur hidup belum pernah pacaran. Sempat di jodoh-jodohkan oleh orang tua tetapi belum sesuai dengan seleranya. Sempat jatuh cinta pada pria yang benar-benar cocok dengan dirinya, tapi kehendak kenyataan berkata lain. Ia memang memiliki niat menikah, tapi hanya dengan orang yang bisa membuatnya jatuh cinta. Selama pergi jalan-jalan, reunian, rata-rata ia menemui teman pria seumurannya sudah menikah. Bingung juga gebet yang mana.

Responden B, umur 27 tahun, perempuan.

Kalau responden B memang agak menutup diri. Bahkan ia belum pernah yang benar-benar srek dengan seorang pria. Dan belum ada yang mengalihkan perhatiannya. Kondisi hidupnya memang berat, keluarganya broken home, dia menderita bipolar dan bertahun-tahun mengkonsumsi obat anti depresan. Orang tua sempat menjodoh-jodohkannya, tapi belum nemu yang klik.

Responden C, 28 tahun, perempuan.

Wawancara dengan responden C ini melalui adiknya, bukan melalui orangnya langsung karena nggak kenal hehe. C merupakan salah seorang karyawan BUMN yang bonafit, karirnya bagus, dan ya kesejahteraannya sudah terjamin. Belum menikah karena ya belum ketemu yang melamar. Sempat dekat dengan seorang rekan kerja di perusahaan yang sama, namun peraturan di perusahaan tidak diijinkan menikah sesama karyawan, salah satunya harus mengundurkan diri jika sudah berstatus karyawan tetap.

Responden D, 32 tahun, perempuan

Sebetulnya ini kakaknya si C, C juga pegawai salah satu BUMN. Karir bagus dan sudah menikah dengan suaminya yang bekerja sebagai kontraktor lokal, tapi diusia 30 tahun. Suaminya merupakan teman SMA nya. Sempat hamil, tapi keguguran karena kandungannya lemah.

Responden E, 27 tahun, laki-laki

Memilih belum menikah karena masih mencari yang terbaik, sedang gencar-gencarnya melakukan penjajakan ke berbagai wanita sekaligus, incaran yang di cari dinominasi yang bekerja di sektor kesehatan terutama dokter, dan lulusan universitas bonafit lainnya. Sempat berpacaran dengan seorang dokter, tak di jelaskan mengapa kandas di tengah jalan.

Responden F, 27 tahun, belum menikah.

F belum menikah karena beberapa faktor, belum ada yang melamar, jatuh cinta pernah, tapi di simpan diam-diam. Kakaknya belum menikah, ya sejauh ini merasa aman-aman saja karena kakaknyalah yang dibombardir dengan pertanyaan kapan nikah. Selain itu ia sedang ingin fokus studi S3 di luar negeri. F memang anak yang senang belajar, untuk urusan pendidikan ia bagaikan atlet marathon, kuat tanpa jeda berkuliah dari TK hingga S3.

Saya menarik suatu kesimpulan bahwa banyak responden yang melajang di atas usia 26, karena bebarapa faktor berikut:
1. Belum menemukan yang cocok
2. Belum adanya yang siap melamar
3. Mindset laki-laki lebih senang yang umurnya lebih muda
4. Sibuk karir dengan karir/pendidikan
5. Selektif
6. Peraturan perusahaan/ tempat kerja
7. Kakak yang belum menikah
8. Masih nyaman sendiri (ini mah aku tambah-tambahin aja biar rame hehe)

Tapi memang tak bisa di pungkiri juga untuk menemukan seseorang yang tepat itu ibaratnya trial n' eror, atau semacam looping dan interasi. Misal coba dekat dengan A, ah ternyata nggak match, coba dengan B masih nggak, dengan C eh cocok. Ada yang iterasinya cepat konvergen ke suatu titik yaitu si dia yang jadi jodoh, ada juga yang lama, tapi kan tetap konvergen. Mungkinkah inetrasi ini akan divergen? menjalani iterasi yang divergen memang melelahkan tidak ada gunanya. Tapi itulah hidup, yaitu untuk hal ini agak misterius, apakah konvergen atau divergen? ga ada yang tau. Yang bisa diusahakan adalah mengusahakan yang terbaik yang kita mampu.

Salah satu yang dapat dilakukan adalah memperluas pergaulan dan mencari mak comblang. Sebetulnya beberapa dari kita terutama perempuan, malu menggunakan jasa mak comblang, ada yang merasa takut dianggap agresif, atau kebelet banget nikah atau sejenisnya. Dogma dimasyarakat bahwa perempuan hanya berlaku menunggu itu bisa jadi salah satu faktor pemicu kelajangan di usia diatas 26. Tapi mungkin caranya yang kurang tepat. Kawan dekatku sempat bercerita tentang ta'aruf proses, yang mana salah satu rangkaiannya dengan sebar CV, tapi melalui perantara yang di dapat di percaya. Dan hal ini tanpa harus mengurangi kehormatan seorang perempuan. Kalau ada diantara orang yang ditawarkan CV ini klik, maka barulah CV yang laki-laki di tawarkan ke perempuan itu. Kalau nggak cocok ya sudah, tapi kalau cocok lanjut ke tahap kenal lebih lanjut. Menarik sih ya proses ini. Mungkin buat kamu yang tengah mengalami qurter life crisis seperti ini, bisa di coba cara ini, siapa tau membantu.







Tuesday 2 October 2018

Quarter Life Crisis - Part III - Misteri Usai Lulus Kuliah

Aku sudah 1 tahun lulus dari bangku perguruan tinggi. Sudah satu tahun pula aku mengamati aktivitas teman angkatanku pasca campus. Bermacam-macam sih ya, rata-rata teman di angkatanku aktivitas mereka adalah bekerja, lanjut kuliah, hanya sedikit sekali yang sudah menikah. Hampir separo nya bekerja di bumn dan pns kementrian. seperempat diantaranya bekerja di perusahaan swasta entah konsultan, perusahaan kosmetik, bank, dsb. Untuk yang lanjut kuliah, sebagian besar mengandalkan biaya sendiri, atau beasiswa voucher program fastrack, dan masih sangat sedikit dan bisa dihitung dengan jari yang kuliah dengan beasiswa di luar kampus. 

Selain mengamati teman angkatan, aku juga mengamati senior-seniorku yang merintis bisnis,salah satunya bergerak di usaha fashion secara online dan offline di Bandung, dan bahkan sudah membuka cabang di 5 kota, saya mengamati usahanya yang mana branding strategynya hebat sekali. Saya sangat salut, dan dia merupakan sok-sok eksekutor hebat dalam berbisnis. Jurusannya teknik industri, tapi dia bergelut dengan bisnis fashion.

Dari pengamatanku 1 tahun belakangan, aku melihat bahwa kesuksesan itu tidak linear dengan satu faktor saja, tetapi berbagai faktor. Ada 4 kuadran yang jika ditemukan irisannya, dan diterapkan dalam kehidupan dan entah dalam bisnispun akan meledak bagaikan bom, 4 kuadran itu sebut sebagai ikigai:

1. Paid For
2. Love
3. Good at 
4. Needs

Untuk lebih lengkap mengenai ikigai, aku akan menjelaskannya di postingan selanjutnya ya.

Aku melihat life after college itu cukup misterius ya, orang-orang yang ambisus kadang juga tak se sukses ambisinya, ada yang tidak ingin bekerja justru bekerja, ada yang study oriented dan tidak aktif justru karirnya melejit, ada yang ambisius lantas biasa-biasa saja. Menurutku ini sangat menarik diamati dan diteliti. Dan aku senang membaca tracer studi, salah satunya tracer studi alumni itb, kelinearan jurusan dan profesi, hubungan prestasi akademik dan karir. 

1 tahun life after college membuat aku jadi paham sedikit mengenai parenting. Banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk masuk kampus dan jurusan tertentu, karena orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun banyak kenyataann yang tidak disadari orang tua, bahwa anak adalah roh unik yang ditiupkan tuhan pada sebuah jasad. Hendaknya, bakat-bakat kecil yang dimiliki anak di dukung dan di berikan apresiasi. Jangan hanya memberikan apresiasi hanya ketika raport sang anak baik, tetapi berikan apresiasi prestasinya di luar akademiknya. Karena prestasi akademik tak akan selalu linear dengan kesuksesan.