Friday 2 February 2018

Menghargai Perbedaan

Tulisan ini tiba-tiba ingin saya posting di tengah kejengahan defenisi kebenaran di dalam kehidupan anak gaul kota. Saya bukan anak gaul, saya bukan berasal dari kalangan manapun, saya mencoba independen dalam pemikiran sendiri yang disebut orang aneh. Bagi sebagian orang ia akan merasa aneh ketika berjalan sendirian kemana-mana dan merasa naas, but me, berjalan kaki sambil berangkat kerja sambil melihat orang lain dan menebak apa yang dipikirkan setiap orang yang saya lihat itulah yang menjadi rutinitas saya setiap pagi akhir2 ini. 

Saya sering mendengar pembicaraan orang di sekitar saya membicarakan orang lain, entah karena orang lain itu aneh, menyebalkan atau entah bagaimana, saya tidak tahu, karena saya tidak ingin membicara entah itu kejelekan orang lain bagaimana. Bukan saya munafik, tetapi entah sayapun merasa pasti di dunia ini ada atau sering orang lain membicarakan saya entah di belakang atau di depan saya, entah itu karena kekurangan saya atau hal lainnya.

Saya sebagai individu ya pernah merasa juga orang lain itu aneh, cuma hal itu tidak ingin jadi bahan pembicaraan antara saya dan lawan bicara saya lainnya dan bahkan menjadi buli-bulian agar orang menjadi tertawa di satu meja. Ketika menghadapi kekurangan orang lain, saya lebih senang memberitahunya, atau memakluminya saja. Setiap orang di dunia ini pasti punya aib, apalagi diri kita yang jauh dari kesempurnaan ini. Yup satu hal prinsip saya, Allah telah mencoba menutupi aib saya, dan saya tidak ingin menjadi sumber pembuka aib orang lain, ya itu saja.

Biarlah saya dianggap tidak asik, kaku, tidak gaul, atau apapunlah orang lain menganggap saya tidak peduli. Yang saya inginkan adalah satu, marilah kita coba buka bahwa yang namanya perbedaan itu ada, mau tidak mau ya kita harus menerimanya. Di dunia ini tak akan ada orang yang sama, bahkan anak kembar sekalipun, karena itu setiap manusia pasti punya keunikan. So, kita nggak bisa menganggap orang lain itu aneh, atau jangan-jangan tanpa kita sadari ketika kita men judge seseorang aneh, justru kitalah yang sesungguhnya aneh, dan ada sesuatu yang bermasalah di dalam diri kita. Ya janganlah sekiranya lisan kita ini dapat merusak, atau ya mengolok2 orang lain, banyak hal yang bermanfaat yang dapat kita bicarakan. Yup, sebisa mungkin jagalah lisan, karena ia sangat tajam dan dapat melukai siapapun. Apapun yang kita ucapkan, kita lihat, kita dengar, dan kita rasa hari ini semuanya akan dipertanggung jawabkan kelak.

I know you will say "ah sok muna lo", "ah teserah", "ah, lo aja kali". Oke apa pun itu, aku tak peduli.


No comments:

Post a Comment